Aminarsih adalah gadis yatim piatu yang dinikahi seorang CEO perusahaan untuk menghilangkan nasib buruk pria itu yang istrinya selalu saja meninggal di usia dua hari pernikahan. Bukan diperlakuan layaknya istri, Aminarsih malah disembunyikan di dalam sebuah rumah kosong yang menyeramkan. Aminarsih bertahan hidup dengan bantuan pohon apel, tikus, kecoa, dan juga semut yang ia anggap seperti keluarganya.
Lihat lebih banyakSuara tangisan itu menggema di rumah keluarga Devano. Sang istri, Sekar Wangi, baru saja menghembuskan nafas terakhirnya padahal baru dua hari menjalani perannya sebagai istri dari Devano. Wanita itu terpeleset dari lantai dua rumah suaminya, terguling hingga ke lantai dasar, dan langsung meninggal saat itu juga.
Devano meremas tangannya kuat, setelah iring-iringan sanak-saudara, menggotong keranda sang istri untuk masuk ke dalam ambulans dan dibawa ke pemakaman keluarga Devano yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Matanya menatap nanar semua orang yang kini menangis di sekelilingnya, ada ibu dan ayah mertuanya, para sepupu, om, tante yang masih menangisi kepergian Sekar yang terlalu cepat, bahkan wanita cantik itu baru saja berumur dua puluh tahun.
"Ayo, kita antar Sekar ke peristirahatan terakhirnya," ucap seorang kakek tua yang duduk di kursi roda. Kulitnya sudah mengeriput hampir di seluruh tubuh, namun raut tegas dan garangnya masih terlihat jelas bagi orang-orang yang berpapasan dengannya.
"Baik, Opa," jawab Vano lemah. Kakinya melangkah lemah menuju mobil, menyusul iring-iringan almarhum istrinya yang sudah lebih dahulu berangkat.
Lelaki itu terus saja menunduk, menatap gundukan tanah merah yang masih basah. Di pusara ini, wanita ketiga yang ia nikahi secara resmi, meninggal dengan cara mengenaskan. Air mata sudah tak bisa ia keluarkan, seakan ada tembok yang membentengi air mata itu agar tidak tumpah. Hanya raut wajahnya yang merah menahan amarah dan sedih.
"Lelaki pembawa sial! Kalau saja anak gadisku tidak menikah dengan duda sial sepertimu, tentu Sekar masih hidup sampai saat ini. Dasar duda pembawa sial!" teriak seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Sekar. Wanita itu terus saja meracau menyalahkan Devano atas kematian puterinya.
"Maaf, Ma." Hanya itu yang dapat ia ucapkan, saat sang mertua memakinya di pemakaman.
"Sudah, sudah. Ayo kita pulang!" sang suami menyeret istrinya untuk segera pergi dari sana. Sebelum mereka benar-benar menjauh, sang wanita paruh baya berteriak lantang, "semoga semua wanita yang kamu nikahi, mati mengenaskan seperti anakku, dan seperti almarhum istri-istrimu terdahulu!" teriak sang wanita paruh baya berapi-api.
Devano hampir saja luruh di tanah, jika saja sang papa tidak langsung menahan tubuh sang putera. Kesialan demi kesialan menimpa hidup sang putera sejak empat tahun yang lalu, sudah tiga wanita yang ia nikahi, meninggal mengenaskan di dalam rumahnya, tepat di hari kedua mereka menikah.
Apa sebenarnya yang terjadi pada nasib anaknya? Gumam Pak Broto, ayah dari Devano.
Rumah kembali sepi, tidak ada pengajian di rumahnya, semua ia limpahkan ke rumah yatim piatu saja untuk mendoakan istrinya. Percuma ia adakan pengajian di rumahnya, karena ini adalah kematian ketiga yang terjadi di dalam rumahnya, para tetangga tentu saja takut untuk hadir di sini.
"Ke sini kamu, Vano!" panggil seorang kakek.
