Malam itu, di ruang kerja yang temaram, Adrian duduk sendirian. Di hadapannya, layar laptop memancarkan cahaya lembut, menyoroti wajah yang tampak lebih tenang dibanding berbulan-bulan lalu. Jemarinya menari di atas papan ketik, menuliskan kalimat yang akan mengubah banyak hal. “Manusia bukan takut pada dosa, tapi pada cermin yang memantulkannya.” Ia menamai naskah itu Bayang di Balik Cermin. Sebuah buku yang bukan sekadar kisah, tapi kesaksian, pengakuan dari seorang manusia yang telah menembus batas antara dunia dan arwah, melihat sisi tergelap umat manusia, dan pulang dengan sepotong kebenaran pahit. Selama berbulan-bulan, Adrian menulis tanpa henti. Ia menulis tentang Mei Lin, tentang Lian Hua, tentang Ritual Giok, tentang dunia bayangan yang menjadi penjara bagi dosa-dosa yang dipindahkan. Ia menulis tanpa menyembunyikan siapa pun, nama, tanggal, bahkan per
Last Updated : 2025-11-30 Read more