Aaron membeku sesaat. Lalu, dengan gerakan cepat dan terukur, dia menutup kembali kemejaku yang sudah sobek, menyelimuti tubuhku dengan selimut sampai leher. Tatapan matanya berubah dingin kembali, seperti sosok kakak yang sempurna dan tak tersentuh.“Aku akan lanjut nanti,” gumamnya rendah, hampir seperti bisikan yang hanya aku yang bisa dengar.Lalu dia berdiri, membetulkan letak rambutnya, menegakkan bahu lebar itu, dan menatap pintu dengan ketenangan khasnya.Bahkan dalam bayangan lampu kamar, Aaron tetap tampak berwibawa. Bahunya yang kokoh, rahangnya yang tegas, dan cara ia menarik napas membuat udara di sekelilingnya seolah menyesuaikan diri pada keberadaannya.“Sherry sudah tidur,” jawabnya datar, lalu membuka pintu sedikit.Aaron tanpa malu membuka pintu kamar, seakan mengumumkan pada Arsion bahwa dia berada di sini sejak tadi, membuat jantungku berdetak kencang, membayangkan bagaimana reaksi Arsion, jika tahu kakaknya berada satu kamar denganku. Pintu kamarku masih terbuk
Last Updated : 2025-10-26 Read more