Marsha berjalan sedikit tergesa sambil menunduk, memastikan dokumen pengajuan cuti milik Claire sudah lengkap dan ditandatangani. Sampai tiba-tiba…Brak!Dirinya menabrak seseorang saat berbelok di selasar kampus. Dokumen yang dia pegang jatuh berhamburan ke lantai.“Ah, sorry…” Devon buru-buru memungut kertas-kertas itu.Marsha mendongak. Jantungnya langsung berdebar lebih cepat. “N-Nggak apa-apa, Pak. Biar saya aja–”“Pengajuan cuti?” Sela Devon membaca kertas yang dia pegang.“Eh iya, Pak. Tapi bukan saya, melainkan–”“Claire?” Devon terhenyak saat matanya mendapati nama pemohon cutinya adalah Claire.“I-iya, Pak.”“Kenapa?” Marsha terperangah begitu Devon bergerak begitu dekat ke arahnya. “Kenapa dia mengajukan cuti, Marsha?”Marsha menggigit bibirnya bimbang. “Saya kurang tahu, Pak.”“Jangan bohong,” desak Devon, mencengkram kedua bahu Marsha erat-erat.Marsha yang tak pernah sedekat ini dengan dosen impiannya, jadi salah tingkah. Seketika dia merasa pipinya terasa begitu panas.
Last Updated : 2025-11-09 Read more