Share

005

Author: Novisi
last update Last Updated: 2022-09-03 14:12:28

"Tidak." Jawaban pendek itu semakin membuat Batari kesal. Dadany kembang kempis menahan emosi.

"Bapak datang kemari hanya untuk membuat saya marah?" protes Batari. Ia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa ponsel itu. Terpaksalah ia menggunakan angkutan umum untuk sampai ke rumah yang disediakan Xabier untuknya.

Batari menyandang tas ranselnya, melangkah keluar ruangan. Ditentengnya map berisi hasil laboratorium dan resume medis.

Sebelum sampai ke pintu, Xabier lebih dulu menghalangi jalan Batari.

"Pulang sama saya!" perintah Xabier, maniknya menatap Batari.

"Tidak mau," kata Batari. "Saya bisa pulang sendiri. Tolong, beri saya jalan, Pak," sambungnya dengan sorotan tajam pada Xabier.

Pria itu geram melihat Batari yang keras kepala. Sebelum ini, Xabier tahu kalau Batari orang yang lembut dan ramah, sehingga pengunjung restoran yang bersedia mengikuti survei kepuasan pelanggan memberi nilai baik pada pelayanannya.

"Jangan berlebihan. Aku memang mau menjemput kamu," kata Xabier menjelaskan maksud kedatangannya.

Batari menarik nafas dalam. Ada keinginan apa bosnya bertindak baik?

Perempuan itu akhirnya mengikuti kemauan Xabier daripada debat berkepanjangan. Mereka berjalan sampai di lobi rumah sakit. Batari enggan melangkah berdampingan, ia menguntit saja dari belakang.

Rupanya, di parkiran sudah ada beberapa pemburu berita. Mereka berjalan cepat ke arah Batari dan Xabier. Batari bertanya-tanya dari mana mereka tahu dirinya di rumah sakit?

Rentetan pertanyaan diajukan mereka pada Xabier dan Batari.

"Bagaimana keadaan Ibu Batari?"

"Apa yang terjadi di restoran?"

Desak-desakan saat itu tidak terelakkan lagi.

Batari sampai bersenggolan dengan kerumunan. Belum lagi tas ransel yang berat menyulitkannya untuk bergerak maju. Refleks perempuan itu melindungi perutnya.

Batari ingin keluar dari kerumunan, sayangnya ia benar-benar sudah di kelilingi para pemburu berita. Ia takut akan masuk rumah sakit lagi bila kurang hati-hati.

Seseorang menarik lengannya untuk mendekat. Perutnya terlindungi ke arah orang itu. Sambil berjalan menuju mobil, sosok yakni suaminya berkata dengan suara keras, "Ya, nanti kami akan memberi penjelasan. Beri saya dan istri lewat dulu. Kami baru pulang dari rumah sakit, mohon pengertiannya."

Tidak mudah untuk sampai di mobil. Xabier mengantarkan Batari masuk terlebih dahulu di bangku penumpang bagian depan. "Kunci pintunya," bisik Xabier cepat.

Pria itu masih dikerumuni. Mereka seolah-olah haus akan jawaban atas pertanyaan yang mewakili netizen.

Sambil berjalan menuju bangku kemudi, Xabier menjawab baik-baik, "Besok saya akan konferensi pers di Restoran Pohon Rindang pusat." 

Xabier memakai kacamata hitamnya dan tersenyum ke kamera. Pekerja perempuan sampai takjub dengan ketampanan dan keramahannya.

Beberapa sekuriti yang ada di rumah sakit tidak tinggal diam melihat kesulitan Xabier untuk keluar dari parkiran. Para sekuriti meminta diberikan jalan agar tidak menghalangi kendaraan yang akan keluar masuk rumah sakit.

Kendaraan roda empat itu berhasil melaju di jalanan utama kota.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Xabier, melirik sekejap Batari yang terdiam masih menyentuh perutnya.

