Heroes Tonight Janji

Pada malam sebelum pernikahan, tunanganku, Gavin, seorang profesor sejarah, mengadakan pernikahan dengan cinta pertamanya yang mengidap kanker di sebuah desa. Di bawah langit berbintang, Gavin merangkul June dan tersenyum lembut. "Menurut adat kuno, istri yang sah adalah yang lebih dulu melangsungkan upacara pernikahan. Meskipun aku sudah mengambil akta nikah dengan Mayra, dia tetap hanya selir rendahan." Setelah menerima ucapan selamat dari para tamu, mereka meminum anggur pernikahan dan memasuki kamar pengantin. Aku menyaksikan semuanya tanpa menangis atau membuat keributan, hanya diam-diam membuat janji untuk operasi aborsi. Sejak usia 15 hingga 30 tahun, aku mencintai Gavin dengan sepenuh hati. Aku mencintainya selama 15 tahun. Namun, di hatinya selalu hanya ada adik tiriku, June. Jika memang begitu, aku memilih untuk melepaskannya. Kemudian, aku bergabung dengan tim penelitian geologi Antartika yang terisolasi dari dunia. Aku hanya meninggalkan selembar surat perjanjian cerai untuk Gavin, juga sebuah hadiah perpisahan. Namun, entah kenapa, pria yang selalu meremehkanku itu tiba-tiba beruban dalam semalam.

Arlyn, Zemi dan Agnes. Ketiganya adalah gadis cantik, pintar dan cerdas. Mereka baru saja lulus kuliah dengan predikat Cum Laude. Langsung diterima bekerja di beberapa perusahaan ternama di Jakarta.  Akan tetapi kecerdasan ketiga perempuan itu, tidak serta merta membawa keberuntungan bagi mereka, dalam hal asmara. Malah sebaliknya, mereka selalu mengalami kegagalan dalam bercinta. Dikhianati, diselingkuhi dan di bawa lari uangnya. Dari pengalaman pahit di atas, ketiganya pun bertekad tidak akan mengenal cinta kepada lawan jenis lagi. Mereka akan fokus berkarier dan membangun cita-cita mereka mulai dari sekarang. Sehingga terbitlah sebuah perjanjian yang disepakati oleh ketiganya. No Man, No Cry! Namun apa yang terjadi selanjutnya? Mampukah gadis-gadis itu menepati janji mereka? Ataukah ada diantara ketiganya yang ingkar janji? Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. I dedicate this novel to my genk, THE LADIES.

Sasha Barlow receives a call from Aidan Gallagher when she leaves the hospital after getting an abortion. He says, "Get ready. Mr. Conley is coming tonight, so bring five bottles of whiskey and three bottles of red wine." Sasha subconsciously clenches her hand around her phone. "Can I skip tonight?" Aidan pauses. "I know you're angry about yesterday, Sasha. Natalie hit you yesterday, but I reprimanded you instead of helping. "You need to remember that she's my girlfriend, though. She comes from a good family, and her parents have always treated her like a princess. She's bound to be a little willful and spoiled. You're older than her, so cut her some slack."

Mafia: bad guys or heroes?Fierce, loyal, savage, brave. The Amatucci Family controls New Trenadie with an iron fist and they do what needs to be done to protect their own – no matter the cost. You live by their rules, or you die by them. Willow Chase is the adopted daughter of Maria and Angelo Amatucci. Broken by a life she didn’t choose, she finds refuge in the family who saved her. But when that new life is threatened, Ryker Penn – billionaire tech mogul – gets a firsthand introduction to the family who rules his city. New allegiances will form and cause a ripple effect that will be felt by each member of the family. Arturo, Talia, Domenico, Massimo, and Raphael will have their lives tossed upside down and inside out. The women and men brave enough to love them will test their loyalty and their tempers. Lies will be told and secrets will be revealed in this connected series of white-hot passion, bravery, and taking chances when everything inside you tells you to save yourself.

High risk and high reward, the men of Aegis Group Lepta Team work only the most dangerous kidnapping cases. These hunky heroes are willing to put it all on the line to get the job done. Romance is an even greater risk in their line of work, but these men don’t shy away from danger.Aegis Group Lepta Team is created by Sidney Bristol, an eGlobal Creative Pubishing author.

