Sabitah

Sabitah

By:  Rein Senja  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
17Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dunia telah berubah. Begitu juga dengan Kota Metrolium yang megah. Teknologi mutakhir penunjang kehidupan terus diciptakan. Namun, perubahan itu adalah misteri. Sumber dari setiap pertanyaan yang muncul dalam diri Reandra Chan, pemuda yatim piatu yang telah ditinggal oleh kedua orang tuanya dalam misi penelitian. Perjalanan dalam mengungkap semua tidaklah mudah. Reandra yang masih 25 tahun harus menghadapi banyak fakta menyedihkan di hadapannya. Namun, dalam perjalanan itu terdapat pertemuan manis antara Reandra dan gadis bersurai hitam, Sabitah. Pertemuan yang membawa Reandra pada fakta-fakta baru yang tidak pernah terungkap. Apakah setiap fakta dapat mengungkap misteri di Kota Metrolium? Dan apakah perjalanan itu membawa Reandra pada tujuannya?

View More
Sabitah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Li Sa
semangat Thor
2022-03-24 23:43:20
0
user avatar
Sakura Aeri
Mas Reandra ......
2021-12-02 20:11:33
1
17 Chapters
~ 1 ~
           “Cuaca sedikit mendung, sebaiknya sedia pelindung sebelum hujan....”            Ting            Klik            “Perkenalkan teknologi yang akan memberikan kemudahan kepada manusia. Teknologi paling mutakhir yang ada di negeri ini....”            Helaan napas terdengar berat keluar dari pembauan seorang pemuda. Menggunakan tangan yang menggenggam sepotong roti panggang dengan olesan selai cokelat, pemuda itu masih memusatkan pandangan pada acara televisi. Setiap harinya penyiar berita selalu menggaungkan tentang perkembangan teknologi di kota dengan kemajuan yang sangat tinggi.     &n
Read more
~ 2 ~
            Awan mendung di langit Kota Metrolium menjadi hiasan alami ketika hari mulai beranjak malam. Reandra dan Angkasa masih sibuk dengan pekerjaan mereka setelah  menyudahi perbincangan tentang perkembangan teknologi dunia. Di samping itu, di sisi lain perpustakaan, seorang pemuda dengan wajah tegas tampak menatap sendu ke arah tetesan air yang turun.            “Apa kabarmu di sana?” gumam pemuda itu.            Perlahan tangan pemuda itu meraih selembar foto usang dari dompet. Dia tersenyum getir mengingat semua kenangan pahit yang harus membuat pemuda itu terpisah dengan orang terkasih.            Juna Ardian, pemuda yang tengah menatap rintik hujan itu menghela napas untuk membuang sesak di dada. Selain sendu y
Read more
~ 3 ~
         “Malam ini, kelompok jaringan ilegal telah diamankan oleh otoritas keamanan. Jaringan ini telah mencoba meretas sistem museum untuk mencuri benda terlarang yang di simpan di dalamnya. Hingga detik ini belum ada keterangan pasti terkait kejadian itu....”         Pemuda dengan telinga unik itu mengeryit mendengar seruan pemberitaan yang sudah menggema di tengah pekatnya malam. Tidak dipungkiri bahwa pemberitaan itu cukup memberikan keterkejutan untuk Reandra.         “Haish! Aku harus memastikan sesuatu,” ucap Reandra yang langsung beranjak dari pinggiran jendela. Namun, baru beberapa langkah, pemuda itu harus berhenti ketika terdapat pemberitahuan pada sistem jaringannya.          Ting      &n
Read more
~ 4 ~
           Brakkk!!!            “Kurang ajar! Cepat bereskan keamanan di wilayah tembok pembatas itu. Aku tidak ingin ada celah yang membuat berandal kecil itu bisa berkomunikasi dengan kota ini,” ujar seorang laki-laki paruh baya dengan wajah yang dingin seolah menggambarkan bahwa memang laki-laki itu tengah menahan amarah.            Sedangkan suasana Kota Metrolium sedang dilanda banyak tanda tanya mengenai datangnya gelombang suara berfrekuensi rendah. Para masyarakat berhamburan keluar ruangan hanya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tidak jauh berbeda dengan Reandra dan Angkasa yang kini tengah termenung bersama pikiran masing-masing.            “Dari mana datangnya gelombang tadi?” tanya Angka
Read more
~ 5 ~
           Ruangan yang berupa bangunan toko barang antik di sudut pusat perbelanjaan itu tampak begitu hening. Juna terdiam dengan rasa kalut menyelimuti. Laki-laki paruh baya yang tengah menanti salah satu dari pemuda di hadapannya untuk mengeluar kata-kata. Dan ada Reandra yang tidak mengerti kenapa ketua perpustakaan tempat pemuda itu bekerja terlihat begitu khawatir.             Kedua bola mata bulat meruncing milik Reandra mulai menilik sekitar. Pemuda itu baru tersadar bahwa dirinya berada pada sebuah toko yang menjual berbagai barang-barang unik. Laki-laki paruh baya yang menanti adanya perbincangan tersenyum tipis melihat tingkah Reandra.             “Apa ada yang membuatmu tertarik, nak?” Akhirnya laki-laki paruh baya itu mengeluarkan suara.        &nbs
