"Jangan lama,” jawab perempuan itu.Ryan melangkah menyusuri sisi vila Mica. Jalur sempit itu mengarah ke pagar rendah. Dari sana, pandangan terbuka ke vila di bukit seberang. Ia berhenti.Di teras vila itu, Gandes duduk bersandar, tertawa lepas. Jati duduk di sampingnya, satu tangan memegang piring, tangan lain mengusap lengan Gandes dengan gerakan kecil yang penuh kebiasaan. Mereka bicara, tertawa, lalu Jati mendekat, mengecup bibir Gandes singkat, seolah dunia hanya milik mereka berdua.Ryan merasa dada terbelah.Setiap tawa Gandes seperti pisau. Setiap sentuhan Jati seperti menambah luka. Ia ingin berpaling, namun kakinya tidak mau bergerak.Begitu besar cintanya hingga ia lupa cara bernapas.Gandes mencondongkan kepala ke bahu Jati. Lelaki itu tertawa, menyentuh pipi Gandes dengan punggung jari, lalu mengusapnya pelan. Adegan itu sederhana, namun terasa kejam.Air mata Ryan jatuh tanpa suara."Aku mau pergi, Ndes," batinnya. "Aku ingin menyimpan wajahmu terakhir kalinya karena
Last Updated : 2025-12-21 Read more