Badai Pun Belum Berlalu

Badai Pun Belum Berlalu

Oleh:  alfinadamayantii1122  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sosok Pinot yang berjuang melawan kerasnya hidup, percaya bahwa badai akan berlalu, bahkan akan ada pelangi setelah hujan merupakan kalimat penguat yang ia yakini selama ini. Berusaha sebaik mungkin, menunda kata lelah menjadi lillah, berusaha menjadi sosok yang selalu bisa bertahan untuk diri sendiri dan keluarga nya, menahan semua luka menjadi tawa, menahan derita menjadi sedikit harapan. Hidup memang suka bercanda selucu itu lah kuasa sang pencipta, tawa untuk hamba Nya kadang harus ada air mata sebagai pengiringnya.

Lihat lebih banyak
Badai Pun Belum Berlalu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
6 Bab
Tetes air mata
Dalam kata yang terdengar samar kini mulai terdengar lebih jelas, mereka yang kupanggil bapak dan ibuk seakan sedikit bernada tinggi dalam berkata, aku takut, berdiri mengintip dan mencoba mencerna kata yang belum kupahami, sangat sulit dimengerti di usia ku yang masih sangat dini memahami perkataan yang jauh dari kata mengerti."Ojo budal"(jangan pergi) kata bapakku sambil tetap memegang tangan ibuk.Ibuk melengos dan tak berkata, sejenak kaki ini ingin melangkah, bertanya tapi aku terlalu takut untuk itu.Suasana seakan mencekam, tetesan air mata ibuk masih berlinang, membasahi pipinya, menunduk dengan penuh kesedihan.Adikku mendekatiku, mencoba bertanya perihal yang terjadi, otakku bekerja sekeras mungkin bagaimana aku bisa menjelaskan, aku yang tak paham dengan situasi ini hanya mampu memberi isyarat untuk tetap diam, dia yang lebih polos dariku akhirnya menyerah tanpa bertanya lagi.Aku masih
Baca selengkapnya
Isak tangis
Berjalan menuju musholla dengan langkah yang berat memang tak mudah, banyak kata yang tersimpan dalam benak yang tak terucap, banyak kata tersirat dalam tatapan mata yang sangat lelah, tapi hanya dengan berkumpul dengan mereka aku lautan rasa dengki terhadap adikku sedikit terlupakan, dipertigaan menuju musholla aku mendengar terikan yang tak asing lagi, ya dia Fadli teman dekat ku, "tas budal, Nang ndi ae rek" (baru berangkat, kemana saja kamu) tanyanya sambil memandang ku, aku tak menjawabnya hanya ajakan untuk terus melangkah maju menuju musholla, sudah lah rasa ini semakin sesak jika kurasakan.Temanku dimusholla sudah heboh dengan sendirinya, mereka melakukan semua candaan sampai suaranya terdengar dari jalan gang ini, aku dan fadli segera bergegas menuju mereka, ingin segera bergabung dan berbagi cerita dengan mereka, kami sedikit berlari kecil, ternyata teman-teman kami sudah siap dengan segala macam makanan dan cerita kesana kemari tiada henti, kadang kita bercerita t
Baca selengkapnya
senyum senja
Kujumpai adikku sedang bercanda ria dengan teman sekelasku, ya aku dan aikku memang terpaut beberapa tahun tapi aku satu kelas dengannya, aku tak pernah mengerti kenapa tapi yakinlah bapakku punya alasan sendiri agar aku sekelas dengan cupang, karena aku dan adikku dari kecil memang ada batasan tersendiri, mungkin seseorang tak akan mengira bahwa dia adikku, seakan kita tidak pernah mengenal jika kita diluar rumah, aku hanya bisa mengelus dada dan bernafas sedikit berat jika memikirnya, entahlah dia seakan menjaga jarak denganku, aku sebagai kakak lebih memlih diam tanpa bertanya, karena aku berpikir jika aku bertanya akan membuat jarak diantara kita semakin menjauh, aku hanya bisa melihatnya dalam jarak yang sedikit jauh dariku, memastikan dia baik-baik saja dan menyapanya jika dia menegurku, dan itupun kami lakukan jika kita saling bertanya perihal uang saku, jangankan untuk berbicara bercanda gurau bersama, dia duduk bersama teman baiknya, sejak kelas satu sampai sekarang, ya aku
