Senyum membingkai wajah Pieter ketika Cempaka mengajukan permintaan dengan raut muka tegas. Ia tahu, ini sudah tiba waktunya.Pieter selalu menduga, penerimaan Cempaka bukanlah bentuk keikhlasan, melainkan medan perang yang sesungguhnya. Ia sadar, inilah perlawanan sejati perempuan ituCempaka bukanlah perempuan lemah seperti dugaan semua orang. Dalam diri perempuan bertubuh kecil itu, ada jiwa pemberontakan yang terkungkung. Dan Pieter mengetahuinya. Maka dari itu ia tahu, bahwa inilah saatnya."Apa yang kau inginkan, Tuan Putri?"Cempaka tak langsung menjawab. Bibir mungilnya terkatup dan ia menatap pria bertubuh tinggi itu dengan sorot menelisik. Seakan mencari tahu, sejauh mana ketulusan pria di hadapannya itu."Pertama, jangan panggil aku Tuan Putri! Itu sangat mengganggu. Bukankah kau yang menyeretku hingga berada di titik ini? Mereka justru akan menertawakanku jika kau memanggilku, Tuan Putri!"Pieter hendak membantah, tapi mulut kecil perempuan berkebaya sutra ungu itu lebih d
Terakhir Diperbarui : 2025-10-26 Baca selengkapnya