"A... e... a...." Batari tergagap menjawabnya, ia masih kaget dengan situasi tiba-tiba tadi. "Aku baik," jawabnya singkat. Seketika Batari menyadari kesalahannya, ia mengoreksi ucapannya, "Saya baik, Pak."

Xabier mengangguk-angguk. "Itu resiko punya suami publik figur," ucapnya menyatakan fakta yang ada. "Video aku membopong kamu di restoran tersebar luas," sambungnya. Batari tercenung mendengar perkataan Xabier.

Bunyi hembusan nafas terdengar dari Batari. Kejutan demi kejutan  cepat diterimanya. Bukan hanya tentang suami yang tidak peduli, melainkan juga profesi suaminya membuat ia tidak lagi memiliki ruang privat.

Mobil berbelok ke arah rumah klasik milik Xabier. Perempuan itu turun lebih dulu menenteng tasnya.

Dari dalam mobil Xabier menatap Batari hingga masuk ke dalam rumah. Kali ini, pria itu ikut turun mengikuti Batari.

Batari langsung ke dapur menaruh pakaiannya yang kotor di mesin cuci lalu menampung air untuk mencuci. Ia cukup senang tinggal di rumah klasik itu, fasilitasnya tersedia baik.

"Langsung mengerjakan pekerjaan rumah?" tanya Xabier saat melihat kegiatan Batari dekat dapur.

Perempuan itu menoleh, ia pikir Xabier akan langsung pergi seperti yang pernah ia lakukan. "Ya, hanya mencuci," sahutnya.

"Besok, aku akan melakukan konfrensi pers terkait kejadian di restoran dan rumah sakit. Aku akan memberitahukan kehamilan kamu." Xabier membeberkan rencananya.

Gerak tangan Batari memasukkan deterjen terhenti. "Bapak memberikan pernyataan atau pertanyaan pada saya?" tanyanya menoleh pada Xabier.

"Pernyataan. Saya tidak perlu izin dari kamu," ucapnya.

Batari menuang kembali deterjen, terdengar bunyian dari mesin cuci tanda air cukup dan pintu harus ditutup.

"Terserah Bapak kalau begitu," ujar Batari tidak tertarik pada topik itu.

"Aku minta kamu besok hadir," titah Xabier. "Akan menjadi pertanyaan bagaimana bisa kehamilan begitu cepat, padahal baru seminggu menikah," lanjutnya.

Batari membeku. Semua orang pasti akan bertanya-tanya. Apa kelanjutan rencana Xabier untuk dirinya?

Memorinya berputar ke malam kelam sewaktu dirinya dipaksa melayani hasrat Xabier. Detak jantungnya mendadak cepat. Matanya panas, berkaca-kaca. Ia berpegangan pada dinding dengan bahu turun naik.

Tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga kecil yang terbuat dari keramik. Pecahannya mengenai kaki Batari.

Sontak Xabier berdiri dan melangkah mendekati Batari. Ia menarik lengan Batari agar tidak menginjak beling.

Batari tidak bisa menahan dirinya, ia melayangkan tamparan keras ke pipi kiri Xabier.

Mereka berdua terhenyak mendengar bunyi telapak tangan beradu dengan pipi Xabier. Pria itu menyentuh pipinya. "Apa yang kamu lakukan!?" gertaknya dengan kilat emosi. 

Batari menangis tersedu-sedu. Ia berlari menuju kamarnya meninggalkan Xabier yang kebingungan akan sikapnya.

"Perempuan aneh!" serunya pelan.

