Helena Adams

Kael Blackthorne, héritier du clan des Loups d’Argent, porte le poids d’un destin qu’il n’a jamais désiré. À vingt-cinq ans, il doit épouser Luna Silvermoon, une alliance stratégique qui consolidera le pouvoir de son clan. Mais son cœur bat déjà pour une autre, Helena Hartwell, une jeune femme humaine de vingt-deux ans qu’il a rencontrée dans les profondeurs de la forêt interdite. Fille de Tobias Hartwell, le chasseur légendaire qui traque les loups-garous il y a des années, elle ignore que son père est responsable de la mort de Lyanna Blackthorne, la mère bien-aimée de Kael. Ce que Lysander Blackthorne, le père de Kael, ne sait pas, c’est que la vengeance de Tobias était justifiée. Sa propre épouse avait été sauvagement assassinée par un loup-garou, non pas un membre d’un clan rival, mais Damien Blackthorne, le frère jumeau de Lysander, qui menait une guerre d’ombre pour usurper le leadership du clan. Damien, rongé par la jalousie et la soif de pouvoir, avait orchestré cette tragédie pour affaiblir son frère, sans imaginer que cela déclencherait une spirale de violence et de douleur qui marquerait les deux familles pour toujours. Dans cette danse mortelle entre amour et vengeance, loyauté et trahison, ils découvriront que parfois, les liens du cœur sont plus forts que ceux du sang… mais à quel prix ?

"Jangan pernah pergi dariku, Suamiku. Tolong." Loura semakin mengisak. "Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku akan berusaha memperbaiki diriku untukmu." Tangan Berrand mengepal, menahan emosinya yang semakin terbangkitkan seiring dengan tangis Loura Quinn yang semakin mengencang. Hal tersebut mengusik ketenangan dirinya. "Tolong jangan tinggalkan aku, Sayang. Aku ak--" "Aku bukan suamimu, Loura Quinn." Berrand berujar tegas dengan nada dinginnya. "Omong kosong macam apa itu!" "Bagaimana bisa kau bukan suamiku? Kau yang menikahiku? Kau lupa dengan sumpah pernikahan yang sudah kita lakukan di depan pendeta?" Berrand baru saja ingin membalas, namun tidak jadi karena Loura Quinn mendekapnya lagi. Tangis wanita itu pun tambah mengencang. "Hiks." "Aku akan berusaha menjadi istri terbaik untukmu. Tapi, tetaplah mencintaiku. Aku mohon. Hiks." "Aku akan membuktikan padamu." Berrand cukup terkejut mendengar tekad yang besar dalam suara lirih Loura Quinn. Dan, bara api keyakinan begitu nyata di sepasang mata wanita itu. Berrand dapat merasakan dengan jelas. "Kau akan memberikan apa pun yang aku mau, Loura?" Pertanyaan tersebut diluncurkan begitu saja oleh Berrand. "Iya! Aku akan lakukan apa saja yang kau minta agar kau tidak bisa berhenti mencintaimu." Berrand menangkupkan kedua tangannya di wajah menawan Loura Quinn. "Buktikan, Loura. Buat aku tergila-gila padamu, Loura Quinn." …………. Berrand Adams tidak bermaksud memanfaatkan momen Loura Quinn hilang ingatan, sejak awal. Namun, peran menjadi suami pengganti untuk wanita itu, nyatanya dapat memberi keuntungan bagi Berrand. Ia tidak bisa mengabaikan. Loura menunjukkan rasa cinta yang besar dengan gelora hasrat juga membara, Berrand mustahil untuk tidak terjerat dalam pesona wanita itu. Mereka begitu cocok di ranjang. Dan, bukan semata kebutuhan biologis yang terpenuhi, tapi hati Berrand semakin terkoneksi dengan Loura. Pada akhirnya, takdir berpihak padanya. Ia dapat memiliki Loura karena wanita itu mengandung buah hatinya. Dan, sejak itu pula, Berrand terperangkap dalam rencana Loura.