Saat akhirnya aku kembali ke vila, para staf nyaris menangis lega."Bu! Syukurlah Anda kembali. Tuan Dario panik sekali beberapa hari terakhir. Apa pun yang kami lakukan tak pernah membuatnya puas. Dia tidak tidur, tidak makan…"Suara mereka saling bertumpuk, penuh kegembiraan gugup, seolah ketidakhadiranku hampir menghancurkan seluruh rumah tangga ini.Jadi memang begitu. Tanpaku, Dario kehilangan keseimbangan.Akan tetapi, dia harus terbiasa. Sebentar lagi, aku akan pergi untuk selamanya, dan hidupnya hanya akan dipenuhi kesunyian yang kutinggalkan.Aku tersenyum tipis, menenangkan staf, lalu melangkah masuk ke rumah. Vila itu gelap, tidak ada satu pun lampu yang menyala, hanya cahaya bulan yang retak menembus jendela.Dario duduk di sofa, sosoknya seperti bayangan yang disayat cahaya pucat, profil tajamnya sulit dibaca.Saat akhirnya dia menatapku, pandangannya terlalu lama tertahan. Suaranya rendah, menyimpan sesuatu yang tak bisa kusebutkan."Ke mana saja kamu?"Aku melepas mantel
Read more