Akhirnya, pria itu memilih keluar dari rumah yang ditempati oleh Batari. Untuk konferensi pers besok ia berencana memaksa Batari kembali untuk mau menuruti perintahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
datang nggak Batari ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 081 - Pesta Pernikahan [SELESAI]

    Kesehatan Ayasya membaik, suhu tubuh telah kembali normal dan muntah tidak lagi menghantui keseharian di rumah sakit. "Moga tidak sakit lagi menjelang pernikahan nanti," ucap Ayasya berjalan menuju lobi rumah sakit.Hari ini, Ayasya diizinkan pulang ke rumah oleh pihak rumah sakit. Betapa senang Ayasya karena ia pun merasa jauh lebih sehat dibanding beberapa hari lalu.Ayasya dijemput oleh Xaba, sementara itu keluarga Santos yang lain memiliki kesibukan sendiri.Xaba sengaja menggunakan jasa pengemudi agar dirinya bisa duduk berdekatan dengan Ayasya di bangku penumpang belakang."Ayas, aku mau bertanya."Ayasya yang duduk menyender ke lengan Xaba menegakkan tubuh lalu menoleh pada Xaba. Kendaraan melaju menuju kediaman Santos."Apa, Mas?" tanyanya."Kamu keturunan dari Dewandaru apakah kamu mau mengurus hak sebagai ahli waris?" tanya Xaba yang sejurus kemudian dihadiahi pelototan dari Ayasya. "Eh, bukan maksud aku macam-macam, tidak seperti pikiran kamu, ya. Hanya bertanya, bila kam

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 080 - Ungkap Kebenaran

    Elang masuk begitu saja ruang rawat Ayasya bermodalkan pesan alamat dan nama ruang rawat inap yang dikirim oleh Ayasya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Elang di saat Ayasya tengah berbaring di ranjang pasien. Raut sendu memancarkan kecemasan dari Elang.Sontak Ayasya bangkit menyender dengan mata membelalak sejenak lalu normal kembali."Tidak."Elang mendekat hingga membuat gerakan bergeser ke sudut pada Ayasya."Stop di sana, Elang! Katakan cepat soal papa saya," tuntut Ayasya yang sebenarnya masih memerlukan istirahat. Dengan sisa keberanian, ia memberi tahu lokasi rumah sakit tempatnya dirawat dengan tujuan mengetahui kisah lama orang tuanya."Apa kita bisa bicara baik-baik, Ayas, tanpa ada nada suara yang tinggi?"Elang berjalan bertambah dekat ke arah Ayasya. Tangan Ayasya terkepal di balik selimut rumah sakit. Baginya, Elang terlalu mengulur waktu. "Sebagian sudah saya ceritakan pada kamu. Kamu adalah putri dari Sri dan seorang pengusaha bernama Dewandaru. Anak di luar pernikahan

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 079 - Infeksi Virus

    Elang sengaja bepergian ke Surabaya untuk menemui Ayasya. Sepanjang penerbangan, tidak luntur senyum di balik masker yang dikenakan.Beralasan akan mengunjungi makam orang tua dan lembaga pendidikan swasta yang dimiliki keluarga Dewandaru, langkah Elang menjejak ke Surabaya kembali.Bayangan Ayasya begitu lekat dalam pikiran Elang. Perempuan manis yang menarik hati sejak zaman mereka menimba ilmu di kampus milik keluarga Dewandaru.Lain hal dengan Ayasya yang gelisah pagi ini, suhu tubuhnya meningkat."40 derajat. Bagaimana perasaan kamu?" tanya Xinta yang duduk di samping ranjang. Ia seorang dokter yang mengetahui cara menurunkan demam, tetapi butuh pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada penyakit tersembunyi di balik demam.Di situ berdiri pula Xaba dan Batari yang khawatir terhadap kondisi Ayasya. Xinta meminta mereka semua memakai masker selama berada di dekat Ayasya. "Pusing, sakit otot, dingin," jawab Ayasya sambil menggigil dan terbatuk-batuk serta hidung pun sampai

