Rumah keluarga Bagaskara hari itu ramai.Halaman depan penuh mobil, aroma sate dan makanan khas hajatan memenuhi udara, dan suara tawa kerabat terdengar saling bersahutan.Bagi orang luar, suasana itu mungkin terlihat hangat — tapi bagi Alya, setiap langkah ke dalam rumah itu terasa seperti memasuki medan perang dengan senyum sebagai perisai.Ia datang lebih awal, menyiapkan sedikit makanan, membantu ibu Raka menyusun meja makan, dan berpura-pura tenang.Padahal di dalam hatinya, setiap detik terasa seperti bom waktu.Satu kata salah dari Raka, dan segalanya bisa meledak.> “Alya, tolong ambilkan piring tambahan ya, Nak,” suara lembut Ibu Raka memecah lamunannya.Alya tersenyum. “Iya, Bu.”Ia berjalan ke dapur dengan langkah ringan, mengenakan kebaya sederhana warna abu lembut. Tidak mencolok, tapi anggun.Berbeda dengan Selina yang baru datang setengah jam kemudian — dengan gaun merah maroon, heels tinggi, dan tas branded yang mencolok seperti sinyal bahaya.“Selina!” seru salah satu
Huling Na-update : 2025-10-30 Magbasa pa