Keheningan mengisi kamar setelah ucapan Wulan yang barusan terlontar. Lampu redup menyorot lembut dari sudut kamar, membentuk bayangan samar di dinding. Raga menatap Wulan yang masih berbaring di sampingnya, wajahnya setengah tertutup selimut, mata itu tampak masih menyimpan banyak tanya. Ia tersenyum kecil, lalu bicara pelan. “Wulan,” katanya, suaranya tenang tapi tegas, “jangan sampai kamu kayak mereka, ya. Jangan sampai kamu, atau Maudy, ngelakuin hal yang nanti malah bikin nyesel.” Wulan diam. Jari-jarinya memainkan ujung selimut, sementara matanya sesekali melirik ke arah Raga. “Mas,” ucapnya akhirnya, pelan tapi jelas, “emang apa bedanya aku sama Gita? Dia katanya main sama om-om, tapi aku juga… main sama Mas.” Kalimat itu membuat suasana mendadak sunyi. Raga menatapnya lama, lalu menarik napas pelan sebelum menjawab. “Beda, Lan,” katanya akhirnya. “Gita itu… dia lakuin semua itu karena kepepet. Karena keadaan, bukan karena mau. Dia gak punya pilihan lain.” Wulan menat
Terakhir Diperbarui : 2025-11-06 Baca selengkapnya