Aku terbangun saat cahaya pagi menyelinap pelan melalui celah tirai. Untuk beberapa detik, aku lupa di mana aku berada. Ruangan ini terasa asing—terlalu rapi, terlalu sunyi. Lalu ingatan itu datang perlahan, seperti air yang merembes masuk ke celah pikiran: Dirgantara Tower, lorong gelap, foto-fotoku, dan suara Arsen yang mengatakan aku pernah hilang.Aku duduk, memeluk lututku sendiri.Pagi ini tidak membawa rasa lega seperti biasanya. Tidak ada rutinitas, tidak ada kepastian. Hanya kesadaran bahwa hidupku telah bergeser, dan aku belum tahu ke arah mana.Ketika aku keluar kamar, aroma kopi menyambutku. Arsen sudah di dapur, mengenakan kemeja abu-abu sederhana dengan lengan digulung. Penampilannya jauh berbeda dari sosok CEO yang biasa kulihat—lebih manusiawi, lebih lelah.“Kau sudah bangun,” katanya tanpa menoleh.“Iya.”Ia menuangkan kopi ke dua cangkir dan mendorong salah satunya ke arahku. Aku menerimanya, jari kami sempat bersentuhan singkat. Sentuhan kecil itu cukup untuk membua
Last Updated : 2025-12-13 Read more