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 078 - Gangguan

    "Pak, lagi-lagi kita dikirim surat kaleng. Kali ini sarung tangan bayi dan foto lama Sri. Buat apa itu semua, Pak? Apa hubungan ke kita?"Sewaktu Batari dan Xabier berdiskusi di ruang keluarga, tanpa sengaja Ayasya menguping pembicaraan. Tadinya, hanya sekedar lewat menuju dapur.Namun, suara riuh menjelang tengah malam menarik Ayasya untuk mengetahui apa yang dibicarakan. "Sulit untuk dimengerti maksud pengirim. Mau dilaporkan ke pihak berwajib, tapi kali ini tidak ada ancaman di isi suratnya."Menggigit bibir sendiri, Ayasya gelisah berdiri di ujung dinding. Tidak ingin ketahuan, buru-buru Ayasya meninggalkan tempat menuju ke kamar pribadinya. "Apa maunya Elang? Sampai nekat. Jahat sekali," ujar Ayasya sambil duduk di ujung ranjang. Keesokan pagi, Ayasya sengaja bangun pagi lalu jalan-jalan ke halaman besar kediaman Santos. Rasa penasaran membuatnya singgah ke pos jaga. "Olahraga, Bu?" sapa seorang penjaga."Ya, Pak."Demi apa Ayasya menjadi pribadi berbeda hari ini. Biarlah pik

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 077 - Kembali ke Surabaya

    Mengingat hingga malam Xaba akan syuting, terlintas niat Ayasya untuk menemui Elang ke restoran, menagih nama siapa ayah kandungnya.Menimbang Xaba akan keberatan bila ia mengutarakan niat bertemu Elang, Ayasya masih menyimpan rahasia sendiri rapat-rapat. "Awww."Tangan Ayasya berdarah teriris pisau. Ia gegas membersihkan jari telunjuk kiri ke wastafel."Kamu kenapa?"Mendengar suara asing dari dapur, Xaba lantas beranjak dari kamar."Kurang hati-hati mengiris sayur, Mas."Tidak seperti biasa menurut Xaba."Melamun? Lamunin apa, sih?"Xaba mencolek dagu Ayasya, mencoba menghibur tunangannya."Gak ada, Mas. Hanya kurang fokus saja."Ayasya menuju kotak P3K, mengambil cairan antiseptik lalu membalut dengan plester luka."Sudah beres," ucap Ayasya. Xaba memerhatikan Ayasya dengan seksama."Jangan pikirkan hal lain sewaktu memegang pisau, harus konsentrasi, bila tidak, bisa melukai diri sendiri."Ayasya menghela napas lalu mengangguk menyetujui perkataan Xaba. Pesan Elang sangat memenga

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 076 - Pesan Kurang Adab

    "Pak, lengan saya ini sakit lagi," rungut Batari seraya menunjukkan pada Xabier yang telah siap beristirahat malam hari.Sejak pemberitaan tentang Wisang, Batari didiamkan oleh Xabier. Merasa ada yang kurang.Xabier bangkit dari rebahnya. "Sakit kenapa?" tanyanya dengan paras khawatir. Wajah Batari meringis menunjukkan kalau sakitnya benar-benar mengganggu."Perbannya tidak apa-apa. Di dalam sakit sekali, 'kah?" tanya Xabier sambil mengelus pelan luka Batari.Batari mengangguk sambil mengintip dari sudut mata bagaimana ekspresi suaminya. Ia tertawa samar, Xabier masih cemas bila dirinya kenapa-napa."Kamu jangan dulu urusan dapur sampai sembuh total, Bu." Xabier malah menggerutu. "Mau ke rumah sakit buat periksa?"Batari menggeleng, menolak ide Xabier. "Ini tadi karena Bapak tepis tangan saya waktu nonton, jadi agak sakit," rengek Batari. "Iya, 'kah? kekencengan aku awasin tangan kamu, ya."Batari mengangguk lagi membenarkan perkataan Xabier. "Maaf, ya. Aku kalau menyangkut 'orang