"Ada apa,Opa?"
"Nasib buruk kamu, sepertinya akan terus saja datang kepada siapapun yang kamu nikahi. Laras meninggal jatuh terpeleset di kamar mandi. Suci, dan kali ini Sekar, meninggal jatuh terguling di tangga rumahmu. Opa yakin, ada kutukan buruk terhadap kamu dan rumah ini. Kamu yakin ini tidak ada kaitannya dengan pembantu yang pernah kamu nikahi?"
"Maksud, Opa?"
"Temukan dia, lalu nikahi kembali. Opa rasa itu hanya satu-satunya cara agar kesialan kamu berakhir."
"Siapa namanya?" tanya kakek tua itu pada cucu semata wayangnya.
Devano menggeleng, ia lupa nama pembantu yang empat tahun lalu ia nikahi dua hari, lalu ia ceraikan, dan usir di hari kedua itu juga.
"Aminarsih," jawab Pak Broto, papa dari Devano.
****
Selamat datang di cerita terbaru saya. Semoga suka dan menghibur pembaca semua. Jangan lupa tekan ulasan bintang limanya ya. Selamat membaca.
Acara akad nikah dan resepsi yang diadakan diballroomsebuah hotel mewah, berlangsung lancar dan meriah. Para tamu undangan yang berbondong-bondong memberikan selamat dan juga mendoakan sepasang pengantin yang tengah berbahagia di atas pelaminan sana.Semua bergembira dan tersenyum penuh senang. Amira, si gadis super unik, berjodoh dengan Reza yang tak lain adalah anak majikan sang ibu, saat dahulu kala. Jika ada penulis yang bersedia menceritakan kisah mereka dan memberi judul 'Menikahi Anak Pembantu', pasti sangatlah tepat. Namun itu hanya sepenggal kisah masa lalu yang dilalui Amira dan juga ibunya. Saat ini, mereka bahkan tak tahu berapa banyak aset perusahaan dan juga warisan yang ditinggalkan Uyut Wijaya untuk Amira dan juga ibunya.Buktinya dapat dilihat dari para undangan yang hadir, mulai dari wali kota Jakarta Selatan dan beberapa stafnya. Belum lagi lurah, dan camat setempat. Relasi bisnis sang papa, teman se
Devano menjadi pusat perhatian di dalam rumah besar milik Aminarsih. Lelaki itu tak banyak bicara. Hanya senyuman dan anggukan yang ia berikan, saat Amira atau Emir menanyai dirinya. Lalu bagaimana dengan Aminarsih? Wanita setengah baya itu tak mau mengeluarkan suara apapun untuk Devano. Bahkan ia menganggap lelaki itu sudah lama mati. Ia hanya menghargai Amira sebagai darah daging lelaki kejam seperti Devano.Lelaki itu duduk tepat di samping kiri Amira, sedangkan Emir dan Aminarsih ada di posisi kanan. Yasmin pun tak kalah bingung. Ia memang ingat, saat itu Narsih menggantikannya jadi pengantin Devano, tetapi bukannya mereka langsung berpisah beberapa hari kemudian? Harusnya, usia Amira lebih tua, atau tak beda jauh dari Reza. Namun, kenapa bisa Amira masih sangat muda?Satu hal yang paling menyeramkan dari semua ini adalah penampilan Devano yang telah kehilangan sebagian tangan kirinya. Ada banyak pertanyaan bersarang di kepalanya
Langit malam tampak begitu terang benderang. Bintang bertabur di atas sana yang jika kita perhatikan, tampak seperti bentuk kursi. Aminarsih membiarkan jendela kamarnya terbuka. Sambil memijat kaki sang suami, sambil menikmati sinar bintang dan rembulan.Besok adalah hari lamaran Amira. Semua sudah disiapkan dengan begitu sempurna oleh Aminarsih dan juga suaminya. Keputusan sang puteri kesayangan sudah bisa mereka terima dengan lapang dada. Namun masih ada satu yang mengganjal Aminarsih, tetapi ia ragu untuk menanyakan perihal itu pada suaminya."Kenapa, Sayang? Sepertinya sedang memikirkan sesuatu? Apa ada yang belum rapi untuk acara besok?" tanya Emir penasaran, saat tiada suara yang keluar dari bibir sang istri saat memijatnya. Tidak seperti biasanya yang selalu ada saja yang menjadi bahan perbincangan."Pa, Ibu mau tanya. Mm ... tapi Papa jangan tersinggung. Ini soal ....""Devano?" tebak Emir dengan s
