Langit senja membentang di atas kota, menumpahkan warna oranye, merah muda, dan ungu lembut yang memantul di permukaan makam yang baru diatur rapi.Adrian berdiri di hadapan batu nisannya, tangan memegang setangkai bunga putih yang segar. Angin sore berhembus perlahan, membawa aroma melati yang lembut, seakan menembus setiap celah rindunya yang tertinggal. Ia menunduk, menatap prasasti batu itu, wajahnya serius namun damai. Perlahan ia membuka mulut, suaranya nyaris terdengar sendiri di antara desir angin dan burung-burung yang pulang ke sarangnya. “Mei Lin… istirahatlah dengan damai.” Kata-kata itu begitu sederhana, tapi sarat makna. Setelah semua yang terjadi, pengkhianatan, pengorbanan, kegelapan roh, dan perjalanan panjang melewati bayangan dosa manusia akhirnya ia bisa mengucapkan salam terakhir tanpa rasa takut atau penyesalan. Angin berputar lembut, menggoyangkan rambut Adrian, menelusuri punggungnya. Aroma melati semakin teras
Last Updated : 2025-12-07 Read more