All Chapters of Pendekar Naga Petir: Chapter 21 - Chapter 30

Pagi di dunia paralel itu terasa berbeda. Udara di lembah yang semalam terang oleh cahaya formasi kini tenang dan lembut. Cahaya matahari dunia itu menembus celah tebing, menerangi tubuh Qin Shan yang sedang duduk bersila di tengah formasi.Energi spiritual berputar lembut di sekeliling tubuhnya. Cahaya biru dari formasi yang ia buat masih aktif, stabil, dan terasa hangat. Qin Shan perlahan membuka matanya — dua cahaya keperakan muncul di irisnya, pertanda bahwa penguasaan formasi dan rune-nya semakin meningkat.“Hmm… stabil. Formasi ini sudah bertahan lebih dari enam jam tanpa gangguan,” gumamnya sambil berdiri, menepuk debu di pakaiannya. “Sekarang saatnya melihat seberapa kuat formasi ini jika mendapat tekanan dari luar.”Ia memanggil Phoenix Perak. Burung suci itu muncul dari udara, sayap lebarnya membentang dengan elegan, menyebarkan percikan cahaya perak ke sekitarnya. Phoenix itu tampak lebih kuat dibanding sebelumnya — bulu-bulunya lebih bercahaya, dan aura suci yang terpancar

Qin Shan menatap peta yang digambar di dalam benaknya. Ia sudah berjalan jauh, meninggalkan daerah kelima yang penuh buku dan alat. Kini, di depannya, terbentang daerah keenam: hutan lebat dengan kabut tipis yang menyelimuti tanah.“Ada sesuatu yang berbeda di sini…” gumamnya sambil melangkah perlahan.Li Feng dan Li Mei sudah dimasukkan ke dalam dunia batu teratai sebelumnya, jadi Qin Shan harus menempuh wilayah ini sendirian. Meski begitu, ia tidak merasa cemas. Ia sudah terbiasa dengan perjalanan panjang dan kesendirian.Langkah demi langkah, tanah lembap dan akar pohon yang menjuntai membuatnya harus lebih berhati-hati. Tiba-tiba, sebuah suara berat terdengar dari atas pohon tinggi.“Hahaha… manusia kecil, kau berani menginjak wilayahku?”Qin Shan menatap ke atas, terlihat seekor binatang suci tingkat menengah turun perlahan. Tubuhnya bersinar sedikit, bulu dan sisiknya bercampur warna emas dan hijau. Sorot matanya tajam, penuh waspada.“Kalau kau penjaga daerah ini, aku tidak ber

Langit sore mulai berwarna kelabu ketika angin di hutan itu berubah menjadi dingin. Qin Shan berdiri di antara pepohonan besar yang daunnya bergetar pelan, tubuhnya masih terasa berat setelah pertempuran sebelumnya. Di telapak tangannya masih ada sisa energi petir yang belum sepenuhnya tenang.“Energi di sekitar sini... menekan,” gumamnya pelan, menatap arah lembah di kejauhan. “Ada kekuatan besar yang bergerak.”Binatang suci yang menemaninya sejak dunia paralel — seekor serigala bersisik perak — tiba-tiba menegakkan telinga.“Tuan, aku mencium bau darah manusia… banyak,” katanya dengan suara rendah.Qin Shan mengangguk. “Sepertinya bukan hanya kita yang datang mencari Batu Roh Petir Surgawi.”

Tanah di sekitar lembah sudah hancur seperti medan perang. Kilatan energi spiritual menari di udara, meninggalkan bau logam dan debu terbakar. Tubuh Qin Shan berdiri goyah, tapi matanya masih menatap tajam pria berjubah merah yang kini menatapnya dengan rasa kagum bercampur dingin.“Menarik…” ucap pria itu pelan. “Tubuhmu berbeda. Kekuatan fisikmu bahkan mampu menahan serangan penuhku. Kalau kau diberi waktu puluhan tahun, mungkin bisa menyaingi para tetua besar Sekte Naga Langit.”Qin Shan menyeka darah di bibirnya. “Aku tidak butuh puluhan tahun.”Ucapan itu membuat beberapa murid sekte tertawa keras.“Hahaha! Berani sekali anak ini!”“Dengan ranah selevel itu, berani menantang Guru Besar

Udara pagi di pegunungan itu terasa dingin dan tajam. Kabut tipis menggantung di antara pepohonan tinggi, sementara sinar matahari menembus celah dedaunan, membentuk garis cahaya keemasan yang lembut. Qin Shan berdiri di atas tebing kecil, memandangi lembah luas yang dipenuhi hutan rimba.“Ini dunia nyata…” gumamnya pelan. “Tapi auranya… masih terasa asing.”Ia mengembuskan napas perlahan. Setelah keluar dari dunia paralel, tubuhnya terasa lebih berat, namun aliran energi di dalam meridiannya mengalir lebih stabil. Naga Petir Ilahi di dalam dantiannya bergetar pelan, seolah menyambut udara bebas dunia nyata setelah lama berdiam dalam dimensi tertutup.Qin Shan menatap ke arah lembah. Ia bisa merasakan adanya getaran energi kuat yang muncul dan menghilang secara acak—tanda jelas