Home / Romansa / CANDU CINTA CEO AROGAN / BAB. 3 Saling Terbuai

Share

BAB. 3 Saling Terbuai

last update Last Updated: 2023-08-30 13:34:49

Mitha mulai merasakan sensasi panas yang membara, dari dalam tubuhnya.

"Pa ... panas! Ha-us!" lirihnya.

"Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" serunya kepada temannya.

"Boleh juga ide mu! Bos masih dalam perjalanan ke sini." ucap yang lain.

"Ayo, kita sikat dia!" tukas orang itu.

"Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" jerit Mitha takut, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.

Teriakan yang menyayat dari bibir Mitha menggelitik telinga Erlan.

Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.

Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.

Erlan lalu mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti salah seorang wanita.

Dengan cepat, Erlan menendang pintu kamar itu.

"Hei! Apa yang hendak kalian lakukan? Dasar bajingan!" teriak Erlan. Lalu mulai melakukan penyerangan, kepada kedua pemuda itu.

Erlan yang terbiasa dengan olah raga bela diri terlihat lebih kuat dua kali lipat, melawan para pria itu.

Menyadari jika ada seorang pria yang hendak menolongnya, Mitha segera berkata,

"Tu ... tuan tolong saya!" teriak Mitha, saat salah satu dari pria itu mulai merobek baju yang dia kenakan.

Erlan segera menoleh ke arah pria itu. Lalu

dengan satu tendangan, pria itu pun terjatuh. Lalu disaat situasi mulai lengah, Erlan segera meraih tangan Mitha dan membawanya keluar dari kamar itu.

"Sialan! Kejar mereka! Cepat!" seru salah satu dari pria itu.

Namun terlambat. Para pria itu kehilangan jejak mereka. keduanya seperti telah hilang di telan bumi.

Para pria itu kewalahan mencari Mitha. Namun tidak mereka dapati.

"Sial! Ke mana pria itu membawa wanita tadi? Kok mereka sangat cepat menghilangnya?" kesal para pria itu.

Erlan saat ini sedang berada di salah satu kamar yang berjarak sangat dekat dengan kamar yang tadi di tempati oleh wanita itu.

Dia terpaksa ikut serta membawa sang wanita ke dalam kamarnya. Demi untuk menyelamatkannya dari para pria tadi.

"Te-rima kasih, Tu-an. Anda telah menyelamatkan saya." ucapnya, sedikit lega.

Erlan tidak menjawab perkataan wanita itu. Dia malah mulai sibuk menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya. Erlan mulai merasakan panas yang sangat dahsyat saat ini.

Demikian halnya dengan Mitha. Gadis itu juga mulai membuka beberapa kancing bajunya.

"Pa-nas!" lirihnya.

Melihat gadis itu juga turut menanggalkan bajunya. Erlan seketika langsung menatap tajam ke arahnya.

"Apakah perempuan ini, juga sudah dicekoki obat perangsang?" Alat tempur milik Erlan menjadi semakin tegak berdiri melihat bahu mulus milik gadis itu.

Bahkan Erlan menelan ludahnya berkali-kali, karena melihat gerakan meliuk-liuk yang dilakukan oleh Mitha yang sedang duduk di sofa.

Belum lagi dua bukit kembar milik Mitha yang sungguh begitu menggoda batinnya.

"Haus! haus! Aku sangat haus!" seru sang gadis lagi, sambil mulai memegang lehernya.

Mendengar keluhan gadis itu, Erlan yang hanya memakai celana bokser pendek segera berjalan menuju ke arah kulkas berada lalu mengambil sebotol air mineral yang berada di dalamnya untuk diberikan kepada Mitha.

Namun siapa sangka, gadis itu malah mengikuti langkah Erlan menuju kulkas dan meraih air mineral itu, lalu langsung meminumnya di depan sang pria.

Akan tetapi rasa terbakar dari dalam tubuhnya tidak berhenti juga.

"Panas! Panas!" serunya, lagi.

Lalu dengan berani, Mitha segera memeluk dada telanjang Erlan dengan tatapan penuh damba.

"Tu ... tuan, tolong saya! Sa ... saya tidak dapat menahannya lagi. Sa-ya hampir mati saat ini! Pa-nas!" ucapnya terbatas sambil mulai membelai punggung pria itu.

"Hei! Anda kenapa Nona?" tanyanya, kepada gadis itu. Erlan mulai mencoba melepas pelukan Mitha di tubuhnya.

