All Chapters of Pesona Perawat Papa : Chapter 21 - Chapter 30

"Dan, kamu, San, kamu masih ingat kan kata-kata aku kemarin kalo kamu menolak pekerjaan ini. Aku jamin kamu bakalan menyesal San!" Bimo yang tau—tau sudah dihadapan Santi.Santi menarik wajahnya berhadapan dengan Bimo. Tubuh besar dan kekarnya itu sudah menghalangi jalan. Lana pun menatap sikap kakaknya yang berbeda pada Santi. Biasanya kakaknya ga pernah seperti itu, ya karena selama ini tidak ada yang menolak pesona rayu dan ketampanan kakaknya itu. Pak Abdi tersenyum puas. Dia sangat yakin anak laki-laki keras kepalanya itu benar-benar menyukai Santi. Apalagi test tadi sudah berhasil membuat Santi mendapatkan nilai plus dimatanya. Hohoho. Aku harap, aku akan segera mendapatkan menantu dengan kehadiran Santi di rumah ini. Juga Santi bisa merubah sikap Bimo seperti dulu. Aku benar—benar berharap ini segera terjadi. Batin pak Abdi."Maaf Pak Bimo, tapi saya ga bisa menerima pekerjaan ini." Bimo langsung mendelik dan mencengkam tangan Santi. "Aw, sakit, Pak Bimo, sakit!" Rintihan Sa

Lalu Doni menyingkap dua daging dalam selangkangan milik Lana. Mencari lebih dalam untuk daging yang lebih kecil. Doni yakin Lana masih perawan. Betapa beruntunglah Doni akan mendapatkan keperawanan majikannya. Doni sambil membuka celana yang dia pakai. Dan Lana terkejut karena Doni ga pake sempak lalu burungnya langsung menegang dan kencang."Don, saya masih perawan. Belum pernah sekalipun dimasukin burung seperti punya kamu!" "Trus Non mau saya masukin atau saya bikin Non keluar aja!" Doni berharap burungnya masuk ke dalam sangkar milik Lana. "Bantu keluarin aja Don. Untuk yang itu kapan kapan saja. Saya akan bilang kamu kalo emang benar-benar pengen. Soalnya saya biasanya masukin aja cuma gesek kecil yang penting keluar!" Lana menjawab jujur. Hari ini dia ingin dipuaskan oleh Doni. "Ya sudah kalo begitu saya hisap dan jilat aja ya, Non!" Lana cuma mengangguk karena tangan Doni masih mengesek di lubang milik Lana. "Iya, pokonya kamu buat aku sampai puas dan keluar yang banyak y

"Aku dua rius sayang. Aku mau jujur sama kamu karena aku emang beneran nyaman dan sayang banget sama kamu, San. Aku mau kamu tau dari aku bukan orang lain. Aku mau kita sama sama nerima kekurangan kita." Riki menghentikan ucapan, ada ragu, tapi dia benar-benar ingin Santi tahu segala sesuatu yang buruk tentang dirinya, tanpa ada yang dia tutupi. "Apaan sih Rik, kok ngomongnya begitu, bikin aku penasaran?" Santi belum mudeng. Masih mengira-ngira Riki akan menceritakan apa soal masa lalunya yang belum dia ketahui. "Santi sayang, kelinciku yang polos dan baik hati, tapi kamu juga penggoda iman laki-laki seperti aku. Aku mau bilang sama kamu, sebelum aku sama kamu. Jauh dulu aku sebelum dengan Rina juga. Dan waktu aku dulu sama Rina pun, walau ga sering, tapi jujur aku pernah beberapa kali membobol beberapa kolam lele bersegel. Aku ga pernah cerita ini semua sama Rina, karena aku lihat Rina pun seperti akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Aku ini cowok sayang ... yang

"Iihh ... Mas Bimo resek banget deh. Mas sengaja ngerjain aku!" Santi kesal. Wajahnya kecut. Masam seperti air cuka. "Salah sendiri," lanjutnya. "Kok salah sendiri? Emangnya aku bikin salah apa sama Mas Bimo?" "Ih, Santi bikin gemas aja deh. Kamu itu lagi aku kasih hukuman. Barusan saja harusnya kamu itu sudah dibilang beruntung. Kamu udah buat aku nunggu satu jam lebih, San. Kamu itu cewek pertama yang bikin aku nunggu kayak tadi!" jelas Bimo.Meski Bimo kesal sambil memutar stir mobilnya, tapi dia sangat senang saat mengetahui Santi tidak menolak lagi setiap sentuhannya. Santi terlihat begitu menikmati.“Oh, karena itu. Aku kan udah bilang sama Mas Bimo, jemput akunya besok pagi aja. Aku mau ena-ena dulu sama pacarku!” jawab Santi.“Aku juga bilang, kalo Cuma mau ena-ena aja. Aku lebih bisa muasin kamu, San. Bahkan lebih. Kamu juga udah liat junior aku kan tadi siang segede apa?” lirik Bimo, terlihat Santi salah tingkah dengan duduknya. Apalagi mereka masih membahas masalah lele

“Mass ahh uummpp,” Santi berusaha menahan kepala Bimo yang sedang menjilati pucuk putting payudara miliknya.“Apa sayang? heum.” Tapi Bimo masih saja mengesap payudara Santi dengan rakus. Benar-benar seperti bayi raksasa yang kehausan susu.“Aww!” Santi menjerit kecil saat merasakan putingnya digigit gemas oleh Bimo.“Ma—mas, udah dong, aku capek banget. Mas bukannya besok bekerja?” bujuk Santi.Bimo menatap wajah sayu Santi. Dilihatnya wajah Santi memang kelelahan. Bimo tersenyum dan tetiba mengecup kening Santi.“Dasar kucing kecil nakal!” komentarnya lalu Bimo merebahkan tubuhnya disisi Santi dan menariknya ke dalam pelukan.“Terima kasih ya Mas,” meski begitu Santi lega kalau Bimo menuruti ucapannya.“Tapi, besok double ya, aku mau sarapan susu kamu dan ini kamu,” bisik Bimo, tangannya sudah meluncur diarea selangkangan milik Santi.Santi ga menjawab dan dia membalikan tubuhnya. Memunggungi Bimo. Meski Santi ga memungkiri dia menelan air liurnya berkali-kali saat melihat tubuh ber