“Ah…!” suara desahan laknat tidak ada sopan dan santunnya sama sekali tersebut seakan-akan pasti terus terdengar tiada hentinya sampai hari kiamat tiba.
Setidaknya, hanya itu saja yang bisa dipikirkan oleh Alisa Dans Heart setiap kali hendak memejamkan kedua matanya untuk tidur di malam hari. Hampir sulit sekali rasanya untuk berpura-pura tuli setiap kali suara-suara yang laknat tersebut terdengar semakin jelas dan nyaring sekali.
Suara yang tidak lain berasal dari kamar sebelah di mana tetangganya yang baru ditemuinya beberapa kali sudah menobatkan dirinya sebagai tetangga yang akan paling dibenci oleh Alisa sepanjang hidupnya.
“Urgh…! Menyesal sekali aku pindah di Apartemen Duluran ini! Niatnya ingin sekali berhemat uang malah terjerumus dalam kesengsaraan tiada akhirnya seperti ini! Mau tidur malam saja, sulit sekali rasanya! Hiih…!” tegas Alisa Dans Heart dengan nada suaranya yang jelas sangat marah sekali.
***
Jauh sebelum malam itu tiba, hari berbahagia pun telah tiba bagi seluruh mahasiswa dan mahasiswi Universitas Bulgasaru yang senantiasa menantikan momen wisuda sebagai tanda perpisahan terhadap masa lalu dan awal dari masa depan mereka tersebut.
“Wooaa…! Alisa Dans Heart…! Kau ini memang kalau masalah kecantikan sudah tidak tertolong lagi rasanya! Bagaimana bisa sih ada wanita secantik kamu di dunia ini, hah?! Kasih tahu dong rahasianya apa! Biar kami semua tidak penasaran terus seperti ini!” seru temannya Alisa yang berinisial A tersebut.
Pernyataan si A tersebut membuat teman-temannya Alisa mau tidak mau juga ikut serta mendekat ke arah Alisa Dans Heart yang memang tampil begitu menawan sekali dari sorotan matanya saja sudah tidak tertolong cantiknya.
Wanita bernama lengkap Alisa Dans Heart memang terkenal sangat cantik di seluruh Universitas Bulgasaru. Tidak sedikit pula yang dengan terang-terangan mengatakan kalau Alisa adalah wanita nomor satu paling cantik dari sekian banyak kaum hawa yang ada di sana.
Bagaimana tidak cantik, kan? Sosoknya saja memiliki tinggi 170 cm dengan paras wajahnya yang cantik menawan hingga menggetarkan mesin-mesin motor di dalam hati semua kaum adam yang melihatnya.
Tubuh tinggi dan terlihat cukup seksi bukanlah batas kecantikannya. Belahan dada yang begitu menonjol jelas sangat menggoda sekali. Rambut hitam pekat memanjang sampai dada dan terkadang diikatnya manakala sedang sibuk membuat pesonanya tak perlu dipertanyakan kembali.
Bibir merah merona dan pipi yang tirus sempurna disertai dengan kedua bola matanya yang lebar berwarna biru muda begitu melengkapi sosoknya yang cantik bagaikan Dewi Langit yang turun ke bumi karena tersandung awan sudah jelas begitulah adanya.
“Iya nih…! Kalau dilihat-lihat memang cantik sekali rasanya wajahnya Alisa ini. Sudah tinggi, seksi, cantik, dan pintar lagi orangnya. Ini mah, sudah paket lengkap dengan segala toppingnya!”
“Paket lengkap? Jelas bukan lah! Alisa ini sudah seperti paket premium, tidak! Maksudku paket super premium, uranium, dan nium-nium lainnya!”
“Memangnya Alisa Dans Heart itu reaktor nuklir apa?! Dia ini wanita loh, jangan lupakan fakta tersebut!”
“Ha-ha-ha…!”
Teman-temannya ikut serta memuji Alisa disertai candaannya yang memang sudah tidak aneh lagi. Alisa Dans Heart hanya bisa tersenyum malu-malu kucing mendengar perkataan teman-temannya itu.
“Hiih…. Kalian semua selalu saja jahil seperti ini. Ingatlah, semua wanita itu cantik dengan sendirinya! Tidak perlu memuji orang lain terlalu berlebihan dan yakinlah dengan diri sendiri bahwa kau yang paling cantik,” sahut Alisa dengan tenang sambil tersenyum manis.
Krik, krik…! Hening…!
“Muwaha-ha-ha…! Kamu ini bisa saja kalau bercanda juga sangat lucu sekali! Aku sampai tak bisa lagi menahan tawa sama sekali!”
“Ha-ha-ha…! Benar-benar lucu. Namun, kayaknya Alisa ini tidak bercanda sama sekali loh! Dia serius sekali tahu kalau bilang sesuatu yang semacam ini!”
