"Meskipun kita tidak seumuran, tetapi maukah kau seumur hidup bersamaku?" dr. Nathanael Adams masih saja betah menyendiri kendati sudah bertahun-tahun lamanya menyandang status duda beranak satu. Kematian sang istri tercinta setelah kelahiran anak mereka membuat pria blasteran itu enggan membuka hati pada lawan jenis. Namun, semua berubah setelah pertemuannya dengan seorang gadis berparas jelita bernama Reanna Anggoro. Gadis mabuk yang menamparnya di sebuah kelab malam. Gadis barbar yang ternyata sedang patah hati karena dikhianati oleh sang tunangan. Gadis manis yang mampu mencuri hati putri kecilnya dengan begitu mudah. Namun, siapa sangka bahwa ternyata bukan hanya hati sang putri saja yang mampu terpikat oleh segala sifat dan sikap Reanna? Pada akhirnya, dokter obgyn yang tampan itu jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.
Lihat lebih banyakHampa. Itulah kiranya yang Nathan rasakan selama Sang istri tak berada di sisinya. Tidur nyenyak tak lagi ia jumpa, makan pun tak lagi berasa nikmat di lidahnya. Semua hambar. Sudah hari ke dua Reanna berada entah di mana, membuat dokter tampan itu semakin terlihat kacau. Pria itu kembali menghentikan laju mobil hitamnya tepat di depan Carnation florist, entah sudah kali ke berapa selama Reanna menghilang. Setidaknya sehari tiga kali ia ke sana, dengan harapan Sang istri berada di tempat itu. Namun, hingga detik ini belum juga membuahkan hasil.Lapor polisi?Sudah. Dan hasilnya masih tetap sama. Entahlah ... Reanna begitu pandai bersembunyi darinya.Perlahan kaki panjang itu menuruni kendaraan roda empatnya, melangkah dengan gontai menuju pintu transparan di ujung sana."dr. Adams ... lama tidak bertemu?"Pria berambut pirang itu tersentak ketika sebuah suara berat menginterupsi langkah kakinya. Mata biru nan redup itu menoleh dengan spontan. "Kamu?!"Tepat di depannya, berdiri sosok
Nathan mengerjapkan kedua matanya kala mentari baru saja terbit dari ufuk timur, menyinari wajah tampannya. Ah, ia ketiduran di dalam mobil rupanya. Tertidur dalam posisi yang sangat tidak nyaman; tidur dalam posisi duduk dengan wajah yang terbenam lipatan lengan yang berada di atas setir bundar.Pria itu segera melihat arlojinya, masih terlalu pagi ternyata. Ia memandang di sekitarnya, masih sedikit gelap di luar sana. Ia menggulirkan pandangannya ke sisi kaca mobilnya, dan hatinya sedikit merasa lega setelah kedua netranya menangkap siluet seseorang.Sontak saja pria itu keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa, menghampiri sosok yang berhasil tertangkap oleh kedua netra birunya, sosok seorang gadis berambut panjang yang saat ini tengah membuka pintu toko bunganya."Tunggu sebentar, Nona Tisha."Kepala gadis itu menoleh cepat, seketika raut cantik itu terlihat terkejut melihat siapa yang telah berdiri di belakang tubuhnya."Pak dokter? Anda datang pagi sekali.""Apakah ... kamu tahu
Mobil hitam itu terparkir tepat di depan kediamannya. Cahaya oranye senja seakan menyambut kedatangan pria itu ketika ia membuka pintu mobilnya. Nathan mencipta kurva senyuman. Ah, ia merasa senang bisa pulang lebih awal hari ini. Ia sudah merindukan keluarga kecilnya.Nathan melangkah dengan kaki panjangnya menuju pintu ganda rumahnya dengan senyum bahagia. Ia tidak sabar untuk melihat wajah terkejut dua perempuan di dalam sana atas kedatangannya. Rencananya ia akan mengajak anak dan istrinya jalan-jalan karena beberapa hari ini dirinya selalu pulang malam sehingga jarang ada waktu berkualitas dengan keluarga.Terutama untuk memperbaiki hubungannya dengan Reanna. Ia merasa bahwa mereka kurang berkomunikasi sehingga sikap sang istri berubah, tak sehangat biasanya. "Aku pulang ...." Pria itu berucap salam setelah membuka pintu rumahnya yang besar.Namun, sepi. Tiada satu pun kehadiran anggota keluarganya di sana. Hanya ada sang asisten rumah tangga yang sedang menyapu lantai di sekita
Hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersentuhan dengan piring yang terdengar mendominasi, selebihnya hanya sunyi.Sudah berkali-kali netra biru itu mencuri pandang wajah cantik istrinya yang lesu. Ada suatu rasa cemas yang tak dapat ia sembunyikan dalam raut sendu. Istri cantiknya terlihat tidak baik pagi ini, apalagi dengan kantung mata hitam yang menggantung di atas pipi. Apakah Reanna kurang tidur? Ah, Nathan tidur terlalu lelap—setelah selesai bertelepon dengan Alona, tentu saja—sehingga ia tak tahu jika istrinya terjaga hampir semalaman. Ia lelah, akhir-akhir ini banyak sekali ibu hamil yang melahirkan pada malam hari, sehingga mau tak mau dokter tampan itu harus lembur dan berakhir harus kembali pulang hampir dini hari. Tapi, itu bukan masalah baginya, itu memanglah tugasnya.Sudah. Ia tak tahan jika hanya diam dan memperhatikan. Nathan meletakkan sendoknya di tempat semula, kemudian menggeser kursinya mendekati Reanna. Ia memperhatikan dengan seksama w
