Rafael berjalan perlahan menyusuri lorong. Sepatunya berderap tenang di atas marmer putih.Ia berhenti di depan sebuah pintu berukir tua, lalu mendorongnya dengan tenang. Ruangan itu remang, diterangi hanya oleh dua lampu meja di sudut. Tirai panjang menutup rapat jendela, menciptakan suasana seakan dunia di luar tidak ada.Di ranjang king-size dengan sprei satin hitam, seorang perempuan cantik sudah menunggunya. Rambut panjangnya terurai, matanya berhias eyeliner pekat, bibirnya merah darah. Tubuhnya dibalut gaun tipis yang nyaris transparan, seolah memang dirancang hanya untuk dilepas.Ia bangkit perlahan, menyambut Rafael dengan senyum yang dibuat-buat.“Don Rafael,” ucapnya lembut, “aku sudah menunggu.”Rafael hanya menatap, dingin, sebelum meneguk sisa anggur di gelasnya. Ia meletakkan gelas di meja samping, lalu melepaskan jas hitamnya. Gerakannya rapi, terukur, seakan melepas lapisan identitasnya satu per satu.Perempuan itu mencoba meraih tangannya, tapi Rafael menahan gerakan
Last Updated : 2025-09-27 Read more