Andrew merasakan bahunya seperti direnggut dari soketnya. Setiap langkah terhuyung-huyung di tanah basah adalah siksaan bagi pergelangan kakinya yang terkilir. Ia diseret, lebih tepatnya, diapit oleh dua sosok berjaket hitam yang bergerak dengan kecepatan dan keheningan yang luar biasa, seolah-olah kaki mereka tidak menyentuh tanah. Bau tanah, lumut, dan darah kering memenuhi hidungnya. "Lepaskan aku! Rania dalam bahaya!" Andrew menggeram, mencoba menendang, tetapi cengkeraman pada lengannya seperti baja. Pria yang memimpin, yang dipanggil Andrew sebagai Tuan Jaya, berhenti di samping sebatang pohon beringin yang sangat besar. Dia menghela napas, sama sekali tidak terpengaruh oleh perjuangan Andrew. "Ketidaktundukanmu, Tuan Andrew, adalah alasan kami ada di sini. Nyonya memprediksi kau akan bereaksi emosional setelah Jovanka menghubungi. Dan dia tidak salah," kata Jaya, suaranya tenang dan datar. "Prediksi? Dia membuat sandiwara ini! Semua kebohongan ini, manipulasi, kecelakaan—sem
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-02 อ่านเพิ่มเติม