Kesunyian adalah satu-satunya hal yang menyambut Nathan ketika pria itu pulang dari bekerja. Sesuai prediksinya ia pulang larut malam, bahkan jam dinding besar yang terpajang di ruang tamu sudah hampir menunjukkan pukul tengah malam. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa anak dan istrinya sudah jatuh terlelap dalam mimpi.Ketika menaiki anak tangga menuju lantai dua, ia tampak mengurai dua kancing teratas kemeja hitamnya. Sedikit menghela napas ringan, ia memasuki kamar dengan secercah senyuman hingga sosok sang istri terekam dalam pandangan. Ia melihat Reanna sudah jatuh dalam lelap, terlihat nyenyak sekali. Ia berjongkok ketika memperhatikan wajah wanitanya. Dan seketika itu pula ia teringat tentang kejadian pagi tadi, tentang tangisan Reanna dan kemarahan wanita itu padanya. Jujur saja sampai saat ini Nathan belum tahu kesalahannya di mana."I miss you." Mengabaikan sejenak rasa yang sedikit membuat hatinya tak nyaman, Nathan mendekatkan wajahnya lalu berbisik selirih mungkin di teling
Dokter tampan itu terlihat takjub menatap menu sarapan pagi kali ini. Bibimbap, makanan khas negeri gingseng itu tertata rapi di meja. Tidak biasanya sang istri menghidangkan makanan jenis ini. Ia sedikit heran, namun tetap saja dengan lahap memakannya. Ia tidak tahu saja kalau istrinya sedang mengidam. Pria itu menatap bergantian antara Reanna dan Kia yang memakan sarapannya dengan tenang, kemudian tersenyum bahagia. Ia sangat bersyukur keluarga kecilnya bisa kembali lengkap seperti sedia kala. Reanna benar-benar mampu menggantikan peran Anya dengan begitu sempurna."Sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat nanti malam. Kalian tidak usah menunggu Papa saat makan malam, ya?" ungkap Nathan setelah berhasil menandaskan segelas air putih di depannya."Iya, Papa~" Kia menjawab riang seperti biasanya. Berbanding terbalik dengan raut wajah Reanna yang menyendu seketika.'Apakah kamu akan menemui wanita itu, Mas?' wanita hamil itu hanya mampu membatin menerka."Pelan-pelan makannya, Saya
Mata cantik itu mengerjap kala sinar dari layar handphone sang suami terasa begitu menyilaukan matanya. Ia membuka kelopaknya perlahan, seiring satu uapan kecil lolos dari bibir merah cherrynya. Tangan kanannya terangkat, dengan refleks menghalau cahaya yang menusuk retinanya yang baru saja terbuka.Reanna mengucek kedua belah matanya perlahan, kemudian memutar kepalanya—yang berbantalkan lengan besar sang suami—pada wajah rupawan itu. Dan ia menemukan jika pria itu telah terjaga, tangan kiri besar suaminya yang bebas tengah memegang ponsel yang menyala."Kamu sudah bangun?" Reanna bertanya dengan suara serak khas bangun tidur.Nathan menghentikan kegiatannya dengan ponsel sejenak, hanya sekedar untuk memberikan istrinya senyuman hangat. "Hanya beberapa menit yang lalu.""Kenapa tidak membangunkanku?"Kembali, senyuman manis tersungging pada bibir coklat kemerahan sang suami. "Kamu tidur dengan pulas, aku tidak tega jika harus membangunkanmu," ucap pria itu, yang kemudian kembali memu
"Sepertinya kamu mengalami kenaikan berat badan, Rea. Kamu terlihat lebih berisi daripada sebelumnya." Tisha mendudukkan dirinya di sisi sang sahabat ketika berucap begitu. Berbagai jenis bunga bergelar di hadapan mereka. Ah, mereka memang sedang mengerjakan beberapa pesanan pagi ini.Atas ucapan Tisha, Reanna mengalihkan tatapannya pada sekuntum bunga mawar di tangannya pada wajah sang sahabat yang menatap intens padanya. "Aku gendutan, ya?""B-bukan begitu." Tisha berujar panik. Ia takut jika Reanna tersinggung dengan kata-kata yang baru saja ia lontarkan padanya meskipun ia tidak bermaksud demikian. Ia memutar otaknya, mencoba memilih kata yang lebih bisa diterima. "Maksudku, kamu terlihat ... lebih bahagia. Begitu, Re," ucapnya kemudian dengan tawa kaku di akhir kata.Reanna sejenak terdiam. Jujur saja, ia tak merasa tersinggung atau apa pun itu ketika mendengar ungkapan sahabatnya. Sebaliknya, ia justru merasa senang. Bahkan Sang suami tidak menyadari perubahan pada dirinya. Pada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.