Vanka hanya bisa memandangi punggung lebar Shankara yang saat ini sedang 'bekerja' untuknya. "Teh manis hangatnya juga ya, Bang. Tolong," ulang Vanka, memastikan Shankara mendengarnya. Shankara berhenti membalikkan telur di wajan. Bahunya naik turun dengan pelan, tapi jelas menunjukkan bahwa ia sedang menahan sesuatu. Mungkin Kesal? Lelah? Atau marah? "Aku bukan pembantu kamu, Van," jawabnya tanpa menoleh. "Aku tahu. Makanya aku bilang tolong." Vanka tidak kehabisan kata untuk menjawab. Shankara mengetukkan spatula ke tepi wajan. Laki-laki itu meninggalkan kompor sesaat. Ia mengambil gula, menyeduh teh, menuangnya ke dalam gelas, lalu meletakkannya di meja di depan Vanka dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. Seakan ingin menegaskan bahwa ia tidak rela melakukannya. Vanka meraih gelas itu dengan dua tangan. "Makasih, Bang." Shankara tidak menanggapi. Ia kembali memfokuskan diri pada wajan. "Abang marah?" tanya Vanka hati-hati. Lelaki itu tidak menjawab. I
Last Updated : 2025-11-16 Read more