Berapa Contoh Kalimat Yang Menunjukkan Klise Artinya?

2025-09-07 01:41:51 298

4 Jawaban

Theo
Theo
2025-09-08 15:41:36
Bikin aku senyum-senyum tiap kali baca dialog begini: mereka benar-benar terdengar seperti klise berjalan.

"Tak apa, aku baik-baik saja" padahal jelas bukan; "Kita dipisahkan oleh takdir" untuk situasi yang sebenarnya hanya salah paham; "Aku akan melindungimu sampai akhir" yang dipakai berulang di tiap drama romantis; "Kamu satu-satunya yang mengerti aku"—klaim dramatis yang sering tak dibuktikan; "Semua demi kebaikanmu" ketika itu cuma cara untuk menghindari kejujuran.

Contoh-contoh itu mengilustrasikan arti klise: frase yang sudah terlalu sering dipakai sehingga kehilangan kekuatan atau keaslian. Kadang klise nyaman buat penulis malas, karena menghemat waktu buat menyusun emosi. Tapi sebagai pembaca aku lebih menghargai ungkapan yang punya detail kecil atau sudut pandang yang tidak terduga, karena itu yang bikin cerita terasa hidup lagi. Akhirnya, klise itu seperti baju yang terlalu sering dipakai—kadang hangat, tapi cepat membuat bosan.
Penelope
Penelope
2025-09-09 23:31:46
Garis cepat: klise muncul karena ungkapan kehilangan kejutan lewat penggunaan berulang. Aku sering ketemu kalimat seperti "Kita ditakdirkan bersama" atau "Aku tidak pantas bersamamu" di banyak cerita, dan rasanya seperti mendengar lagu yang diputar terus-menerus.

Contoh lain yang sering muncul: "Ini semua salahku," tanpa kedalaman; "Aku akan menjadi lebih baik untukmu" yang sering jadi janji kosong; "Cinta sejati mengalahkan segalanya" yang mengabaikan kompleksitas hubungan. Kalimat-klimat itu mudah dikenali karena cenderung generik, minim rincian, dan terlalu mendramatisir situasi sederhana. Kadang masih efektif kalau konteks atau karakter membuatnya terasa jujur—tapi lebih sering, mereka cuma bikin pembaca menghela napas. Aku pribadi lebih suka ketika sebuah frasa lama diberi twist atau dilengkapi detail spesifik yang membuatnya terasa baru.
Kyle
Kyle
2025-09-12 02:39:41
Langsung ke inti: berikut beberapa contoh kalimat klise yang sering kutemui dan maknanya terasa dipakai-banyak-kali. "Cinta mengalahkan segalanya"—mengimplikasikan solusi instan untuk konflik mendalam; "Kamu adalah takdirku"—mengganti proses hubungan dengan mistik; "Semua demi kebaikanmu"—sering dipakai untuk menyamarkan manipulasi; "Aku akan menunggu sampai kamu berubah"—membenarkan menunggu tanpa batas.

Kalimat-klimat ini efektif sebagai trope, tapi mereka kehilangan kejutan dan sering mencederai realisme kalau tidak diberi konteks. Aku lebih senang jika penulis menyorot kecilannya—emosi yang spesifik, kebiasaan, atau detail lingkungan—karena itu membuat pernyataan sederhana terasa nyata dan menghindari kesan klise.
Mason
Mason
2025-09-13 14:42:32
Sebagian klise muncul karena kebiasaan bercerita—penulis atau pemeran mengulangi pola yang sudah terbukti 'aman'. Contoh yang sering aku dengar di dialog film atau novel: "Kamu adalah bagian diriku yang hilang", "Jangan pergi, aku butuh kamu", "Semua akan baik-baik saja" dalam situasi yang jelas belum selesai. Ungkapan seperti "Waktu yang tepat belum datang" juga sering dipakai sebagai alasan untuk menunda keputusan penting.

