Kukira Dia Cinta, Ternyata Pemberi Luka
Pada hari ketika Erni Lousa, pujaan hati suamiku yang sedang mengidap penyakit mematikan, melahirkan anak untuk suamiku, Riko Fosa, ayah dan ibu mertuaku memanggil sepuluh pengawal untuk berjaga di depan ruang bersalin hanya untuk mencegah aku datang dan membuat keributan.
Namun, hingga proses persalinan berakhir, aku sama sekali tidak muncul. Ibu mertua menggenggam tangan Erni dengan sangat emosional sambil berkata, "Erni, selama kami ada di sini, Nisa nggak akan punya kesempatan menyakitimu atau anak dalam kandunganmu!"
Sementara itu, Riko menatap Erni dengan wajah penuh kasih sayang, menemaninya dengan setia di ruang bersalin sambil menyeka keringat di dahi Erni.
"Tenang saja, Ayah sudah membawa orang-orang untuk berjaga di depan rumah sakit. Kalau Nisa berani datang mengacau, kami akan segera mengusirnya!" ujar Riko.
Ketika mereka menyadari aku tidak kunjung muncul, Riko akhirnya merasa lega.
Dia tidak mengerti. Padahal dia hanya ingin memenuhi keinginan terakhir Erni untuk menjadi seorang ibu, kenapa aku harus "berbuat onar" dan mempermasalahkannya?
Saat menatap bayi mungil yang menangis di pelukan perawat, Riko tersenyum lega.
Dalam hati, Riko berpikir jika besok aku datang dan meminta maaf kepada Erni, dia tidak akan mempermasalahkan semua pertengkaran di antara kami. Dia bahkan bersedia membiarkan aku menjadi ibu bagi anak ini.
Namun, yang tidak Riko ketahui adalah aku baru saja mengajukan laporan keberangkatan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Seminggu kemudian, aku akan mencabut kewarganegaraanku dan menjadi seorang dokter lintas batas.
Sejak hari itu, tidak akan ada lagi pertemuan antara aku dan dia, bahkan hingga ajal memisahkan.