“Seriusan? Waduh, kalau begitu, bukankah hal semacam ini menjadi poin tambahan lainnya untuk sosok sempurna seperti Alisa ini? Sudah cantik, manis, lemah lembut, cerdas sekali, dan baik hati. Wow…! Mantap pokoknya! Tinggal dibungkus calon suaminya saja nih!”
“Ha-ha-ha…!”
Canda tawa rekan-rekan seperjuangannya Alisa tidak bisa lagi dihentikan sama sekali dan hanya akan membuat Alisa semakin tersipu malu mendengarnya. Meski demikian, rasa senang bertegur sapa dengan teman-temannya yang kemungkinan besar untuk terakhir kalinya tersebut benar-benar tidak akan pernah bisa terulang kembali.
“Canda dan tawa seperti ini akan segera berakhir setelah ini. Entah kapan lagi aku bisa bertegur sapa di masa yang akan datang. Lagi pula, aku harus mengejar mimpiku di Ibu Kota setelah acara wisuda ini berakhir. Hadeh…!” batin Alisa dengan lesu meski raut wajahnya terlihat tersenyum manis.
“Oh iya, kalian semua setelah wisuda pada mau ke mana? Lanjut kuliah lagi atau langsung kerja aja?”
“Kalau aku sih jelas langsung kerja lah! Kalau kuliah lagi, siapa juga yang mau biayain, kan? Cari beasiswa juga semakin sulit sekali rasanya akhir-akhir ini. Pemerintahan yang korup di negeri ini memang tidak pernah berubah bahkan setelah seribu tahun berlalu masih sama saja. Aduh, pusing deh!”
“Hooh…! Aku sendiri juga sudah beberapa tahun cari beasiswa ke sana kemari semakin sedikit jumlahnya baik dari segi kuota ataupun jumlah beasiswa itu sendiri. Tampaknya, ekonomi negara ini memang sedang tidak baik-baik saja!”
“Masalahnya bukan pada ekonomi saja sih sebenarnya! Ini lebih seperti sikap negara kita ini aja yang rasanya selalu cuek sendiri masalah pendidikan generasi muda.”
Bukankah seharusnya Alisa merasa bersyukur karena berhasil dipilih oleh Rensakar sebagai target kaum hawa selanjutnya, kan? Setidaknya, itu bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi Alisa karena telah terpilih sebagai wanita eksklusif untuk Rensakar.Itulah yang selalu dipikirkan oleh pria bejat tersebut berulang kali mengisi pikirin liarnya. Rensakar tak akan pernah mengira kalau Alisa begitu sulit untuk ditaklukkan bahkan dua kali berusaha keras kepala melawannya dengan cara-cara yang luga dan licik.“Hmph…! Untuk dipilih olehku, kamu seharusnya merasa sangat bersyukur sekali sehingga tidak perlu bagimu untuk terus-menerus merasakan efek dari pil godaan. Bukankah lebih enak ketika berhubungan intim secara sukarela? Kalau begini terus benar-benar terasa ada yang kurang, kan?”“Huh, sudahlah! Aku tidak bisa berpikir jernih juga saat ini dan begitu pula kamu. Lain kali, aku harap kamu bisa lebih terbuka daripada terus keras kepala agar kejadian seperti ini tidak perlu diulang kembali. Sa
Setelah melontarkan kata-kata bejat yang tidak masuk akal itu, Rensakar segera mengambil ancang-ancang untuk memasukkan rudal perkasanya ke dalam goa miliknya Alisa. Wanita cantik tersebut yang sudah suram seketika berubah menjadi terkejut dengan kepanikan yang nyata.“Ber–berhenti! Rensakar, cepat hentikan! Aku mohon padamu! Tidak, aku pasti akan memusnahkanmu menjadi debu tak bersisa!” teriak Alisa dalam kepanikannya mencoba melontarkan ocehannya agar Rensakar dapat segera menghentikan aksi bejatnya tersebut.“Hmph! Terlambat! Rasakan ini!” Rensakar menjawab bukan hanya dengan kata-kata kosong semata melainkan disertai aksi nyata dengan tusukan mautnya yang langsung menghujam ke dalam goa miliknya Alisa.“Ti–tidak…!” seru Alisa berteriak keras untuk kesekian kalinya sebelum tiba-tiba mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dalam dirinya.Pada akhirnya, Alisa tetap seorang kaum hawa biasa yang tentu saja akan merasakan kenikmatan yang sangat sulit untuk ditahan. Apalagi ketika men
