Foto Mata Killua

Alena Resha tak pernah menyangka bahwa akhir hidupnya begitu tragis. Setelah memergoki pacarnya tengah berselingkuh dengan sahabatnya, Alena yang saat itu tengah berlari menjauh, telat menyadari laju mobil dari arah berlawanan. Ia mati konyol. Alena Resha juga tak pernah menyangka, saat membuka mata, ia telah masuk ke dalam novel terakhir yang ia baca dan hidup kembali sebagai tokoh antagonis yang paling ia benci— Aquila Sapphire. Kalau boleh memilih, tentu saja Alena ingin menjadi tokoh pemeran utama wanita, supaya ia bisa menjadi kekasih sang putra mahkota. Atau paling tidak, jadi peran figuran pun bukan masalah, Alena jadi bisa memerhatikan dua karakter favoritnya, yakni sang putra mahkota dan protagonis wanita. Yang jadi masalah. Kenapa ia harus terlahir kembali sebagai Aquila Sapphire?! Perempuan jahat yang selalu berusaha mencelakakan sang peran utama karena merasa iri. Ditambah lagi, berdasarkan novel yang Alena baca, tokoh Aquila memiliki akhir riwayat yang mengenaskan, dia dieksekusi mati oleh sang putra mahkota itu sendiri. Satu hal yang pasti ; Alena tidak ingin mati konyol untuk yang kedua kalinya.

Nakulong sa elevator sa loob ng kalahating oras ang kababata ng asawa ko. Sa galit niya, ipinasok niya ako sa loob ng isang maleta at ikinulong ako sa loob. “Doble ang pagbabayaran mo sa lahat ng pagdurusang pinagdaanan ni Grace.” Napilitang mamaluktot ang katawan ko. Nahirapan akong huminga. Umiyak ako habang humihingi ng tawad, pero ang napala ko lang ay ang malamig na tugon ng asawa ko. “Pagdaraanan mo ang buong parusang ‘to. Kapag natutunan mo na ang leksyon mo, magtatanda ka na.” Pagkatapos ay kinandado niya ang maleta sa aparador. Sumigaw ako sa desperasyon at nagpumiglas para makawala. Tumagos ang dugo ko sa maleta at bumaha ang sahig. Makalipas ang limang araw, naawa siya sa akin at nagpasyang wakasan ang parusa. “Hayaan mong maging babala sa’yo ang parusang ‘to. Sa pagkakataong ito, pakakawalan na kita.” Hindi niya alam na inaagnas na ang katawan ko sa loob ng maleta.

"R-Reed.... A-Anong ibig sabihin nito?" Halos manlambot ang tuhod niya sa nakita at nag-uunahan sa pagbagsak ang mga luha sa pisngi niya. Si Reed ay nakikipaghalikan sa isang babae at halos nalihis na ang soot nito pababa. Nakatalikod ang babae kaya hindi niya makita ang mukha. "Aliyah, Baby..." Naitulak ni Reed ang babae kaya nahulog ito sa sahig. "Ouch! What the h*ck!" Mura ng babae kay Reed. "Reed.... Ano? Magpaliwanag ka!" Sigaw niya habang nanginginig ang boses at punong-puno ng hinanakit ang mga mata na nakatitig rito. Tumayo ang babae at hinarap si Aliyah, "Well, well, well! Mabuti at nasampal na sayo ang katotohanan. Ilusyunada!" Bumaling ito kay Reed, "Babe, sabihin mo na sa kanya. Para hindi na tayo nagtatago." "Avery, get out now!" Kinaladkad ni Reed si Avery ngunit pumiglas ito. "Pwede ba Reed, magpakatotoo ka sa sarili mo. Alam kung ako pa rin ang mahal mo. I feel it, the way you kissed me." Inis na sigaw nito.

Menceritakan tentang seorang kakak ipar yang seharusnya mengemong adik iparnya, tapi justru sebaliknya. Eka, sering sekali diremehkan oleh Kakak iparnya yang bernama Niken. Niken yang terus berusaha semaksimal mungkin agar hidupnya selalu terlihat kaya dan mewah. Terlihat seolah dirinya tidak pernah kehabisan uang. Itu dia lakukan semata- mata hanya untuk meremehkan Eka. Karena baginya, itu sebuah kepuasan tersendiri jika selalu mampu di atas Eka. Bagaimana cara Eka menanggapi dan melawan Kakak iparnya yang sombong, angkuh dan hoby meremehkan itu?

