Ronny bertanya dengan nada yang lembut, dan Yohanna menjawabnya dengan datar, “Lebih enak dari yang pertama kali, tapi masih ada ruang untuk perbaikan lagi.” “Terima kasih atas masukannya,” jawab Ronny. Yohanna tidak memberi tahu secara jelas di mana kekurangannya, tetapi dia hanya mengatakan masih ada ruang untuk perbaikan karena dia tidak ingin Ronny merasa bangga. Padahal sesungguhnya, Yohanna sangat menyukainya. Yohanna berkata kepada kedua adiknya, “Tommy, Christian, nanti kalian pulang bareng Ronny. Malam ini nggak perlu tunggu aku makan malam bareng di rumah. Mau makan apa, minta saja Ronny untuk dibuatkan.” Sebenarnya Tommy dan Christian tidak ingin pulang ke rumah, tetapi mereka tidak berani melawan kakak mereka yang keras. Alhasil mereka pun dengan nurut mengikuti Ronny keluar dari ruang kerja Yohanna. Begitu keluar, Tommy dan Christian langsung menutupi seluruh bagian wajah mereka rapat-rapat dengan syal. Di saat itu sekretaris kurang lebih sudah bisa menebak siapa kedu
“Christian, kamu mau makan apa? Bilang saja sama aku, nanti aku minta Ronny buatkan,” kata Yohanna. Dia pun membuka kotak makanan yang Ronny bawakan, kemudian menaruhnya di tengah-tengah meja agar Dira juga bisa menikmatinya. Dia ingat Dira paling menyukai kudapan yang Ronny buat. Terkait apa yang Tommy katakan, bahwa Ronny adalah koki pribadinya, Yohanna tidak mengoreksi karena memang seperti itulah kenyataannya. Semua anggota keluarganya ikut beruntung bisa menikmati hidangan yang sangat lezat berkat Yohanna yang pemilih soal makanan. Dia sudah sering kali gonta-ganti koki pribadi, dan setiap koki pribadi yang bekerja adalah yang terbaik di bidang mereka. Setiap koki yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu, bahkan hanya sekadar memasak sayur polos pun sudah jauh lebih enak dari buatan orang lain. “Apa saja boleh. Aku suka semua makanan yang Kak Ronny buat. Mau bakpao, kue kering atau apa pun aku suka semuanya,” jawab Christian. “Kak Yohanna, aku sukanya makan pangsit. Minta K
Yohanna menatap Ronny terkejut. Mereka berdua saling bertukar pandang selama beberapa saat, dan kemudian Yohanna pun bertanya, “Kamu pernah latihan bela diri?” “Iya, aku sudah latihan selama beberapa belas tahun. Nenekku orang yang bijaksana dan pintar dalam mengurus rumah tangga. Dia mau cucu-cucunya terlatih nggak cuma dari segi kecerdasan, tapi juga kekuatan fisik.” Yohanna pun teringat dengan informasi tentang Ronny yang dia selidiki. Dia hanya mengetahui sekilas tentang latar belakang keluarganya. Hal utama yang dia perhatikan adalah biodata pribadi Ronny, jadi dia tidak begitu memperhatikan tentang aspek di luar itu. Yohannya hanya tahu Ronny berasal dari keluarga yang cukup besar dan terpandang, serta tinggal di rumah warisan leluhur. Oh, semua itu memang sempat Ronny ucapkan secara sekilas, tetapi dia tidak pernah menceritakan seperti apa keluarganya, dan Yohanna sendiri juga tidak pernah mencari tahu lebih lanjut tentang itu. Toh, Yohanna juga bukan berniat untuk meniah den
“Mama memang selalu kasih izin kalau Tommy minta. Sudahlah, bukan salah kamu, toh kamu juga nggak tahu situasinya. Nanti aku harus ngomong ke Mama,” tutur Yohanna. Tommy dan Christian hanya bisa bertukar pandang, dan berpikir apakah kali ini mereka lagi-lagi membuat kericuhan? “Kak, sudahlah. Mereka juga sudah di sini, biarkan saja mereka main. Mereka juga pasti bosan di rumah,” kata Dira, yang tidak tega melihat adik-adiknya kebingungan dan mungkin merasa bersalah. “Namanya juga anak kecil, mereka masih suka main.” Ronny ikut berpendapat. “Sekarang lagi libur musim dingin. Anak-anak lain pada pergi main di luar. Walau taman bermain di rumah besar, mereka pasti bosan kalau cuma di dalam rumah saja.” Sama halnya seperti ketika mereka semua masih kecil, di rumah ada taman bermain untuk anak-anak. Apalagi mereka tinggal di vila yang jelas punya luas tanah yang lebih besar. Namun mereka tetap saja lebih suka bermain di luar. Ronny cukup beruntung bisa bermain di kaki gunung vila. Semua
Seketika menyadarinya, Ronny menyesal sudah membawa mereka berdua ikut serta. Saat Ronny sedang dalam perjalanan, apakah ada orang asing yang melihat wajah mereka? Seharusnya tidak. Tommy dan Christian masih kecil dan duduk di kursi belakang. Mobil yang Ronny kendarai berwarna hitam dan dipasang dengan kaca film yang gelap. Selama mereka berdua tidak membuka jendela di tengah kondisi mobil yang melaju kencang, tidak akan ada yang menyadari mereka. Setelah memasuki area perkantoran, dari turun mobil sampai masuk ke dalam gedung juga mereka tidak berpapasan dengan siapa-siapa. Ronny merasa lega dia tidak membongkar identitas Tommy dan Christian secara tidak sengaja, tetapi dalam hati dia meyakinkan diri sendiri, lain kali dia tidak akan mengajak mereka berdua pergi lagi sekeras apa pun mereka memohon. Tommy dan Christian dilindungi dengan sangat ketat sebelum mereka terjun ke masyarakat. Kelak ketika mereka sudah mencapai usia yang cukup untuk masuk ke dunia kerja, barulah nenek merek
“Yohanna pernah mukul kalian?” tanya Ronny, seraya membantu Tommy merapikan topi dan syalnya. Dia juga kemudian menarik Christian agar dia tetap mengikuti langkah kakaknya. Angin musim di musim dingin ini cukup ganas, Ronny khawatir kedua anak kecil ini terbang tertiup angin. Mereka berdua serempak menjawab, “Pernah, tapi jarang. Karena Kak Yohanna sayang sama kami.”“Dia cuma mukul kalau kamu bikin masalah besar saja,” kata Tomy, tetapi khawatir Ronny berpikir kalau kakaknya jahat, dia menambahkan, “Kakak mukul kami demi kebaikan kami juga.” Ronny tersenyum mendengar itu. “Aku nggak menyangka Yohanna yang begitu baik ternyata bisa mukul juga, berarti kekacauan yang kalian buat itu benar-benar besar.” Namun begini tidak ada salahnya. Mereka berdua tidak akan tumbuh menjadi anak yang manja selama masih ada orang yang mereka segani. Apabila mereka tumbuh menjadi anak yang sulit diatur, seiring dengan bertambahnya usia, masalah yang mereka buat juga akan makin besar. Dimanja bukanlah h