“Bee, gawat! Gawat banget, Bee!” Safa datang sambil berlari setelah kembali dari kantin. Nafasnya terengah-engah, wajahnya panik seperti baru bertemu dosen killer. Aku menatapnya lekat dengan kening berkerut. Biasanya kalau dia sudah segaduh ini, pasti ada hot news kampus yang siap mengguncang dunia. “Tarik napas dulu, Sa. Hembuskan pelan-pelan. Ulangi sampai kamu tenang,” titahku sambil melipat tangan di dada, gaya guru konseling yang sok sabar. “Buang-buang waktu, Bee!” serunya, masih ngos-ngosan. Dia menaruh kantong kresek ke atas meja dengan suara berisik. “Kamu tau nggak—” “Enggak,” potongku cepat sebelum dia sempat menyelesaikan kalimat. “Ih, dengarkan aku dulu!” omelnya, melotot seolah aku baru saja mencuri tugasnya. Aku meringis, mengangkat alis, lalu menatapnya dengan tatapan silahkan lanjutkan dramamu, nona gosip. Safa mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara setengah berbisik tapi penuh tekanan, “Berita pagi ini—Dokter Naufal dan Alya, resmi batal meni
Terakhir Diperbarui : 2025-10-27 Baca selengkapnya