"Sepertinya diminuman saya, telah dicampur sesuatu." lirihnya sambil menangis.

"Tolong saya, Tuan. Saya tidak dapat menahannya lagi." Air mata mulai mengalir di kedua pipinya.

"Nona, situasi kita hampir sama saat ini. Diminuman saya tadi, juga telah dimasukkan sesuatu. Jadi tolong jangan menggoda saya semakin jauh! Takutnya saya tidak bisa menahannya!" hardik Erlan lalu mulai mengendurkan pelukan gadis itu di tubuhnya.

"Tapi ... saya sudah tidak bisa menahannya lagi, Tuan! Ah ...!" Satu desahan lolos dari bibirnya.

Keduanya terjatuh di ranjang akibat kaki Mitha yang tiba-tiba mulai lemas. Erlan selaku pria normal mulai tergoda dengan kemolekan tubuh gadis itu, yang saat ini sangat rapat dengan tubuhnya.

Erlan malah telah menindih tubuh Mitha, dan mulai menciumnya. Bibir keduanya mulai bersentuhan.

Entah siapa yang memulai, saat ini kedua bibir mereka saling melumat dan mulai terbuai dalam hasrat membara yang berasal dari dalam tubuh mereka.

Tangan Erlan mulai bergerilya di atas dua gundukan milik gadis itu.

"Ah ... Oh ..." desahnya.

Erlan semakin terbawa hasrat. Mendengar suara-suara aneh yang berasal dari bibir sang gadis. Lalu dengan kasar, Erlan menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuh gadis itu.

Mitha yang merasa panas, terus meliuk-liukkan badannya, seperti ada yang hendak muncrat ke luar dari inti tubuhnya. Ada rasa menggelitik di sana.

Dia seakan telah hilang urat malunya, saat pria itu telah berhasil menelanjanginya. Mitha seperti telah kehabisan akal.

Sementara Erlan yang melihat kemolekan tubuh Mitha semakin membuat senjata pamungkas yang ada di balik celananya menjadi menegak.

Erlan juga ikut menanggalkan semua pakaiannya.

Lalu kemudian, dia mulai menghujani tubuh Mitha dengan ciuman bibirnya.

"Ah ... ah ... oh ..." Desahnya semakin menikmati semua sentuhan Erlan di tubuhnya.

Erlan semakin kalap, dia pun mulai menjilati tubuh gadis itu dari atas sampai bawah. Tak lupa dia meninggalkan beberapa tato kepemilikan dari bibirnya, di atas tubuh putih bersih milik Mitha.

Gadis itu tak kuasa menahan letupan demi letupan dari dalam tubuhnya, disaat tangan Erlan mulai bermain di kedua pucuk bukit kembarnya yang masih suci.

"Ah ... Oh ... Sssssshhh!" Mitha hanya mampu berdesis.

Erlan semakin gila, setelah puas memilin-milin ujung bukit kembar milik Mitha. Kini giliran lidah Erlan yang sangat lihai menyentuh ujung dua gundukan milik gadis itu.

Lagi-lagi, Mitha

hanya mampu memejam kan matanya dan menikmati setiap permainan lidah pria itu.

Erlan semakin lihai menjilat, menyedot bahkan menggigitnya.

"Akh ...!" Entah sudah berapa kali Mitha mencapai puncaknya hanya dengan permainan lidah Erlan.

Tangan Erlan mulai meraba-raba paha Mitha dan menemukan sesuatu yang lembab di sana.

Jari-jarinya mulai sibuk bermain di daerah favorit milik gadis itu.

"Ah ... ah ...!" desahnya sambil mencengkeram erat kain seprei yang mulai berantakan itu.

Tubuhnya kembali bergetar dan pinggulnya mulai naik turun saat tangan Erlan semakin cepat bermain di daerah lembut itu.

Serasa ada sesuatu yang muncrat dari dalam inti tubuhnya dan ini baru pertama kali Mitha rasakan.

Pandangannya menjadi sayu menginginkan lebih dari sentuhan tangan Erlan.

Namun tiba-tiba, Mitha tersentak kaget saat jari tengah milik Erlan mulai masuk ke dalam inti tubuhnya dan mulai melakukan gerakan maju mundur.

"Oh ...! Ah ...!" desahnya tak karuan.

Ada sensasi baru, yang tidak pernah Mitha rasakan sepanjang hidupnya.

Rasa terjepit, ngilu, sakit yang lama kelamaan berubah menjadi nikmat.

"Akh! Akh ...! Mmmmhhhpppp!" teriak Mitha saat kembali merasakan pelepasannya.