Kalimat-kalimat ini menandakan klise karena mereka menyajikan emosi secara umum tanpa nuansa: tidak ada detail sensorik, konteks spesifik, atau bukti yang membuat pernyataan itu meyakinkan. Bila ingin menghindarinya, cukup tambahkan satu detail konkret—misalnya, ganti "Kamu adalah bagian diriku yang hilang" dengan "Sejak kamu meninggalkan, cangkir kopi di meja selalu dingin"—maka rasanya langsung berbeda. Aku merasakan kepuasan membaca saat klise ditangani dengan cara yang jujur atau dipatahkan, karena itu menunjukkan usaha kreatif dari penulis.
Lihat Semua Jawaban
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Buku Terkait

Lima Tahun yang Tiada Artinya
Lima Tahun yang Tiada Artinya
Kami sudah menikah selama lima tahun. Suamiku, Derrick, pergi dinas selama setengah tahun, lalu membawa pulang cinta pertamanya, Syifa. Syifa sudah hamil lebih dari tiga bulan dan Derrick bilang hidupnya tidak mudah, jadi akan tinggal di rumahku untuk sementara waktu. Aku menolak, tetapi Derrick malah memintaku untuk jangan bersikap tidak tahu diri. Nada bicaranya penuh rasa jijik, seolah-olah dia lupa vila ini adalah bagian dari mas kawinku. Selama ini, mereka sekeluarga menggunakan uangku. Kali ini, aku memutuskan untuk menghentikan semua sokongan hidup itu. Sambil tersenyum, aku menelepon asisten. "Segera buatkan aku surat perjanjian cerai. Seorang menantu pecundang saja berani terang-terangan membawa selingkuhan pulang ke rumah."
27 Bab
Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah
Satu Kalimat Abadi yang Tak Berubah
Seluruh Divisi Khusus Kepolisian tahu, Zaki Sadam adalah ahli negosiasi krisis paling profesional. Di saat genting antara hidup dan mati, dia bisa dengan mudah meruntuhkan pertahanan psikologis seseorang. Namun, hanya terhadap air mata Cindi Wiryo, dia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Semua orang berkata, Zaki mencintai Cindi setengah mati, seolah-olah dia rela memberikan bintang dan bulan untuk Cindi. Namun, hanya Cindi sendiri yang tahu bahwa cinta sejati Zaki bukanlah dirinya.
22 Bab
Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya
Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya
Pernikahan macam apa ini? Sudah dijadikan istri kedua, tidak dicintai, dan dipaksa untuk meneruskan pernikahan. Apa yang harus Kalila perbuat untuk bisa lari dari pernikahannya dengan Giordano?
9.7
162 Bab
Yang Ternoda
Yang Ternoda
Bagaimana rasanya menjalani kehidupan pernikahan dengan pria yang ternyata adalah pelaku pemerkosaan? Itulah yang dialami oleh Zafira Anastasya yang menikah dengan Gilang Febrian, pria yang telah merenggut kehormatannya. Zafira sengaja menyetujui pernikahan itu demi menyamarkan status korban pemerkosaan yang disandangnya. Akankah cinta hadir dalam pernikahan Zafira dan Gilang? Bagaimana Zafira berjuang melawan traumanya atas perbuatan keji Gilang padanya? Bagaimana Zafira menjalani hidupnya dengan pria yang telah menghancurkan masa depannya? Yuk, baca kisahnya di novel "Yang Ternoda".
10
131 Bab
Cinta Yang Diduakan Dengan Teman
Cinta Yang Diduakan Dengan Teman
Pertemanan yang sudah mereka jalin semenjak mereka masih remaja, namun itu semua kandas karena mereka telah mencintai wanita yang sama.
10
15 Bab
Yang Terpilih
Yang Terpilih
Rosa Putri Azra mengembara dari kampung ke Jakarta. Dia berambisi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, dengan tujuan baik : membahagiakan orangtuanya di kampung. Nasehat ibunya selalu dia pegang erat, untuk mendapatkan uang dengan cara halal. Hingga dirinya bertemu dengan seorang wanita bernama Giselle Fransisca Oetomo. Kehidupan Rosa mendadak berubah seratus delapan puluh derajat. Tak ada lagi kamar kos sempit, tak ada lagi penampilan sederhana, tak ada lagi perut lapar. Uang pun mengalir, sederas air matanya. Karena keserakahan telah membuat orang-orang terkasih di sekitarnya terluka.
10
36 Bab

Pertanyaan Terkait

Bagaimana Kritikus Membedakan Klise Artinya Dan Stereotip?

