“Om Kais—” gumamku pelan saat melihat sosoknya berdiri tak jauh dari tendaku.Aku bergegas mendekat, lalu tanpa pikir panjang menarik kedua pipinya.“Aduh, apa yang kamu lakukan, Bin?” suaranya berat, tapi jelas sekali—dan nyata.Aku langsung terlonjak mundur, menatapnya lebar-lebar. “Ternyata bukan hantu gunung,” ujarku lega sambil menepuk dada.Alisnya terangkat. “Kamu kira aku hantu?”“Hehe… maaf, Om,” jawabku kikuk, mencoba menahan tawa.Saat Om Kais menarik pelan lenganku, refleks aku melepaskan genggamannya dan mundur selangkah.Kedua kakiku menghentak-hentak ke tanah, wajahku meringis.Dia menatap curiga. “Kenapa, Bin?”Aku menggigit bibir, lalu berbisik cepat, “Aku tadi mau pipis.”“Astaga, Binar. Gadis macam apa kamu ini!” seru Om Kais dengan gemas.“Aku kebelet pipis, Om,” ujarku sambil menghentak-hentakkan kaki, berusaha menahan rasa tak nyaman.Dia mendengkus pelan, lalu menatap sekeliling. Suasana sudah sepi—semua orang sudah masuk ke tenda masing-masing.“Udah, sini,” ka
Terakhir Diperbarui : 2025-11-03 Baca selengkapnya