Read more
~ 6 ~
            “Ayahmu berkorban untuk kami semua....”            Tubuh Reandra benar-benar limbung mendengar kalimat yang baru saja pemuda itu dengar. Bahkan rasanya seluruh tubuh Reandra seperti terhantam benda keras yang membuat terasa begitu sakit. Pandangan Reandra masih terlihat kosong. Pemuda itu memandang ke arah Profesor Amerta yang sudah berada di hadapan Reandra. Raut wajah penuh penyesalan terlihat begitu jelas pada laki-laki paruh baya itu.            “Maafkan aku, Nak. Tim penelitian sudah mencoba menghalangi ide gila dari Ayahmu. Tapi kekuatan kami kalah saat Ayahmu sendiri mendorong kami semua keluar dari laboratorium dan menguncinya.” Profesor Amerta mencoba menjelaskan dengan perlahan kepada Reandra walau pemuda itu masih menatap kosong.&nbs
Read more
~ 7 ~
            Reandra melangkah pelan membawa tubuh lelahnya untuk mencapai ke rumah. Pemuda itu hanya berdiam diri sejak turun dari bus terbang. Pikiran Reandra masih dipenuhi oleh berbagai hal yang baru saja pemuda itu alami.            "Kode akses apa itu tadi?" ucap lirih Reandra pada hembusan angin yang menyapa.            Pemuda itu menatap gelapnya langit malam tanpa bintang. Reandra seolah sedang menjadi satu titik terang yang akan membawa dirinya menuju kepada setiap jawaban. Namun, pendar bintang memang tidak pernah lagi menyapa Kota Metrolium karena setiap cahaya lampu senantiasa menghalangi para bintang untuk bersinar.            Atensi Reandra teralihkan pada liontin dalam genggaman. Ada senyuman tipis tersemat pada wajah tampan pem
Read more
~ 8 ~
“Ada apa?” tegur Angkasa saat melihat Reandra termenung di ruang rapat perpustakaan. Reandra yang tersadar dari lamunan mendengkus sebal sebelum melemparkan penghapus papan ke arah Angkasa. Reandra masih menyimpan rasa kesal kepada pemuda pemuja teknologi itu. Bagaimana tidak? Beberapa saat yang lalu, ketika Reandra baru saja sampai di perpustakaan, pemuda itu bergegas menuju ke ruang rapat karena memang dia telah terlambat. Namun, yang Reandra temukan bukan para petugas perpustakaan yang tengah rapat melainkan ruang kosong tanpa kehidupan. “Jangan berbicara kepadaku. Aku masih kesal denganmu. Jika tahu tidak benar-benar ada rapat hari ini, aku lebih memilih selimut di rumah daripada harus mendengarkan dirimu curhat tanpa kenal waktu.” Reandra menatap sebal ke arah Angkasa yang saat ini tengah terkekeh. Pemuda pemuja teknologi itu memang sengaja mengundang Reandra untuk datang ke perpustakaan saat gedung itu bahkan masih dalam masa penutupan. “Setidak
Read more
~ 9 ~
Suasana hening menyelimuti ruang rapat perpustakaan sejak Juna memilih mengakhiri perdebatan dengan Reandra. Pemuda bertelinga unik itu masih terpaku di tempat. Mencoba mencerna apa yang baru saja pemuda itu dengar. “Apa yang sebenarnya telah aku lewatkan?” gumam Reandra lirih. Tubuh pemuda itu seperti tidak memiliki energi ketika Reandra memilih untuk duduk pada bangku ruang rapat. Pemuda itu mengusak kasar rambutnya tidak mengerti. Entah kenapa Reandra merasa banyak memori yang terlewat begitu saja.  “Kamu kenapa, Rean?” tanya Angkasa. Pemuda itu kembali ke ruang rapat karena ada barang yang tertinggal. Reandra menatap ke arah Angkasa sekilas sebelum pemuda itu beranjak. Namun, langkah Reandra terhenti saat Angkasa mencekal lengan pemuda itu.  “Ada apa?” Angkasa kembali bertanya. “Aku sempat mendengarmu ribut dengan ketua,” lanjutnya. Memang benar saat Angkasa mengingat bahwa ada benda yang dia tinggalkan, pemuda itu sempat
Read more
~ 10 ~
Reandra menapaki jalanan setapak yang menghubungkan setiap sektor pada kawasan laboratorium. Pemuda itu tidak menyadari jika dari kejauhan seseorang tampak memperhatikannya. Bahkan sosok itu tampak menatap lekat ke arah Reandra. "Apa yang kamu dapatkan?" tanya seseorang itu. "Ada gelombang interaksi yang diberikan oleh gadis itu, Tuan," ucap robot wanita yang tidak lain Eunoia, asisten kepercayaan Bumi Chatra. Sosok yang menatap lekat ke arah Reandra memang Bumi. Pemuda itu tidak sengaja melihat Reandra saat pemuda jangkung itu berdiri pada pintu masuk sektor 12. "Jadi kamu sudah tahu keberadaan gadis itu?" Bumi kembali bertanya kepada Eunoia. Namun, robot wanita itu hanya diam menandakan bahwa lagi-lagi tidak ada hasil yang didapatkan. "Gadis itu terlalu cepat membaca keadaan, Tuan. Bahkan gelombang interakti hanya terjadi beberapa detik saja sebelum akhirnya lenyap kembali." Bumi memejamkan mata merasa lelah. Sebenarnya pemuda itu su
Read more
DMCA.com Protection Status