4 Jawaban2025-09-07 03:26:32
Garis tipis antara klise dan stereotip sering bikin perdebatan seru di forum — aku suka banget melacaknya karena itu mengajarkan cara membaca cerita lebih jeli. Untukku, klise adalah alat naratif yang terasa familier karena berakar dari pengalaman kolektif: misalnya tokoh pahlawan yang memulai perjalanan penuh keraguan, atau mentor bijak yang membantu sang protagonis menemukan jalan. Klise jadi bermakna kalau penulis memberinya konteks, kedalaman emosional, atau twist yang membuatnya relevan lagi. Sementara itu, stereotip biasanya mereduksi seseorang ke label sempit berdasarkan ras, gender, kelas, atau orientasi. Kritikus yang paham akan tanya: apakah karakter itu punya motivasi pribadi yang spesifik, konflik internal, atau hanya berfungsi sebagai simbol bagi prasangka tertentu? Aku juga melihat faktor kekuasaan — siapa yang ditonjolkan dan siapa yang disisihkan. Kalau sebuah sifat “generalisasi” muncul dari posisi mayoritas yang menormalisasi, biasanya itu stereotip yang berbahaya. Namun kalau elemen yang mirip klise dipakai untuk mengeksplorasi pengalaman nyata dan memberi ruang bagi keragaman, itu bisa jadi karya yang kuat dan menyentuh. Intinya, konteks, komplikasi, dan dampaknya pada pembaca jadi sumber penilaian utama buatku.

Bagaimana Penulis Memperbaiki Klise Artinya Di Adegan?

4 Jawaban2025-09-07 22:36:09
Kadang aku merasa klise itu seperti pakaian lama yang nggak muat lagi: familiar tapi bikin canggung kalau dipakai terus-menerus. Aku biasanya mulai dengan menanyakan satu pertanyaan brutal ke diri sendiri: apa tujuan emosional adegan ini? Kalau jawabannya klise (misal: ‘membuat pembaca sedih’ atau ‘menunjukkan pahlawan pantang menyerah’), itu tanda buat bongkar strukturnya. Pertama, aku potong semua bahasa yang mengumbar perasaan tanpa bukti—dialog yang menjelaskan emosi, gestur berlebihan, atau narasi yang paksa. Lalu aku tambahkan detail konkret: bau ruangan, benda kecil yang bereaksi, atau kesalahan kecil karakter yang menunjukkan pergolakan batin tanpa bilang apa-apa. Teknik kecil ini sering mengubah adegan dari klise jadi otentik. Selanjutnya, aku suka menukar ekspektasi dengan subteks: biarkan karakter melakukan sesuatu yang tidak sinkron dengan kata-katanya, atau beri konsekuensi yang tak terduga tapi masuk akal. Kadang juga aku ubah sudut pandang satu baris—menceritakan adegan dari pengamat yang salah paham—dan itu sering memberi napas baru. Akhirnya, aku membaca keras-keras sambil merekam. Kalau bagian itu masih terdengar ‘umum’, biasanya pendengar juga akan menguap. Memperbaiki klise itu proses potong, tambah, dan dengarkan—bukan cuma mengganti frasa, tapi mengganti logika emosional di balik adegan. Itu yang membuat adegan terasa hidup lagi.

Bagaimana Penulis Menjelaskan Klise Artinya Kepada Editor?

4 Jawaban2025-09-07 00:14:20
Kadang aku suka membayangkan klise itu sebagai lagu yang sering diputar sampai kehilangan melodi—masih familiar tapi bikin bosan. Kalau harus menjelaskan ke editor, aku mulai dengan definisi sederhana: klise adalah gagasan, dialog, atau situasi yang dipakai berulang-ulang sampai terasa hambar dan prediktif. Aku pakai analogi sehari-hari supaya enggak terdengar menggurui: bayangkan adegan hujan dengan pelukan di akhir—itu bukan masalah kalau ada alasan emosional yang kuat, tapi jadi klise kalau cuma dipakai karena mudah. Langkah praktis yang kubilang ke editor biasanya begini: tunjukkan contoh spesifik—kutip satu atau dua baris yang terasa klise—lalu jelaskan dampaknya ke pembaca, misalnya "mengurangi ketegangan" atau "membuat karakter kehilangan keunikan." Setelah itu, aku selalu tawarkan alternatif konkret: ubah motivasi, tambahkan detail unik, atau subvert ekspektasi. Contohnya, daripada penjahat yang tertawa sambil berkata "Kau tidak bisa menghentikanku", usulkan tindakan yang lebih spesifik dan mengejutkan, seperti penjahat menutup telepon dengan tenang sambil menyalakan sesuatu yang tak terduga. Di akhir, aku sarankan tetap fleksibel: beberapa klise bisa bekerja kalau ditulis dengan perasaan yang jujur atau di-ironize. Aku biasanya akhiri obrolan dengan editor dengan nada kolaboratif—bukan memutuskan, tapi mencoba bersama agar cerita tetap segar.

