Qin Shi Huang Tomb Door

Every woman's dream is to have a happy family, a loving husband who treats her like a princess. But no two are exactly alike, because on the other hand not everyone is lucky enough to have it. Brianna is the woman who dreamed about this kind of happy ending. But little did she know, she would experience the paradox of it. She married the man who cheated on her multiple times, hit her whenever he's drunk and doesn't even care about her pregnancy. Why is she staying with this kind of person? Almost an evil. She suffered a lot, because of her love for this man, yet she still chooses him. Will Briana long to this cruelty forever?

Reading and studying history was Aimi Allecxiannie’s primary source of excitement in her mundane life. One day, the unexpected happens— she is transported into the body of Avery Allecxiannie Lopez, a general’s daughter who happens to be engaged to a man she despises. It’s 1942, and the Japanese forces have just begun to conquer the Philippines. Will Aimi be ready to look Death in the eye or will she give up? Will she find love in the midst of a war? Will she forever be stuck in Avery Allecxiannie’s body? What happens when a 21st-century history major gets transported to the body of a 1940’s woman in the dawn of the Second World War?

Alex is the young master of the richest family in the world, a man whom many princesses want to marry. However, he’s treated worse than a nanny by his mother-in-law

David Lidell vomited blood and passed out when he was enraged by his rival in love. When he woke up, he realized he had obtained a super lavish system, and it was asking him to spend a quadrillion dollars. After that, David embarked on the journey toward the pinnacle of his life. David, “I’m not going to pretend anymore. For your information, I am a quadrillionaire…”

Si Alex ang batang master ng pinakamayamang pamilya sa buong mundo, ang lalaking gustong pakasalan ng maraming prinsesa. Gayunpaman, mas masahol pa sa katulong ang trato ng bayaw niya sa kanya.

Dantley Swiftclaw, a confident and arrogant Alpha, vehemently rejects the idea that Erlyn Gristin, a female omega and a servant, is his destined mate. Despite his initial refusal, he cannot resist the strong urge to be with Erlyn. To conceal his feelings for Erlyn, Dantley chooses to restrain and intimidate her. However, Erlyn manages to escape, which infuriates Dantley, leading him to lead his pack in a search for her. He even threatens to set the sea and ships ablaze if Erlyn is not found. As the search ensues, the harbor witnesses the violence that unfolds, with fire consuming the sea. Will Dantley eventually succeed in finding his lost mate? And is love truly worth the terrible price of this chaos?

Kehancurannya adalah ketika Wu Shi menjadi cacat dan keluarganya terbunuh dengan cara mengenaskan. Tetapi, sebuah keajaiban muncul dan Wu Shi mendapat kesempatan kedua dengan kembali ke masa lalu. Mengetahui masa depan yang begitu mengerikan, akhirnya Wu Shi bertekad untuk menjadi lebih kuat sebagai pendekar bertongkat. Demi melindungi keluarga serta mencari musuh yang akan datang, Wu Shi bahkan rela jika harus berjalan di atas api.

Menjadi dewasa adalah keputusan terbesar Rosea Damita. Memaafkan dan menerima trauma akan masa lalu menjadi awal mula hidup barunya. Di saat Rosea mampu melanjutkan hidupnya, rahasia yang ia tutup rapat malah terkuak. Stereotip yang Rosea takutkan, kini melekat pada dirinya. Rosea pun malu dan egonya sebagai perempuan terluka. Miko dan Julian sebagai laki-laki yang mencintai Rosea, bingung harus bersikap bagaimana menghadapi mental Rosea yang goyah. Mampukah Rosea mengobati 'lukanya' yang menguar tanpa harus membasuh dengan alkohol di atasnya?credit cover: canva

Eowyn, berumur 25 tahun dan sangat mencintai kekasihnya, Nathan.Umur mereka terpaut lima tahun. Saat ini Nathan berumur 30 tahun. Eowyn bekerja di sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dibidang migas, sebagai seorang sekretaris. Sedangkan Nathan saat ini sangat menikmati puncak karirnya sebagai seorang pengusaha tekstil yang sukses. Mereka menjalin hubungan toxic yang sudah berjalan tiga tahun lamanya. Nathan selalu memperlakukan Eowyn dengan seenaknya, mengintimidasi dan sering kali membuat dirinya merasa bersalah tanpa sebab. Nathan merupakan seorang pria yang tak bisa hanya setia pada satu wanita. Sudah beberapa kali Eowyn mendapati kenyataan kekasihnya itu bermain mata dengan perempuan lain di belakangnya. Haruskah Eowyn terus bertahan? Sanggupkah ia terus menerus menahan rasa sakit di hatinya saat cinta tulusnya diterpa cobaan bertubi-tubi? Sedangkan ada pria lain yang selama ini diam-diam menaruh hati padanya tapi tak memiliki keberanian untuk mengutarakannya.

Ruang tamu rumah itu terasa begitu luas, namun entah mengapa udara di sekitarnya terasa menyempit, menekan paru-paruku. Malam ini adalah awal kehidupan baruku bersama Ibu di rumah suami barunya. "Bella, ayo, jangan malu-malu. Mulai sekarang kita adalah keluarga," ucap Ibu dengan senyum merekah, menarik tanganku agar lebih mendekat. Di hadapanku berdiri dua sosok pria yang kini menjadi bagian dari hidup kami. Arthur, ayah tiriku, duduk dengan wibawa yang mengintimidasi. Usianya memang sudah menyentuh kepala lima, tapi aura maskulinnya justru semakin pekat. Tubuhnya gagah, terbalut kemeja yang sedikit ketat di bagian dada, dan brewok tipis di dagunya memberikan kesan tegas yang sulit diabaikan. Namun, bukan dia yang membuat bulu kuduku meremang. Melainkan sosok yang berdiri di sampingnya. Leonard, atau kerap dipanggil Leo. Abang tiriku. "Halo, Bella," sapanya. Suaranya berat, rendah, dan memiliki getaran yang membuat perutku terasa aneh. Leo mewarisi postur gagah ayahnya, namun dengan vitalitas masa muda yang meledak-ledak. Kaos hitam polos yang ia kenakan menempel pas di tubuhnya, mencetak jelas otot-otot dada dan lengannya yang atletis. Sepertinya tidak ada satu inci pun lemak di tubuh itu, hanya otot keras yang siap menerkam. Saat aku mengangkat wajah untuk membalas sapanya, aku menangkap basah tatapannya. Mata itu... tidak sedang menatap wajahku. Mata tajam itu sedang menelusuri lekuk tubuhku, berhenti cukup lama di area dadaku, seolah tatapannya bisa menembus kain blus yang kukenakan. Tatapan itu bukan tatapan seorang kakak, melainkan tatapan seorang pria yang sedang menilai mangsanya.