Tidak sampai disitu saja, Erlan mulai melebarkan paha gadis itu dan melihat dengan seksama surga dunia, untuk pertama kalinya.

Beberapa kali Erlan terlihat menelan ludahnya melihat keindahan alam itu. Inti tubuh milik Mitha yang masih berkedut-kedut akibat reaksi obat perangsang yang masih saja belum lepas pengaruhnya.

Lagi-lagi, Mithq tersentak saat lidah Erlan mulai bermain dengan lihainya di liang kenikmatan miliknya.

"Ah, ah, ah ...!" rintihnya tak tertahankan lagi. Kedua tangan Erlan mulai membelai ujung bukit kembar milik Mitha. Dia meremasnya sesuka hatinya.

Mitha semakin lupa diri. Dia tidak bisa memakai akal sehatnya saat ini, karena semua perbuatan pria itu di tubuhnya sungguh sangat nikmat baginya.

Bahkan dirinya sudah sangat menginginkan setiap sentuhan yang telah dilakukan oleh Erlan pada tubuhnya.

Sejujurnya Mitha ingin berontak. Akan Tetapi dia tetap tidak bisa melakukan apa pun. Dirinya memilih menyerah dan menikmati semua sentuhan Erlan di tubuhnya. Mitha hanya mampu menikmati setiap sentuhan dari pria itu.

Lalu apakah yang akan terjadi kepada gadis itu selanjutnya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 114 Bahagia Selamanya

    Sebulan setelah pulang liburan romantis di Gili Trawangan, Mitha mulai merasakan perubahan pada tubuhnya. Awalnya, dia mengira hanya kelelahan biasa, akan tetapi setelah beberapa hari, gejala yang dirasakan olehnya semakin jelas. Perutnya terasa kembung, mual setiap pagi, dan keinginan makan yang tidak biasanya. Mitha pun memutuskan untuk melakukan tes kehamilan dan hasilnya menunjukkan dua garis merah.Dengan hati berdebar, Mitha memanggil suaminya, Erlan. "Mas, kamu bisa ke sini sebentar?" serunya dari dalam kamar mandi.Erlan yang sedang membaca di dalam kamar segera bergegas menuju kamar mandi. "Ada apa, Sayang?"Mitha, dengan senyum lebar dan mata berbinar, lalu mengangkat tes kehamilan itu."Kita akan punya bayi lagi!"“Apa? Jadi hasil goyangan maut yang kita lakukan saat liburan di Pulau Lombok, berhasil, Sayang?” seru Erlan sambil tersenyum bahagia.Erlan menatap tes kehamilan itu, kemudian wajah Mitha, dan seketika kebahagiaan membanjiri hatinya. "Oh Tuhan, Sayangku Mitha!

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 113 Liburan Bersama

    Pagi itu, mentari baru saja terbit ketika Erlan dan Mitha sedang mempersiapkan keberangkatan mereka ke Gili Trawangan, Lombok. Asher, putra mereka yang baru saja genap berusia dua tahun, sedang asyik bermain dengan mainan favoritnya di ruang keluarga. Wajah mungilnya memancarkan kebahagiaan dan kepolosan masa kanak-kanak. Namun, hari itu berbeda dari biasanya. Erlan dan Mitha berencana akan memberikan adik kepada Asher, dan untuk mewujudkan impian itu, mereka memutuskan untuk pergi berlibur berdua."Sayang, apa sudah siap?" tanya Erlan sembari merapikan koper di depan pintu.Mitha menoleh dan tersenyum, "Sudah, Mas. Kita pamit dulu sama Asher, ya."Mereka berdua lalu berjalan menuju ruang tamu dan mendekati Asher. Mitha mengangkat putra kecilnya dan berkata dengan lembut, "Asher, Mami dan Papi mau pergi sebentar ya. Asher akan main sama Oma Anisa. Janji, kita akan segera kembali."Asher hanya tersenyum dan meraih mainannya. Anisa, ibu dari Erlan, muncul dari dapur dengan senyum ramah

