Felisha mendesah, erangannya tertahan di sela bibir yang saling bertubrukan. Namun ketika jemari Ace memelintir salah satu putingnya dengan kasar, erangan itu lolos lebih keras, membuat ciuman mereka terputus. Benang napas panas menghubungkan bibir mereka yang basah, sementara mata Felisha bergetar, antara malu dan tak kuasa menolak. Ace tersenyum miring, pandangan matanya penuh penguasaan. “Kenapa teriak?” suaranya rendah, parau, dan menekan. “Bukankah ini yang kau mau dariku?” Felisha menggigit bibirnya, wajahnya memerah. Ada senyum kecil yang hampir muncul, tapi cepat menghilang, tertelan oleh keraguan. Napasnya memburu, dadanya naik-turun tak terkendali meski Ace baru saja memulai. “Mulai sekarang,” bisik Ace sambil menundukkan kepala ke arah dada Felisha, “…kau harus menerima apa pun yang akan kulakukan padamu.” Puting merah muda segar itu sudah menantang, mencuat seakan menunggu. Tanpa ampun, Ace melahapnya, mengisapnya dengan ganas hingga Felisha menjerit kecil. Sement
Last Updated : 2025-10-15 Read more