Bagi seorang Tuan Muda yang mempesona baik dari segi latar belakang keluarganya ataupun kinerja serta prestasi pribadinya, Rensakar jelas tidak mampu berkompromi ditipu oleh bawahannya sendiri.Hal itu terasa sangat menjijikkan sekali baginya dan jelas merendahkan martabatnya. Setidaknya, itulah yang dipikirkan oleh Rensakar. Alisa sudah terlanjur bingung kembali tercengang mendengar perkataan Rensakar yang sangat tidak masuk akal baginya.Kalau saja dia tahu apa yang dipikirkan oleh Rensakar saat ini, Alisa akan benar-benar muntah darah karena mengetahui betapa tidak tahu malunya Rensakar sebagai seorang pria bejat. Pria bejat itu tidak lagi berpikiran waras ketika merasa kalau martabatnya terletak di sisi lain sedangkan perilaku bejatnya saat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hal itu.Kalau saja mentornya Rensakar tahu hal ini, maka sudah jelas Pak Koki tidak bisa mentolerirnya sama sekali. Bukannya tidak tahu akan pengetahuan dasar terkait moral seperti ini, Rensakar han
Sebuah keadaan yang bukan hanya mengejutkan dirinya sendiri, tapi juga sekaligus membingungkan Rensakar yang melihat ke arah wanita cantik tersebut dengan tatapan matanya yang buas.“Heh…! Sudahlah, tidak perlu panik dengan berpura-pura seperti itu! Bukankah kamu sudah pernah mengalaminya sendiri dengan begitu baiknya kemarin lalu? Apalagi yang perlu dikejutkan dengan itu, kan? Pasrahkan saja dirimu dan nikmati saja suasananya seperti sebelumnya. Ha-ha-ha…!” Rensakar langsung melesatkan dua telapak tangannya untuk meremas dua bukit kembar miliknya Alisa yang menjulang tinggi dan begitu kenyal rasanya.Alisa terkejut dan tidak bisa mengantisipasi sama sekali ketika Rensakar begitu tiba-tiba melancarkan aksinya sehingga membuatnya membeku sejenak sebelum berteriak dengan panik. “A–apa yang kau lakukan?! Cepat berhenti, ah…!”Sayangnya, semuanya sudah terlambat. Bahkan sebelum Alisa bisa mencerna informasi membingungkan yang dikatakan oleh Rensakar sebelumnya, dia sudah dihadapkan dengan
“Sial, tutup mulutmu!”“Sudahlah, tidak perlu berdebat lagi. Pria itu tampan dan pria ini jelek. Itu adalah faktanya dan kenyataan memang begitu.”“K–kalian!”“Ngomong-ngomong, bukankah wajah tampan pria itu terlihat tidak asing? Hmm…, di mana ya aku pernah melihatnya?”“Hmph! Pria itu pasti buronan penegak hukum. Kamu pasti melihatnya di berita sehingga tak asing lagi!”“Berita? Oh, benar! Dia adalah Tuan Muda Rensakar dari Keluarga Bins Haekal! Pantas saja dia tampan dan tidak terlihat asing. Mengapa sosok seperti itu naik di bus ini? Aneh sekali.”“A–apa?!”Beberapa orang saling berdiskusi dan melirik ke arah Rensakar dengan berbagai macam tatapan. Ada rasa senang, tergila-gila, iri, dan benci yang perlahan-lahan diarahkan kepada Rensakar. Rensakar hanya bisa menghela napasnya melihat semua itu dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela.“Hah…! Inilah alasannya mengapa aku tidak suka naik kendaraan umum. Lupa memakai masker lagi!” batin Rensakar dengan lesu meratapi nasibnya seba
Bergegas dengan cepat sampai di depan pintu masuk ruangannya yang tertutup rapat sebelum membukanya lebar-lebar tanpa mengetuk pintu sedikit pun. Amarahnya sangat menyala dan hanya dia saja yang tahu betapa marahnya dia saat ini.“Hmm…?” gumam Rensakar terkejut.Bukannya tidak ingin melampiaskan amarahnya, tapi sosok Alisa memang sudah tidak ada di sana sama sekali. Dengan cepat, Rensakar melangkah pergi untuk mengecek komputernya yang memang sudah mati tidak menyala sama sekali.“Huh…! Wanita ini benar-benar terlalu cepat mengelak. Mungkin dia sudah berada di dalam ruangannya sendiri sekarang. Haruskah aku membuatnya mengakui segalanya dengan bukti rekaman CCTV? Namun, kalau aku melakukan itu, Alisa pasti menggunakan alasan lainnya dan bisa saja balas mengancamku. Benar-benar merepotkan!” ucap Rensakar dengan geram sebelum tiba-tiba dia mengingat sesuatu.“He-he-he! Aku juga sudah memiliki sejumlah besar video rekaman dan foto-foto ketika Alisa telanjang bersamaku sebelumnya. Wanita