Apa Tanda Dialog Yang Termasuk Klise Artinya?

4 Jawaban2025-09-07 16:32:30
Ada tanda dialog yang langsung bikin aku mengernyit—biasanya yang ketahuan banget pakai emosi hasil copy-paste dari template drama. Contohnya klasik: 'dia berkata dengan suara serak', 'ia tersenyum sambil berkata', atau 'ia berbisik pelan'. Kalimat-kalimat ini terasa klise karena mereka memberi tahu pembaca apa yang sudah jelas lewat konteks atau malah menggantikan akting karakter. Aku sering ngoreksi dialog yang penuh adverb seperti 'said sadly' atau 'laughed nervously'. Kata-kata itu bukan saja basi, tapi juga melemahkan suara karakter. Solusinya? Pakai action beats: tulis apa yang dilakukan tokoh, bukan menempelkan label perasaan. Misal, alih-alih menulis "'Aku nggak bisa,' dia berkata sedih," tulis "'Aku nggak bisa.' Ia menunduk, napasnya bergetar." Itu langsung lebih hidup. Di fanfiksi atau karya awal, godaan buat nyampur banyak tag emosional besar—biarkan dialog berdiri sendiri, dan gunakan gerak tubuh, jeda, atau detail kecil untuk memberi nuansa. Kembali ke dasarnya: tunjukkan, jangan bilang. Aku merasa dialog yang sederhana tapi spesifik malah sering lebih menyentuh daripada yang penuh dramatisasi klise.

Siapa Contoh Sutradara Yang Melawan Klise Artinya?

4 Jawaban2025-09-07 07:12:40
Kalau ditanya siapa sutradara yang benar-benar menentang klise makna, aku langsung kepikiran nama-nama yang berani bikin penonton mikir sendiri, bukan disuapin pesan moral satu baris. Bong Joon-ho misalnya: di 'Parasite' dia menolak menyajikan kelas sosial sebagai hitam-putih; klimaksnya kacau dan mengganggu karena itulah poinnya — nggak semua konflik punya akhir yang rapi. Sama halnya dengan Satoshi Kon, yang di 'Perfect Blue' dan 'Paprika' merobek batas antara realitas dan pikiran, sehingga makna jadi sesuatu yang harus diraba-raba, bukan langsung diartikan. David Lynch juga nggak bisa dilewatkan; film-filmnya seperti 'Mulholland Drive' atau seri 'Twin Peaks' sengaja meninggalkan celah interpretasi besar, memaksa penonton menimbang intuisi ketimbang mencari moral tunggal. Dan ada Hirokazu Kore-eda yang sering memainkan ruang abu-abu etika—di 'Shoplifters' ia mempertanyakan apa itu keluarga dan nilai tanpa memaksakan jawaban. Sutradara-sutradara ini nggak sekadar menghindari klise, mereka merancang pengalaman supaya makna muncul lewat kegelisahan, ambiguitas, dan simbol, bukan slogan. Aku suka cara mereka memperlakukan penonton sebagai mitra berpikir, bukan penerima pasif, dan itu bikin nonton terasa hidup dan menantang.

Mengapa Pembaca Bosan Jika Klise Artinya Muncul Terus?

