All Chapters of Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer: Chapter 41 - Chapter 50

Tanpa berpikir panjang, Thea memutar tubuhnya dan memilih kembali ke kamar. Ia sudah janji tidak mau mencampuri urusan Alvan. Ia tidak mau menjamah area privasi dosen gantengnya.Ia cukup tahu diri dan tidak mau meminta lebih. Terlebih Alvan sudah banyak membantunya selama ini. Hanya saja, harusnya dia ingat jika sudah ada ikatan resmi yang belum tertulis antara dia dan Alvan.Secara bersamaan, Widuri baru saja turun dari lantai dua. Ia melihat Thea berjalan tergesa meninggalkan taman dengan wajah ditekuk. Widuri ingin mengejarnya, tapi pintu kamar Alvan tertutup lebih dulu.Wanita cantik berhijab itu kemudian menoleh ke taman samping. Selanjutnya sudah terdengar helaan napas panjang keluar dari mulutnya.“Pantas saja Thea marah. Ternyata Erika belum pulang,” gumam Widuri.Selanjutnya Widuri berjalan menghampiri mereka berdua. Alvan langsung tersenyum melihat ibunya. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh wanita cantik di sebelah Alvan.“Tante kira kamu sudah pulang tadi.” Widuri membuka

Minggu malam, Thea dan Alvan bertolak pulang. Hal yang sama juga dilakukan oleh kedua kakak Alvan. Kali ini Emran dan Widuri ikut mengantar mereka berdua ke bandara.“Thea, bagaimana kabar ibumu? Apa sudah lebih baik?” tanya Widuri.Karena kemarin sibuk dengan acara ulang tahun Emran, Widuri baru sempat bertanya mengenai besannya.“Ibu baik saja kok, Bun. Doain saja supaya lekas pulih.”Widuri tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Apa kamu sudah menjenguknya, Van?” Kini Emran yang bertanya ke Alvan.Alvan sudah bersiap menjawab, tapi Thea keburu menyahut.“Eng … Ibu belum bisa dijenguk kemarin. Mungkin minggu ini baru bisa.”Emran sontak manggut-manggut mendengar jawaban Thea. Sementara Alvan hanya diam sambil sesekali melirik istrinya.“Ya sudah, titip salam buat ibumu, ya!!”Thea mengangguk, selanjutnya mereka sudah berpamitan. Beberapa kali su

“Ibu kenapa, Bi?” sahut Thea.Dia sangat gugup. Jantungnya serasa berhenti saat mendengar kabar mengenai ibunya. Thea hanya berharap Tuhan masih memberi kesempatan untuk ibunya. Ia janji akan melakukan apa saja untuk wanita kesayangannya itu.“Ibumu gak sadarkan lagi. Sekarang dokter sedang menolongnya. Kalau bisa kamu ke sini, Thea.”Akhirnya setelah hening beberapa saat sudah terdengar lagi suara di seberang sana. Thea menghela napas sejenak kemudian langsung mengangguk.“Iya, aku ke sana sekarang!!!”Tanpa pikir panjang, Thea langsung berlari menjauh dari studio. Bahkan sapaan Irma yang berpapasan dengannya ia abaikan. Pikirannya kalut sekaligus juga bingung. Hanya wajah ibunya yang kini terbayang di benaknya.Thea tergesa memesan ojek online dan tanpa sempat berpamitan ke Alvan, ia sudah pergi meninggalkan kampus.Untung saja kali ini Thea memesan ojek, kalau tidak ia akan terjebak macet dan ter

“Babe, siapa?” gumam Thea gugup.Alvan menghela napas sambil mengendikkan bahu. Ia merasa tidak ada janji dengan siapa pun jadi tidak tahu siapa yang sedang mengetuk pintu ruangannya saat ini.“Terus aku gimana?” imbuh Thea.“Terserah, mau di sini tampil dengan normal atau mau sembunyi.”Mata Thea melotot kemudian beredar memperhatikan sekeliling. Tanpa bicara apa-apa, ia langsung lari dan bersembunyi di bawah meja Alvan.Alvan tercengang kaget melihat ulahnya. Bukannya tidak masalah jika Thea tetap berada di samping Alvan. Bukankah dia salah satu mahasiswi Alvan sekaligus juga asistennya, tapi mengapa malah memilih sembunyi sekarang.“Pak … .”Kembali suara ketukan terdengar dari pintu. Alvan menghela napas panjang, kembali duduk di kursinya sambil melirik Thea yang sembunyi di bawahnya.Thea tersenyum meringis sambil menatap Alvan dengan jenaka. Alvan menahan tawa sambil

“HAH!! Maksudmu tadi itu bukan yang pertama. Kamu sering ---”Thea tidak meneruskan kalimatnya dan langsung diam sambil menatap Alvan dengan penasaran.Alvan hanya mengulum senyum sambil menggelengkan kepala.“Kamu jangan berpikiran negatif dulu, dong.”“Aku rasa kamu juga pernah lihat cowok bugil, selain aku tentunya.”Thea hanya diam sambil menatap Alvan dengan malu.“Aku kuliah di luar negeri dan untuk mata kuliah gambar anatomi, kami sering mendatangkan model. Dalam hal ini benar-benar model asli dan profesional.”“Ia akan berpose tanpa mengenakan sehelai benangpun di hadapan kami dan itu tidak hanya sekali kami lakukan.”“Jadi, aku sudah terbiasa saat melihat yang Rinda lakukan tadi.”Thea hanya diam sambil menganggukkan kepala. Mungkin untuk beberapa universitas seni di negaranya, mempelajari gambar anatomi tidak seperti yang dijelaskan Alvan.