Acara yang begitu meriah. Ternyata benar, banyak sekali wartawan yang sudah berjaga di depan gedung. Arsen dan Bastian berusaha agar Yerin tidak terkena sedikitpun jepretan kamera wartawan. Sesampainya mereka di dalam…. “Waah…” Yerin kagum. Desain gedung sangatlah elegan dan tidak berlebihan. Orang-orang yang datang menggunakan pakaian rapi. Sedangkan wanita yang datang menggunakan gaun yang cantik. Arsen meraih tangan Yerin dan digenggamnya. Sedangkan tangan kanan Yerin menggandeng tangan Bastian. Ia berjalan mendekati nenek dan kakeknya. “Akhirnya cucuku datang.” Matelda mendekat dan memeluk Arsen. Setelah itu mulai berbasa-basi.Tidak sedikitpun melirik Bastian. Bastian sendiri juga acuh, tidak membutuhkan perhatian siapapun. Yerin yang melihatnya merasa sesak saja… bagaimanan bisa mengabaikan anggota keluarga seperti itu. Yerin tersenyum sopan pada mereka. “Oh…” hanya tersenyum samar membalas sapaan Yerin. “Hari ini Arsen tidak bisa lama-lama di pesta,” ucap Arsen.
Pesta ulang tahun perusahaan Skyline melibatkan banyak petinggi perusaahaan, pejabat dan beberapa penyanyi yang hadir. Katanya…. Banyak wartawan yang akan menunggu di depan gedung untuk sekedar mengabsen siapa saja yang datang. Bahkan di depan gedung ada karpet merah yang digunakan untuk berjalan ala catwalk. Yerin duduk dengan santai…. Sesekali terkantuk karena wajahnya yang dirias oleh MUA profesional. Tentu ia tidak tahu sama sekali bagaimana mempersiapkan diri kalau bukan dari Arsen. Arsen yang sudah menyiapkan semuanya. Bahkan gaun yang harus ia pakai. “Buka matanya…” Yerin membuka mata. menatap dirinya di depan pantulan cermin. “Cantiknya. Seperti bukan aku.” MUA Itu tersenyum. “Saya akan membantu anda berganti pakaian.” Yerin tidak menolak bantuan itu. Dress yang dipilih Arsen untuknya sangatlah nyaman. Dengan belahan yang tidak terlalu tinggi. hanya sebatas lututnya. Dress berwarna putih itu sangatlah cantik di tubuhnya. Yerin memutar—menatap diri
“Yah rumah ini sepi lagi…” ucap Yerin saat masuk ke dalam rumah. “Masih ada aku…” Arsen memeluk Yerin dari belakang. “Oh ya, Bastian ke mana?” tanya Yerin. “Entahlah. Katanya pergi sebentar.” “Katakan padanya, jangan pulang terlalu malam.” Yerin menepuk lengan Arsen. “Aku sudah mengatakannya.” Arsen mengambil ciuman di pipi Yerin. Berjalan dengan keadaan berpelukan. Yerin seperti membawa beban berat. Rasanya seperti membawa sekarung beras. “Kamu ingin rumah ini ramai?” tanya Arsen. Tapi Yerin justru curiga. “Kenapa? ide kamu pasti diluar nalar.” Arsen berdecak. “Ayo buat anak. Buat anak yang banyak supaya ramai!” Plak! Yerin menimpuk pelan lengan Arsen. “Sudah kuduga kan? terlalu ekstrem!” Mengubah posisinya berbalik. Menatap Arsen dan mengalungkan tangannya di leher pria itu. “Kamu ingin anak?” tanya Yerin. Meski terdengar bercanda. Ucapan Arsen pasti terselip keseriusan. Mereka sudah menikah sudah setahun lebih. Ayo lupakan perjanjian itu dan melih
Anak-anak yang datang ke persidangan ikut mengantar Aurel ke Bandara. Jadwal Aurel pergi memang setelah mendengarkan putusan pengadilang pada vonis James. Sesampainya di Bandara… Yerin menggenggam tangan Aurel. “Saat di sana, jangan ragu hubungi ibu. Kalau ada apa-apa juga ceritakan pada ibu. Ingat, kamu tidak sendirian. Ada ibu yang selalu ada untuk kamu.” Aurel tersenyum. “Tentu saja.” Aurel memeluk Yerin. “Jika saja ibu laki-laki, pasti Aurel akan mengejar ibu. Aurel tidak akan membiarkan ibu lolos begitu saja. aurel pasti akan mengejar ibu sampai jadi suami Aurel.” “HAH!” Arsen melotot. Kedua matanya terbuka lebar mendengar perkataan Aurel. “Kau—” menunjuk Aurel tidak percaya. Aurel terkekeh pelan melepaskan pelukannya. “Sayangnya ibu perempuan. Sudah menikah lagi.” “Dia memang gila.” Bastian menggeleng pelan. Yerin hanya tertawa pelan. “Ibu memang mempesona bukan?” Aurel mengangguk. “Iya, sampai om Arsen tergila-gila pada ibu.” “Kau semakin berani!” dengan
Hari ini adalah putusan terakhir pengadilan. Yerin datang bersama Aurel, Bastian dan Arsen. Duduk di bangku yang sudah disediakan. Aurel berada di samping Yerin. Awalnya, Yerin menyarankan agar Aurel tidak datang. Biar ia saja dan nanti akan memberitahu bagaimana putusannya.Tapi Aurel tidak mau dan ingin melihat sendiri James menerima hukuman. Hakim sudah datang. Jame sudah duduk di kursi tengah. “James Ryder telah bersalah atas percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Aurel, dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Yerin, mengelola klub di usia yang belum legal, membuat situs judi, membuat dan menyebarkan video tidak pantas dari wanita yang dipaksa dan bertanggung jawab atas meninggalkan siswa yang bernama Putra. Maka dari itu, pengadilan memutuskan untuk….” “Menghukum James Ryder 20 tahun penjara dan denda 200 juta rupiah.” TOK TOK TOK. Palu diketuk yang artinya keputusan itu tidak bisa diganggu gugat. Aurel memejamkan mata dan sangat bersyukur. “APA-APAAN INI? KENAPA AKU
21++ Arsen maupun Yerin melepaskan ciuman mereka. Di luar sana—ada seseorang yang mengetuk jendela mobil. Orang yang menggunakan pakaian serba hitam namun menggunakan payung berwarna pink. “Kalau ingin bermain di mobil, kalian tetap bayar karena kalian masuk area motel!” ucap orang itu. Yerin melebarkan mata. “Bu-bukan…” Menindaklanjuti kesalahpahaman ini, Yerin dan Arsen turun. Bukan ingin bermain di mobil. Mereka hanya… Hanya berciuman saja di dalam mobil, tidak ada pikiran sampai bermain di mobil. Setelah memesan satu kamar, mereka menaiki tangga dan sampailah di sebuah kamar yang katanya vvip. Tapi…. Kamarnya biasa saja…. Penghangat ruangan juga tidak ada. Jika dibandingkan dengan hotel milik Sykline, tidak ada apa-apanya. Disediakan kaos untuk berganti. Kaos yang sedikit unik dengan sablon bertuliskan. ‘MOTEL ASMARA’ yang begitu besar. “Kasurnya besar,” lirih Arsen. “Hm…” Yerin menyipitkan mata. “Lumayan nyamanlah.” “Padahal aku berharap dapat