4 Jawaban2025-09-07 00:29:06
Ada titik lelah yang sering kumati ketika cerita terus mengulang klise yang sama: rasa penasaran padam dan tak ada lagi kejutan. Ketika elemen yang seharusnya mengejutkan atau menyentuh hati selalu diprediksi, otak kita otomatis menurunkan antisipasi. Itu seperti menonton adegan di mana karakter siap berkata sesuatu yang penting, tapi kita sudah tahu dialognya—emosi jadi tumpul. Selain itu, pengulangan klise memberi kesan bahwa penulisnya enggan berusaha menata konflik atau motivasi karakter dengan jujur; itu membuat hubungan pembaca dengan cerita terasa dangkal. Dari sudut pandang saya sebagai pembaca yang pernah larut sampai lupa waktu, kebosanan muncul juga karena klise merusak rasa keaslian. Dunia fiksi yang terasa hidup menuntut konsekuensi, variasi, dan kadang kesalahan yang tak terduga. Ketika semuanya mengikuti formula aman, saya merasa tidak dihormati sebagai pembaca—seolah-olah dibuatkan produk massal, bukan pengalaman personal. Kalau ingin menyelamatkan cerita, saya suka ketika pencipta mengambil satu klise dan membaliknya, memasukkan motivasi yang masuk akal, atau menunda payoff sampai momen itu benar-benar layak dinanti. Itu yang bikin kembali semangat baca atau nonton, karena rasa ingin tahu kembali menyala.

Kapan Sutradara Boleh Memakai Klise Artinya Dalam Film?

4 Jawaban2025-09-07 14:53:03
Aku selalu merasa ada kelas khusus untuk klise ketika mereka dipakai dengan sengaja dan penuh pertimbangan. Kalau sutradara cuma menumpuk momen familiar tanpa alasan, itu terasa murahan. Tapi ketika klise dipilih sebagai bahasa singkat untuk memasuki dunia karakter atau genre—misal adegan flashback yang dipotong polos untuk menunjukkan trauma, atau close-up pada objek simbolik—itu bisa bekerja sebagai pengantar emosional yang efisien. Contohnya, banyak film lawas pakai motif pintu terbuka/tertutup untuk menandai perubahan status; bukan karena kreatifitas kurang, tapi karena simbol itu langsung bisa dipahami penonton. Untukku, kriterianya sederhana: klise boleh dipakai kalau ia melayani tema atau karakter, bukan menutupi kelemahan cerita. Kalau sutradara ingin menekan durasi, memperjelas plot, atau menanamkan rasa nostalgia yang memang diperlukan, klise jadi alat yang sah. Tapi harus ada unsur kompromi—satu elemen kecil yang segar, atau eksekusi visual/aktor yang memberi nuansa baru, supaya terasa hidup bukan klise belaka. Pada akhirnya aku suka ketika sebuah klise terasa seperti percakapan rahasia antara film dan penonton—mereka berbagi kode yang membuat momen itu kena, bukan karena mudah, tapi karena dipilih dengan cinta.

Apakah Kritik Membantu Menghapus Klise Artinya Dari Naskah?

4 Jawaban2025-09-07 21:58:42
Ada momen ketika aku membaca naskah yang terasa seperti déjà vu: dialog yang sudah pernah kudengar, situasi yang bisa ditebak, dan klimaks yang berjalan di rel-rel klise. Kritik yang konstruktif sering menjadi cermin paling jujur untuk penulis — bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk menunjukkan area yang tergenang dan perlu dikeringkan. Kritik yang tepat sering kali menggarisbawahi kenapa sesuatu terasa klise: karakter tidak punya motivasi yang unik, konflik kurang berdampak emosional, atau simbolisme dipaksakan tanpa landasan. Ketika seseorang mengatakan, "Ini sudah terlalu sering," itu bukan sekadar celaan; itu undangan untuk menggali akar cerita, mengubah detail supaya pilihan tokoh muncul organik, bukan karena plot butuh checkpoint. Aku pernah mengubah satu subplot hanya karena satu pembaca menanyakan alasan tindakan tokoh—sekarang plot itu terasa hidup dan tidak lagi mengulang-ulang trope lama. Jadi ya, kritik bisa membantu menghapus makna klise dari naskah, asalkan diberikan dengan empati dan spesifik. Kritik yang melemparkan label tanpa alasan cuma membuat penulis defensif. Kritik yang menunjukkan kelemahan struktural atau motivasional bisa jadi pembuka jalan menuju versi yang jauh lebih otentik. Aku selalu terkesan melihat naskah yang berkembang pesat setelah diskusi tajam, dan itu bikin aku percaya proses kolaborasi itu bernilai.
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status