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 075 - Candle Light Dinner

    Restoran mewah yang dipesan oleh Xaba memikat hati Ayasya. Ini pengalaman baru lagi buatnya, masuk ke restoran yang mengusung interior elegan.Ruang makan menampilkan replika akar pohon yang menggantung di udara. Ada pula pepohonan di sekitar mereka.Dari ketinggian saat ini, mereka bisa melihat keluar pemandangan indah gemerlap lampu kota Jakarta. Sungguh menakjubkan bagi Ayasya."Kamu cantik."Ayasya terfokus pada arsitektur restoran, lain hal dengan Xaba yang sedari tadi menatap paras Ayasya yang ceria seolah-olah itulah pemandangan menarik dibanding yang lain.Ayasya tersipu malu, temaram lampu ruangan menyembunyikan bagaimana merona pipinya kini. Dipuji Xaba menjadi kesukaan bagi dirinya sendiri."Mas juga sangat tampan." Lagi-lagi Ayasya malu melontarkan pujian hingga ia tertunduk tidak mampu menatap manik pria yang sebentar lagi akan menjadi kekasihnya."Aku harap kamu suka tempat ini."Ayssya menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Hanya ada mereka berdua saat ini serta bebera

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 074 - Rahasia Lama

    Menemani Xaba bekerja ke Jakarta menjadi momen indah untuk Ayasya. Suasana berbeda ia rasakan."Mas, untuk berlian pesanan Mas itu, biar saya saja yang ambil ke tokonya, ya," tawar Ayasya malam hari seusai makan malam di unit Xaba. Xaba memberi perhatian, menaruh ponselnya di meja.Selagi Xaba mencerna tawaran itu. Ayasya kembali melanjutkan. "Kita tidak lama di Jakarta, sementara Mas masih harus bekerja. Biar saya saja," lanjut Ayasya."Setelah itu, tidak kemana-mana lagi, 'kan?""Tidak. Langsung pulang.""Ada pengawalan buat kamu seperti biasa, ya. Bila ada keperluan atau hal mencurigakan kamu bisa meminta bantuan mereka."Ayasya memasuki sebuah toko berlian. Pada hari-hari sebelumnya, Xaba menunjukkan sebuah berlian yang bakal dipakai calon istrinya di pernikahan mereka.Bantahan Ayasya untuk tidak menghabiskan uang membeli perhiasan mahal tidak didengar oleh Xaba."Berlian juga bentuk investasi, Ayas. Kamu akan terlihat cantik di pesta nanti," ucap Xaba kala itu."Berarti saat in

  • PELAYAN RESTORAN ITU, ISTRI BOS   S2 073 - Tertangkap

    Batari diharuskan untuk rawat inap lantaran ada luka terbuka di bagian lengan dan bahu akibat pecahan kaca mobil mengenai dirinya."Malam ini saya saja yang menjaga Ibu, Pak, Mas," tawar Ayasya. Akhirnya, Xaba meminta Ayasya datang ke rumah sakit.Xaba dan Xabier saling pandang."Bapak saja, tidak masalah.""Ayas benar, Pa. Keadaan Papa kena benturan juga akan sulit mengurus Ibu di rumah sakit. Aku yang bantu Papa di rumah. Ayas menjaga Ibu di sini."Melihat kondisinya sendiri, barulah Xabier menerima ide dari putra dan calon menantunya."Kamu cepat beritahu kalau ada yang janggal atau kondisi ibu terbaru Ibu, ya," ucap Xaba sembari membelai kepala Ayasya. "Ada penjaga yang bertugas. Kasus rem blong ini juga sudah ditangani pihak berwajib."Xabier mengatakan demikian agar ada rasa aman dalam diri Ayasya selama menjaga Batari di rumah sakit.Xaba dan Xabier berpamitan pada Ayasya, Batari berbaring di ranjang dalam keadaan terlelap.Ayasya mengusap lengan Batari, ia iba dengan keadaan ca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status