Amira, Reza, dan Aminarsih sudah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu. Ketiganya duduk tergugu tanpa mengeluarkan suara. Terutama Amira yang merasa sangat malu bercampur haru. Wajahnya terus saja meron saat lelaki dewasa di depannya tak pernah memutus pandangan untuk menatapnya.Merahnya buah apel di kebunnya, sudah pasti kalah dengan warna pipinya saat ini. Hangat dan begitu bersinar sangat cantik. Bagaimana seorang Reza semakin tidak terpesona dengan gadis seperti Amira? Sungguh berbeda saat bertegur sapa di telepon dan saat ini bertemu langsung. Amira masih saja menunduk malu tanpa suara. Gadis itu sibuk memilin ujung bajunya sambil sesekali menggigit bibirnya."Kita kok jadi diam-diaman gini ya? He he he ...." Aminarsih membuka suara sambil tertawa kecil. Reza pun tersadar dari lamunan, lalu menoleh pada Aminarsih dengan wajah yang merona juga."Bingung mau ngomong apa, Tante. Hati saya terlalu senang saat bertem
Tiga tahun kemudian.Banyak sekali hal indah yang dialami Amira selama menjalani masa SMA. Teman yang banyak lagi seru. Guru-guru yang perhatian, namun tetap tegas. Orang tua dan adik-adik yang selalu memperhatikan dan sayang padanya. Pacar yang selalu sabar bila ditinggal tidur, atau ditinggal main olehnya. Benar-benar sempurna. Ditambah lagi teman-teman goib yang tak pernah mengganggunya. Hanya numpang lewat, atau say hello saja. Beda dengan dokter koas yang selalu mengukuti ke mana pun ia pergi.Pagi ini sarapan sedikit berbeda, karena wajah sang papa sedikit asem dan tak bersemangat. Apakah papanya sakit? Amira hendak bertanya, tetapi sungkan. Ia hanya memperhatikan lelaki yang semakin hari semakin dewasa itu tengah menyesap teh manis yang dituangkan istri tercinta ke dalam cangkir ukiran miliknya."Papa sakit?" kali ini Mahesa yang bertanya. Untunglah, mewakili perasaan penasaran dirinya. Emir mengangkat wajahnya, lalu tersenyum tipis.
Berawal dari kejadian hari pertama di sekolah, Amira menjadi terkenal. Ditambah lagi, semua guru baru mengetahui bahwa Amira adalah cicit pemilik lembaga pembelajaran mereka, sehingga hampir semua guru dan staf sangat menyukai Amira.Saat ini, Amira belajar di kelas XA bersama dengan Andini. Baru sepekan mengikuti kegiatan belajar mengajar, Amira sudah akrab dengan semua teman di kelasnya. Ditambah lagi desas-desus bahwa gadis itu adalah cikal-bakal pemilik lembaga pendidikan ini kelak. Tentulah banyak teman baik laki-laki mau pun perempuan yang dekat dan baik pada Amira. Namun tetap saja, Amira lebih merasa cocok dengan Andini. Si lemot yang menggemaskan."Nomor lima dong," bisik Andini pada Amira. Hari ini mereka ada kuis dari pelajaran matematika yang mengulang materi pembelajaran saat seragam putih biru. Andini dan Amira duduk di barisan tengah, juga saling bersebelahan."Belum. Baru nomor dua," jawab Amira sambil berbisik."Boho
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen