Wajah Aleando masih berkerut. Memikirkan tawaran Argen untuk menikah dengan adik perempuannya.
Kenangan bagaimana persahabatan Aleandro dan Argen dimulai, persahabatan mereka sudah terjalin sejak mereka di SMA. Kembali muncul dengan jelas dipikiran Aleando.
Dulu, Aleando adalah spesialisasi ketua kelas. Sebagai ketua kelas dia bersikap layaknya ketua kelas yang baik dan bertanggung jawab. Menjalankan tugas-tugas umum di kelasnya dan juga berusaha menyatukan seisi penghuni kelas. Menyapa semua penghuni kelas. Tanpa terkecuali.
Dia satu kelas dengan Argen ketika kelas 2 SMU. Sewaktu kelas satu dia pernah mendengar desas desus tentang Argen yang ramai dibicarakan. Terutama oleh siswa perempuan. Hanya sebatas itu, dia baru melihat langsung dari dekat siswa yang paling banyak dibicarakan itu.
Argen anak yang dingin dan cuek, hanya menatap tanpa ekspresi kalau disapa. Jangankan menyapa balik, membalas sapaan hanya dia lakukan sekenanya. Tidak mau berbaur dengan murid yang lainnya. Dia membuat jurang lebar bagi siapa saja yang ingin mendekatinya. Namun dengan tidak tahu malu, Aleando berusaha mendekatinya. Sebagai tanggung jawab moral menjadi ketua kelas. Dia menimbun sedikit demi sedikit jurang lebar itu dengan sapaan dan senyuman. Walaupun belum pernah berhasil menembus benteng pertahanan Argen. Namun dia tak pernah surut langkah. Pantang menyerah sebagai ketua kelas yang kompeten. Begitulah optimisnya. Berbekal pengalaman menjadi ketua kelas di kelas satu.
Namun, suatu hari. Di suatu siang sepulang sekolah. Hubungan Aleando dan Argen seperti berubah arah. Berawal hanya dari tatapan diam Argen pada Aleando.
Kejadian hari itu.
"Kakak! Kak Ale!" Seorang bocah berseragam SMP berlari menghambur dalam pelukan Ale. Dialah adik semata wayangnya. Sekolah mereka memang terdiri dari SD, SMP dan SMA. Dalam satu kompleks, namun akses setiap tingkatan dibatasi. Hingga tidak bisa berinteraksi di dalam sekolah kecuali bertemu di tempat parkir dan gerbang sekolah.
"Kau menunggu kakak?" Aleando mengusap kepala adik perempuannya. Rambut pendek adiknya bergoyang tertiup angin.
"Ia, hehe. Belikan aku es cream Kak, di toko baru di dekat toko roti." Rengekan adiknya mengudara.
"Dih, pantesan nungguin, kalau ada maunya baru nungguin kakak. Biasanya langsung kabur." Usap-usap kepala adiknya lagi penuh sayang. Diiringi gelak tawa dari gadis kecil cantik dan ceria itu. Senyumnya merekah indah, menebarkan semangat bagi orang yang melihatnya. Dia gadis kecil yang cantik. "Ayo jalan, mau rasa apa?"
"Aku mau rasa stroberi, boleh pakai toping ya Kak. Haha." Maunya nambah banyak itu adek, tahu aja kalau disayang kakaknya. "Aku mau toping buah stroberi sama coklat."
"Dasar." Aleando mencubit pipi adiknya "Apa si yang nggak buat adikku ini." Baru saja mereka melangkah menuju trotoar keluar dari gerbang sekolah. Langkah kaki keduanya terhenti, saat melihat sebuah mobil. Apalagi saat melihat seseorang yang sedang melihat interaksi adik kakak itu. "Eh. Argen! Sudah mau pulang ya?" Aleando Lagi-lagi menyapa, melakukan perannya sebagai ketua kelas dengan baik.
Sebuah mobil sedang berhenti tepat di dekat mereka. Argen sedang melihat dengan jendela kaca yang terbuka. Setelah dipanggil Argen hanya melihat tanpa memberi reaksi dengan mimik wajah, apalagi menjawab dengan mulutnya. Beberapa detik kemudian dia menutup kaca mobil tanpa sepatah kata pun.
"Dasar! kenapa si dia pelit sekali menjawab sapaan orang?" Hanya bisa memandang kesal pada mobil yang semakin menjauh. "Untung aku ketua kelas berjiwa lapang." Besok Aleando pasti akan menyapa tanpa beban seperti biasanya.
"Kak Ale kenal sama kakak yang di dalam mobil?" Adik perempuannya yang beberapa saat tadi terbengong ketika melihat Argen menarik-narik tangan kakaknya.
"Hemm, dia teman sekelas ku. Argen."
"Haaa, jadi itu Kak Argen Davino Wijaya. Wihhh ganteng banget Kak. Teman sekelas ku pada heboh membicarakannya, katanya wajahnya tampan seperti artis idola. Huaaaa, ternyata benar-benar tampan. Kak Ale temenan sama dia. Wah hebat Kak Ale teman satu kelas idola sekolah. Wahhh, akhirnya aku melihat wujud pangeran sekolah ini secara langsung." Wajah dingin yang melihat di jendela mobil terngiang-ngiang di kepala gadis kecil itu.
Aleando hanya manyun, bagaimana anak sombong itu bisa menjadi idola seisi sekolah si, dia masih tidak habis pikir.
"Cih, dasar bocah, Kak Ale lebih tampan tahu. Lihat ini." Berpose memegang dagu, bergaya seperti model, lalu pegang rambut, sentuh bibir, seperti model sedang ganti banyak gaya.
"Ih, apa si, Kak Argen lebih tampan. Week." Berlari meninggalkan kakaknya dengan gelak tawa.
"Awas ya kamu, es creamnya nggak pake toping ya." Ale menyusul diiringi gelak juga. Mereka kejar-kejaran Sambil sesekali dorong-dorongan. Ale menangkap tas yang dilempar adiknya. Sudah disuruh traktir masih dijadikan budak membawakan tas pula oleh adiknya.
Sepertinya dari sejak itulah, hubungan Aleando dan Argen mengalami peningkatan di sekolah. Walaupun sampai hari ini pun Ale masih binggung, alasan apa yang membuat Argen membuka hati padanya.
Istirahat siang di sekolah kala itu, yang membuatnya terkaget-kaget.
"Al..."
Semua orang menoleh terkejut. Aleando sedang bicara dengan anak-anak laki-laki di kelas. Melihat Argen yang untuk pertama kalinya bicara duluan padanya. Orang yang paling hanya menjawab hemm, ia atau anggukan kepala memanggil namanya. Pandangan seisi kelas langsung tertuju padanya. Kok bisa begitu pasti teriakan di hati mereka. Protes kenapa yang dipanggil Ale bukan mereka.
"Ia, kenapa Gen?"
Masih ke arah bingung dan penasaran kenapa sampai Argen bicara duluan dengan ketua kelas. Isi kepala penduduk seisi kelas sedang berfikir keras.
"Aku lapar," ujar Argen pelan, dengan wajah sedikit acuh.
Ha! Terus? Aleando yang sedang kebingungan.
"Kau mau kekantin?" Akhirnya Aleando memperjelas kebingungannya dengan bertanya. Argen masih diam tidak menjawab. "Mau ngajak makan?" Ale bertanya lagi Argen tidak menjawab juga, namun dia membalik badan reflek Ale mengejar dibelakang ya.
Dih, lagi kesambet apa si dia. Tiba-tiba ngajak orang makan di kantin.
Sepanjang perjalanan mereka ke kantin semua mata ikut memandang. Bahkan ada yang berani memanggil-manggil Argen. Namun seperti tidak mendengar, bocah itu acuh berjalan dengan percaya diri.
"Hei, gila, itu Aleando si ketua kelas kan."
"Apa mereka berteman?"
"Entahlah, biasanya Argen kan selalu sendirian. Wahhh aku juga mau menyapanya."
"Gila! Diakan anak si tukang roti itu kan, kok bisa dia dekat dengan Argen."
"Ia, aku pernah beli ditokonya, ayahnya senang banget waktu aku borong rotinya. Haha."
"Tokonya cuma toko kecil kan. Cih."
Dibalik hujatan pada Aleando, banyak yang merasa iri hati. Kenapa bukan mereka yang ada di samping Argen sekarang. Bahkan ada diantara anak-anak itu yang mendapat mandat untuk berteman dengan Argen dari para orangtua mereka. Ada yang sampai dijanjikan uang jajan berlipat ganda kalau bisa menjadi teman Argen. Mereka biasanya adalah rekan bisnis orang tua Argen. Atau anak-anak pemilik perusahaan yang ingin membuat relasi melalui anak-anak mereka. Namun jangankan berteman, sapaan mereka terkadang hanya dianggap angin lalu oleh Argen.
Seperti itulah persahabatan yang aneh antara Aleando dan Argen. Dua orang yang sangat berbeda karakter dalam semua hal. Ale pernah memikirkannya semalaman kenapa sikap Argen berubah padanya. Tapi tetap tidak menemukannya sejauh apa pun ia memikirkan. Pernah dia menanyakannya, namun hanya mendapat jawaban tatapan tidak suka Argen karena dikorek isi hatinya. Membuat Ale akhirnya bodo amat dengan alasan sebenarnya Argen.
Bersambung
Meja mereka memang tidak memiliki nomor, namun diatur berdasarkan nama keluarga. Kakek berjalan menuju mejanya, Ana tersenyum hangat saat kakek mendekat. Gadis itu dan Argen duduk di meja kakek. Ale dan Miria bergabung bersama Gara dan ibunya.Saat kakek menggerakkan tangannya mereka semua duduk dengan teratur. Setelah semua orang duduk, kakek mengambil sendok dan membenturkannya ke gelas. Suara dentingan itu membuat suasana senyap."Apa kalian menyukai suasana baru makan malam kali ini?"Hening, tidak ada yang berani menjawab. "Kalian pasti merasa aneh, apalagi saat melihat banyak sekali yang hadir di acara makan malam kali ini. Kalian semua adalah anak-anak dan cucu-cucuku, aku mengundang kalian semua tanpa terlewat satupun." Kakek mengedarkan pandangan. "Kedepannya aku akan mengundang kalian semua juga."Hening... Hati semua orang berdebar."Jadi, jangan saling bertengkar dan menjatuhkan. Dukung Argen membangun Domaz Group dan mempertahankan kejayaan Domaz Group. Jangan ada dari k
Perjamuan makan malam bulan ini di rumah vila tepi pantai, akan sangat berbeda dengan perjamuan bulan yang lalu atau bulan-bulan sebelumya. Karena bulan ini bertepatan dengan ulang tahun kakek. Perayaan ulang tahun kakek disiapkan bibi dengan sepenuh hati. Wanita itu bahkan menawarkan apakah tuan besar juga ingin membuat pesta kembang api seperti kejutan yang diberikan Tuan muda. Kakek menghardik bibi dengan marah."Maaf Tuan, karena saya melihat Anda menyukainya jadi saya pikir Anda ingin melakukannya. Apa Anda menyukainya karena itu kejutan dari tuan muda?" Kakek tidak mau menjawabnya. Tapi terlihat sekali, kalau dia menikmati kembang api yang diberikan cucu kepada cucu menantunya.Perjamuan makan malam seperti apa yang disiapkan bibi untuk merayakan ulang tahun kakek?Mari kita lihat, sedikit persiapan yang dilakukan orang-orang yang akan datang ke perjamuan makan malam. Rumah Gara.Pengantin baru itu terlihat kaget saat menerima undangan yang dikirimkan seorang pengawal ke rumah
Gadis di depan Gara tersenyum malu. Mereka tidak saling memberi tahu isi dari janji pernikahan, bukan untuk kejutan, namun karena mereka ingin menunjukkan ketulusan. Bahwa janji pernikahan yang mereka buat bukan sekedar membaca tulisan, namun memang curahan isi hati terdalam mereka."Rene, terimakasih sudah melihatku dengan cara yang berbeda saat pertama kali kita bertemu. Aku bukan siapa-siapa saat pertama kali melihatmu. Tapi entah kenapa, kau bahkan sudah tersenyum padaku saat itu." Tangan keduanya semakin tergenggam dengar erat. "Semakin aku mengenalmu, semakin aku tahu, kau gadis yang luar biasa. Tanpa ayah dan ibu, kau membesarkan adik-adikmu dengan penuh cinta. Bagiku kau adalah berlian terindah Rene, terimakasih sudah menerima sebongkah batu tak berharga ini dalam hidupmu. Aku mencintaimu Rene dengan sepenuh hatiku. Aku akan membahagiakanmu dan melindungimu." Kecupan manis mengakhiri janji pernikahan Gara.Airmata menetes membasahi pipi Rene. Saat mic yang dipegang Gara tersod
Dan akhirnya, hari yang sudah dinantikan oleh semua orang. Mereka sudah duduk ditempat yang telah disediakan. Deretan kursi sudah ditempati para tamu. Musik dengan tim yang di bawa WO dari ibu kota. Para pelayan yang merapikan hidangan serta mengecek semua kelengkapan untuk terakhir kali.Sepupu Miria menggangkat tangannya, sebagai isyarat acara dimulai.Acara pernikahan Gara dan Rene pun dimulai.Ruben maju ke atas podium, dia ditunjuk sebagai MC acara. Ya, kemampuan bicaranya memang cukup baik. Dia pun mengajukan diri saat WO bertanya apakah dari pihak keluarga yang menentukan MC acara. Sebenarnya dalam hati kecilnya, dia ingin terlihat di antara banyaknya orang. Terlihat oleh kakek.Ruben mengetuk mik di depannya. Menyapukan pandangan pada orang-orang yang ada di depannya. Dia mencari sosok seseorang. Apa kakek tidak ada gumamnya, melihat lagi memastikan. Sekilas tertangkap rasa kecewa di matanya, namun buru-buru dia tersenyum. Karena tugasnya jauh lebih penting sekarang. Ternyata
Hari pernikahan Gara dan Rene.Untuk sampai pada hari ini, seorang laki-laki bernama Anggara, telah melewati banyak hal, jalan yang tidak mudah. Namun, seperti janji Tuhan, Dia menjawab setiap usaha dan doa manusia, hari ini laki-laki itu merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Memetik buah dari usahanya selama ini.Ibu yang ia sayangi, telah masuk ke dalam keluarga Domaz Group, bukan hanya sebagai wanita pelayan yang menggoda majikan, namun sebagai ibu dari cucu sang pendiri Domaz Group.Adik laki-laki yang dulu dia panggil tuan muda, dengan manisnya memanggilnya kakak. Itu adalah buah dari kesabaran seorang laki-laki bernama Anggara. Membayar semua pengorbanan yang sudah dia lakukan.Kesibukan pagi sudah dimulai sejak sebelum matahari terbit, memperbaiki dekorasi yang kurang atau kelengkapan yang lainnya dilakukan oleh para panitia WO. Waktu bergerak perlahan, ditengah semua orang bersiap.Langit hari ini berwarna biru, secerah hati calon mempelai yang akan mengikat janji. Mataha
Siang hari kesibukan di halaman vila mulai terlihat untuk persiapan acara besok. WO acara saudara Miria sudah datang. Mereka dengan cekatan menata setiap sudut taman menjadi sangat indah. Para karyawan toko Daisy sudah datang juga. Amira juga ikut. Dokter William akan menyusul dan sampai malam hari, karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa dia wakilkan. Semoga dia bisa menemani Amira saat pesta kembang api nanti malam. Setelah meletakan barang masing-masing, mereka terlihat membantu ini dan itu. Ada yang menata bunga-bunga, ada yang memberi pita pada kursi. Setelah selesai membantu dekorasi mereka lari ke pantai, bermain di laut dan menikmati liburan gratis yang diberikan Kak Ale, memakai uang Argen tentunya. Semua orang bahagia, pesta pernikahan sederhana Gara dan Rene memberi kebahagiaan pada semua orang. Bahkan Ben menyapa takut-takut menyapa kakek, dengan perantara Argen. Kakek tidak bereaksi, namun dia menanyakan kepada bibi siapa nama orangtua Ben.Begitulah hari ini berlal