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 112 Welcome My Cute Baby

    Sembilan bulan telah berlalu sejak Mitha mengetahui bahwa dia hamil. Pagi itu, dia dan Erlan berada di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta, menunggu momen yang telah dinantikan oleh seluruh anggota keluarga selama berbulan-bulan. Mitha sedang bersiap-siap untuk melahirkan bayi laki-laki mereka yang akan diberi nama Asher Levin. Di ruang bersalin, Erlan dengan setia mendampingi istrinya. "Mas Erlan, aku takut," ucap Mitha dengan suara lemah namun penuh harap. Erlan pun menggenggam tangan Mitha erat-erat dan memandangnya dengan penuh kasih, "Kamu pasti bisa melakukannya, Sayang. Aku ada di sini bersamamu. Kita pasti bisa melewati ini bersama. Percaya kepadaku." Mitha mulai merasakan kontraksi yang semakin kuat dan intens. Erlan tetap berada di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan yang dibutuhkan oleh istrinya. "Tarik napas dalam-dalam, Sayang. Ingat teknik pernapasan yang kita pelajari," tutur Erlan dengan tenang sambil mengelus rambut Mitha. Dokter dan perawat

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 111 Kehamilan Mitha

    Pagi itu, sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela kamar Erlan dan Mitha, membangunkan mereka dengan hangat. Hari dimulai seperti biasa hingga tiba-tiba Mitha berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Erlan, yang masih setengah mengantuk, segera terbangun dengan panik.“Mitha, kamu kenapa?” Erlan bertanya dengan cemas sambil mengikuti istrinya ke kamar mandi.Mitha terengah-engah, berusaha mengatur napasnya. “Aku tidak tahu, Mas. Tiba-tiba saja aku merasa mual.”Erlan dengan cepat mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air dingin, lalu memberikan kepada Mitha. “Ini, coba lap wajahmu. Kita ke rumah sakit sekarang juga, ya?”Mitha mengangguk lemah. “Baik, Mas.”Dalam perjalanan ke rumah sakit, pikiran Erlan dipenuhi dengan berbagai kekhawatiran. Dia terus memegang tangan Mitha, memberikan kekuatan dan dukungan bagi istrinya.“Mas, aku merasa agak lebih baik sekarang,” ucap Mitha mencoba menenangkan suaminya.“Tetap saja, kita perlu memastikan semuanya baik-baik saja. L

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 110 Acara Wisuda Mitha

    Setelah pulang berbulan madu,Pagi itu, suasana di rumah Erlan dan Mitha dipenuhi oleh kegembiraan dan semangat. Mitha sedang bersiap-siap untuk wisuda yang akan diadakan beberapa jam lagi. Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Mitha mengenakan kebaya modern berwarna lilac, dipadukan dengan make-up natural yang membuatnya terlihat sangat cantik. Di sebelahnya, Erlan, suaminya, mengenakan setelan jas dengan warna senada, membuat mereka tampak serasi seperti pangeran dan putri kerajaan.“Mitha, Sayangku! Kamu cantik sekali hari ini,” puji Erlan dengan tatapan kagum.Mitha tersenyum,“Terima kasih, Mas. Kamu juga tampan sekali. Terima kasih sudah selalu ada untukku.”“Sudah seharusnya, Sayang. Hari ini adalah hari yang spesial untukmu, aku sangat bangga padamu, Istriku.” jawab Erlan sambil merapikan rambut Mitha yang terurai indah.Di ruang tamu, para orang tua mereka sudah berkumpul. Mami Anisa dan Papi Fred, kedua orang tua Erlan, tampak anggun dan gagah. Kakek dan nenek Erla

  • CANDU CINTA CEO AROGAN    BAB. 109 Kejutan Untuk Mitha

    Tengah malam di kabin kayu di Lake Tahoe terasa begitu tenang, dengan hanya suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan pinus di luar. Di dalam kabin, kehangatan dari perapian yang masih menyala menciptakan suasana nyaman dan tenang.Namun tiba-tiba saja Erlan terbangun, merasakan kehangatan tubuh Mitha yang sedang tidur di sebelahnya. Sebuah dorongan tiba-tiba muncul dalam dirinya, kerinduan untuk merasakan kedekatan yang lebih erat dengan istrinya.Erlan menatap wajah damai Mitha yang tertidur, rambutnya terurai di atas bantal. Dengan lembut, Erlan mengusap pipi Mitha, dan membangunkannya perlahan."Mitha, Sayang," bisiknya pelan di telinga istrinya.Mitha membuka matanya perlahan, mencoba mengatasi kantuknya. "Ada apa, Mas Erlan?" tanyanya dengan suara lembut, sedikit bingung karena suaminya tiba-tiba membangunkannya di tengah malam itu.Erlan tersenyum, menatap istrinya dengan penuh kasih."Aku merindukanmu, Sayang. Aku ingin kita menikmati malam ini bersama, dan lebih d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status