Pintu ruang VIP tertutup rapat, meredam hiruk-pikuk bar menjadi dengung jauh. Lampu temaram berwarna amber jatuh miring, memantulkan bayang-bayang yang bergerak pelan di dinding. Rani berdiri beberapa langkah dari sofa, punggungnya tegak, napasnya belum sepenuhnya stabil.Tatapan Peter menempel, terlalu lama. Rani membalasnya dengan senyum tipis—bukan senyum manis, melainkan senyum yang dipakai saat ia ingin menguasai keadaan. Ia melangkah mendekat, tumit sepatunya berbunyi pelan di lantai, setiap langkah seperti hitungan mundur yang ia paksa untuk tetap ia kendalikan.Musik dari luar merayap masuk, bass-nya menekan dada. Rani meraih gelas, menyesap singkat, lalu menaruhnya kembali. Tangannya bergerak perlahan, gestur kecil yang sarat makna. Peter menghela napas, seolah mengikuti iramanya.“Tenang, Tuanku sayang,” ucap Rani pelan, suaranya rendah dan terkendali. Matanya tak pernah lepas. “Malam ini… aku yang atur.”Ia mendekat, cukup dekat untuk membuat ruang terasa menyempit. Aroma
Last Updated : 2025-12-18 Read more