Baca selengkapnya
Sosok Hitam
jam pun berdetik tanpa henti, tanpa sedikitpun memberi jeda untukku dan fadli lebih lama tertawa lepas, kini bel masuk kelas pun sudah menggema disetiap sudut, menandakan bahwa jam masuk kelas sudah tiba, aku segera bergegas menuju kelasku, berjalan membelah ramainya lapangan dengan banyak anak yang lalu lalang, bergegas menuju kelas masing-masing, beberapa guru sudah mulai meninggalkan ruang guru satu persatu, kelasku terletak dilorong pojok gedung sekolah ini aku sedikit mempercepat langkah ku, kupandang seluruh isi kelas ini, cupang ya dia terlihat sedang berdiskusi dengan teman sebelahnya, tertawa lepas tanpa ada beban, aku hanya memandangnya dan terus berjalan membelah suara bising dikelasku yang diciptakan oleh kegaduhan teman kelasku. lalu tak lama sosok hitampun itu masuk dan segera membuat kelasku merasa tercekam, hening, tanpa ada bisikan sama sekali. aku segera menoleh ya sosok yang sangat disegenani disekolah ini, dia bukan kepala sekolah ataupun pemilik sekolah, dia han
Baca selengkapnya
Hadiah
detik semakin mencekam pak hitam semakin menatap dengan tatapan yang penuh arti, keringat dingin mulai membasahi tangan ku, kenapa semakin sesak isi dada ini, suara pak hitam yang sangat wibawa membuyarkan degup jantungku, "ojo onok seng lungguh, wong gak ngerjakno tugas kok katene lungguh, pr mung limo ae ra kerjakne" (jangan ada yang duduk, kalian tidak mengerjakan tugas, tugas hanya lima soal saja kalian tidak mengerjakan). ucapnya pasti, kami segera menuju ke tempat duduk kami mengambil buku dan alat tulis kami, satu persatu dari kami segera mengambil posisi, tanpa duduk kami mengikuti pembelajaran matematika hari ini, dengan memaksa sedikit untuk berkonsentrasi aku mencoba tidak menghiraukan teman-teman disampingku yang asyik dengan cerita mereka, aku memang tidak sepandai adikku, tapi aku adalah sosok orang yang selalu menulis disetiap pelajaran, entah itu aku paham atau hanya sekedar menulis saja.aku tetap mencoba memahami materi yang dijelaskan pak hitam hari ini, wa
Baca selengkapnya
tak bernilai
saat matahari semakin tingginya diatas kepala, tanpa ampun membuat keringat bercucuran membasahi kaos bapak yang sangat lusuh, lelah pasti tapi bapak tidak pernah mengeluh didepanku, dia selalu tersenyum, "ayo le ngasuh dikek"( ayo nak, istirahat dulu) kata bapak sambil mengelus keringat yang didahinya, aku segera menyudahinya menepi mencari tempat yang lebih teduh, aku duduk bersama bapak, tanpa kata yang terucap, bapak hanya meminum botol yang berisi air putih yang ibukku masak buatnya, dia juga mengeluarkan makanan bekal yang ia bawa dipagi hari tadi, aku hanya memperhatikannya, bapak membukanya tanpa basa-basi bapak menyodorkannya kepada ku, "aku mari maem pak" (aku sudah selesai makan pak) jawabku, sembari mendorong kotak makanan bapak.bapak mengambilnya dan langsung memakannya, sangat lahap dia menunduk seakan makan dengan makanan yang sangat mewah, tapi layaknya lauk dirumah tak beda jauh, hanya saja sambal goreng ditambahkan dengan sayur bening, sudah cukup nikmat ba
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status