Chapter: Bab 5. Atas dasar balas budiVania menatap Nayla dengan mata berkaca-kaca, memohon dengan suara bergetar, tampak sangat putus asa. "Perlukah Tante berlutut sama kamu, Nay? Apa Tante perlu cium kaki kamu? Iya? Tante akan lakukan Nay, Tante akan lakukan asal kamu bersedia."Nayla menggeleng cepat, melepaskan genggaman Vania di tangannya. "Bukan begitu, Tante! Aku ini—"“Setidaknya kamu ingat kebaikan Tante selama ini. Kebaikan Adrian juga. Siapa yang biayai kuliah kamu? Siapa yang kasih kamu makan, uang jajan, beliin semua kebutuhan kamu? Sekarang Tante minta bantuan. Apa semua kebaikan itu masih belum cukup buat bikin kamu merasa berutang budi?”Nayla terdiam. Bahunya menegang, bibirnya terkatup rapat, lidahnya kelu. Tangannya gemetar dan dadanya sesak. Perlahan, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak di dada. Setiap kata yang diucapkan Vania menghantamnya telak, sangat menyakitkan, tapi tak bisa ia bantah. Semuanya benar. Terlalu tidak tahu diri jika ia mencoba membantahnya.Vania kembali meraih jem
Last Updated: 2025-05-15
Chapter: Bab 4. Permohonan KembaliAdrian menunduk perlahan, pandangannya jatuh pada wajah Nayla yang terbaring di bawahnya. Untuk sesaat, dunia terasa hening. Segalanya seolah berhenti bergerak.Wajah Nayla tampak begitu dekat, nyaris bisa ia sentuh hanya dengan sedikit gerakan. Rambutnya terurai berantakan, sebagian menempel di pipi dan keningnya yang basah oleh keringat. Kelopak matanya membiru samar karena kurang tidur dan alkohol, tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang membuat Adrian tercekat.Adrian bisa melihat jelas garis tegas di alis Nayla yang membingkai matanya, yang kini tertutup rapat dalam tidur setengah sadar. Hidung mungilnya sedikit merah, entah karena udara dingin atau efek tangisan. Bibirnya merekah sedikit, kering dan bergetar pelan, seolah masih membawa sisa gumaman dari mimpi yang belum usai.Tak biasanya ia melihat Nayla dalam keadaan seperti ini, terlalu tenang, terlalu lemah, tanpa suara nyinyiran atau keluhan sok tahu yang sering dilontarkannya. Tapi bukan itu yang membuat dada Adrian tera
Last Updated: 2025-05-15
Chapter: Bab 3. Ditemukan"Mama.. aku mau ayam goreng." Gumam gadis itu dengan mata terpejam dan kepala tersandar di atas meja. "Tolong satu lagi ayam cihua hua."Bartender yang merupakan seorang pria awal tiga puluhan itu mengenyit bingung melihat tangan gadis itu itu terangkat. Tapi kata-katanya lebih membuat dia frustasi. Gadis itu sudah mabuk berat. Tiga botol alcohol sudah ditenggaknya sampai habis seorang diri. Entah sudah berapa banyak kalimat aneh yang di ucapkan, tak ada satupun yang bisa dimengerti."Hei, nona. Sebaiknya kamu cepat pulang. Ini sudah malam. Aku khawatir kamu diculik pria hidung belang." Dia menyenggol bahu gadis itu dan menggoyangkannya. Tapi gadis itu malah tertawa dan mengeluh pusing."Kenapa aku terbang.""Hei, nona. Cepatlah bangun. Kamu belum membayar sepeserpun. Keluarkan uangmu dan segera pergi."Gadis itu tak menggubrisnya. Masih terkekeh-kekeh sendiri.Akhirnya, pria itu mencari saku dipakaian gadis itu yang memungkin dia bisa menemukan kartu identitas, alamat rumah maupun po
Last Updated: 2025-05-15
Chapter: Bab 2. Menolak kenyataan yang di paksakan"Apa?" Adrian menatap Vania tak percaya.Kini keduanya sudah berada di kamar mereka, di lantai bawah. Vania baru saja mengatakan semuanya, termasuk permintaan Vania pada Nayla sebelum gadis itu kabur.Rahang Adrian mengeras. Tangannya mengepal erat, tapi ia masih berusaha menahan diri. Andai yang berdiri di depannya bukan istrinya sendiri, mungkin tembok di sampingnya sudah menjadi pelampiasan kemarahan.Selama ini, Adrian selalu sabar. Ia jarang atau bahkan hampir tidak pernah menunjukkan amarahnya di depan Vania. Tapi kali ini, batas kesabarannya seolah runtuh. Vania telah melangkah terlalu jauh. Baginya, Vania sudah kehilangan akal."Tidak heran Nayla pergi. Kamu salah Vania. Dia saja paham bahwa permintaan kamu tidak masuk akal. Dia keponakan kamu, bisa-bisanya kamu merencanakan hal ini," ujar Adrian dingin."Nayla bukan keponakanku. Kami tidak sedarah—""Aku tahu." sela Adrian cepat. "Dia cuma anak dari saudara angkatmu. Iya, aku tahu. Aku tahu Vania. Tapi kamu tidak lupa, kan, b
Last Updated: 2025-05-15
Chapter: Bab 1. Permintaan tak masuk akal“Menikahlah dengan suamiku.”Hening. Waktu seolah berhenti."Tunggu sebentar," Nayla tiba-tiba berdiri, "Sepertinya nyawaku masih belum terkumpul sehingga aku menjadi salah dengar. Aku masih belum bisa mendengar dengan jelas suara Tante. Izinkan aku ke kamar mandi sebentar." Pamit Nayla buru-buru, berniat beranjak dari sana.Tapi baru selangkah, Vania segera menghentikannya. "Nayla. Apa yang kamu dengar sudah benar. Duduklah. Aku belum menyelesaikan ucapanku."Nayla berhenti, ia akhirnya kembali duduk meski meragu. Jemarinya meremas satu sama lain, bergerak gelisah di pangkuannya. pikirannya kalut.Vania menatap Nayla lamat-lamat. “Kamu tahu kan, Tante tidak bisa punya anak? Tante mandul, Nay. Tidak bisa memberikan Adrian keturunan. Satu-satunya cara Adrian bisa punya penerus adalah menikah dengan perempuan yang subur. Mertuaku menolak anak asuh atau adopsi. Mereka hanya menginginkan darah daging Adrian sendiri. Tapi Tante, Tante tidak sanggup melihat Adrian bersama perempuan lain. K
Last Updated: 2025-05-14