For five long years, Lyra Santiago believed love was enough. Kahit galing siya sa simpleng pamilya at ang fiancé niyang si Tristan ay anak ng isang business tycoon, hindi siya natinag. But on their wedding day, everything shattered—Tristan dumped her for a wealthier woman, in front of everyone, leaving her broken, humiliated, and wearing a wedding dress that mocked her pain. Walang direksiyon, umiiyak at wasak, she wandered into the night—only to meet a silent stranger in a wheelchair. His name was Elias Montero. Mysterious. Cold. Untouchable. And when he suddenly asked, “Will you marry me tonight?”—Lyra, driven by grief and impulse, said yes. What began as a reckless decision turned into something life—altering. Sa kanilang wedding night, Elias stunned her—standing up from his wheelchair, carrying her to bed with strength and dominance that contradicted everything she assumed. Kinabukasan, sa kaniyang pagbabalik sa trabaho, isang mas malaking rebelasyon ang bumungad: Elias was her company’s new CEO—none other than the zillionaire heir to the Montero Group of Companies. From heartbreak to power play, Lyra’s world turned upside down. She became Elias’s personal assistant, his shadow, his obsession. Unti—unti, sa gitna ng mga intriga, tsismis, at mapanghusgang mata, she found herself falling for the man who saw her worth when she couldn’t see it herself. But secrets have a way of unraveling. A former lover resurfaces. A hidden fiancée returns. At sa oras ng pagdududa, Lyra walks away—carrying not just a wounded heart, but Elias’s child. Now, Elias must fight not just to win her back… but to prove that his love wasn’t a lie. Because in a world full of deception, only one truth remains—he never wanted a wife... until her.

“Apa yang bisa saya lakuin agar nilai saya bagus, Pak?” Diana memandang resah pada dosen killer yang ada di hadapannya ini. Pria di hadapan Diana menyeringai, “Puaskan saya dan jadilah sugar baby saya. Akan saya jamin nilaimu akan bagus. Dengar, kamu sudah gagal di mata kuliah saya 4 kali. Artinya tidak baik untukmu. Kamu mau terim tawaran saya silakan, tidak juga tidak apa-apa. Terserah pada—” “Saya mau! Kapan kita mulai kuda-kudaan nya?” Diana Putri Atmaja, gadis dengan IQ rendah. Terlahir dari keluarga kaya raya. Sayangnya, dia tidak pandai di bidang akademis. Nilai yang buruk membuatnya nekat menjadi sugar baby dosen killer-nya, Damar Setyawan. Tanpa tahu jika semua itu akan menjerumuskan dia dalam lembah kehancuran.

Sahabat macam apa yang bisa-bisanya ngerebut calon suami sahabatnya sendiri? Dia bilang katanya, ngarep aku datang dengan muka kusut, sedih dan meraung-raung. Namun sayangnya, dia salah. Aku gak seperti itu, aku justru datang dengan senyum, dan calon suami baru yang membuat semua mata terpaku.________________________________________

"Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu." Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus. "Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh makan waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik." "Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya." Kania mengangguk pelan beberapa kali. Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.

Tubuhku gemetar melihat alat kontrasepsi yang hanya dibuka saja tapi dalamnya masih utuh ada di kamar putriku. Dadaku seperti dihantam palu godam apalagi saat membuka ponselnya, menggulir layar dan mendapati foto lelaki yang saat ini mengisi hatiku. Tidak bisa kubayangkan orang terdekatku yang menghancurkan masa depan putriku.

Kalian pikir, hanya makhluk hidup yang bisa meminta bantuan? Makhluk tak kasat mata pun bisa. Bisa meminta bantuan pada anak indigo sepertiku. Dan sekarang, akan kuceritakan tentang 'mereka' yang datang meminta bantuan dengan cara apa pun.