Karena sebuah coklat kecil seukuran permen, Anita harus kehilangan jabatannya sebagai Sekretaris Manajer. Bagaimana tidak, coklat yang dapat dari Manajernya itu ternyata mengandung alkohol. Meskipun kadar alkohol dalam coklat itu sangat rendah. Tapi itu sudah cukup membuat Anita yang lemah terhadap alkohol menjadi menggila di sebuah kafe tempat dirinya memenuhi janji untuk bertemu dengan sahabatnya, Cecilia. Anita yang terpengaruh alkohol, mengomel dan mencurahkan kekesalannya terhadap CEO perusahaannya yang dianggapnya diktator, kepada 3 orang berjas yang sedang melakukan rapat, tak jauh dari tempatnya duduk. Dia bahkan tak segan-segan menjelekkan dan menghina CEOnya itu. Dan sialnya, tanpa Anita sadari, salah satu pria berjas itu adalah CEO perusahaannya sendiri. Dan hal itu membuat Anita langsung di panggil dan mendapat teguran keras dari Sagara, seorang CEO dari DA.crop. Menyadari kesalahannya, Anita tidak dapat berkilah. Ia bahkan sudah siap jika memang harus di pecat secara tidak hormat. Tapi Sagara masih mempunyai hati. Dirinya masih mempekerjakan Anita dengan posisi baru, yaitu menjadi Office Girl pribadi Sagara. Yang tugasnya hanya memenuhi apa yang Sagara minta. Anita yang merasa jika dirinya bisa mengatasi cobaan ini, perlahan mulai menyadari jika dirinya sedang dijadikan mainan oleh Sagara. Sebab, setiap Sagara meminta secangkir kopi, dirinya selalu tidak puas dengan kopi buatan Anita. Dan selalu minta di buatkan yang baru tanpa memberi tahu kopi seperti apa yang sebenarnya Sagara inginkan. Hidup Anita yang sebelumnya tenang dan damai, mulai menjadi menyebalkan sejak dirinya jadi Office Girl pribadi Sagara.

Gendis tidak pernah memperkirakan kalau suami yang ia cintai sepenuh hati memiliki skandal menjijikkan. Apalagi dengan seseorang yang sama sekali tidak pernah ia prediksi. Sebagai istri, Gendis kecewa. Hatinya remuk redam. Namun, wanita itu tidak akan tinggal diam dengan pengkhianatan sang suami. Kisah drama rumah tangga yang menguras emosi, penuh intrik serta dipadukan dengan sisi romantis karena seseorang yang selalu ada di setiap wanita itu terpuruk. Gendis rindu cinta suci sang suami. Ia rindu pernyataan cinta dari Damar serta janji yang sempat terucap untuknya. Walau Gendis tahu, sesuatu yang mustahil terjadi laksana pungguk merindukan bulan.

Aku membuat janji pergi ke festival musik bersama sahabatku. Tapi kekasih kakakku mengunciku di toilet. "Anak gadis zaman sekarang nggak punya malu. Merasa nggak berdosa menggoda pacar orang lain!" "Aku akan memberimu pelajaran hari ini. Orang tuamu sendiri gagal mendidikmu, jadi biar kubantu mereka!" Dia tidak mendengarkan penjelasanku dan menyiramkan air pel toilet dari atas kepalaku. Dia menamparku di depan umum, melucuti pakaianku, dan menggunakan solder panas untuk menuliskan kata-kata "Simpanan Murahan" di tubuhku. Saat kakakku tiba, wajahku tidak dapat dikenali lagi karena parahnya siksaan mereka. "Calvin, tolong dengarkan penjelasanku. Sumpah, kukira dia cuma "adik ketemu besar", bukan adik kandungmu!"

I never thought a dance could bring me disaster Tonight, at the annual Moon Goddess Festival, my brother, the heir of the Silver Moon pack, Aiden, and I performed a dance together. We won a lot of applause. Aiden made me the star of the festival. Unexpectedly, after the dance, Aiden's mate came with a group of sorority members to bully me. "How dare you flirt with Aiden? Omega! "Break her legs!" “No!No!No! I am Aiden’s sister!” I tried to explain, but they gagged me. I struggled desperately, but it only provoked an even more brutal beating. "If she's so horny, strip her naked and throw her into the boys' restroom," Bella said, standing nearby with her arms crossed. Tears of despair streamed down my face. Just then, Aiden arrived. "I'll make every one of you pay for this!" he roared.

My flight was suddenly canceled, so I dragged my suitcase back home. As soon as I stepped inside, I saw torn black stockings scattered on the floor. This was the eighth time Simon Jones had brought a different woman home. The sound of running water and a young woman’s laughter echoed from the bathroom. I didn’t cry or make a scene. Instead, I sat quietly on the couch, waiting for them to finish. Everyone assumed I would continue being Simon’s devoted fool like before. But no one knew that the man I truly loved had returned. After tonight, Simon, the stand-in, would be discarded.