Laki-Laki Pilihan

Laki-Laki Pilihan

By:  dhyxan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
16Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Destriana Maurice terjebak di antara dua pilihan. Ia dipertemukan oleh laki-laki itu melalui laki-laki yang lain. Atensinya disedot habis oleh Sang Adik yang sifatnya berbanding terbalik dengan Sang Kakak. Semuanya mungkin akan menjadi mudah... jika Sang Kakak tidak berniat melamar Destriana sejak awal perjumpaan mereka.

View More
Laki-Laki Pilihan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cathalea
Wow, ceritanya bagus banget, thor. Aku jadi terhanyut dalam kalimat2nya. Pas baca blurb aku tertarik nih sama Rendra, tapi liat cara PDKTnya Raya yang asyik, lha kok jadi suka juga. Pantesan Destri bingung mau pilih yang mana.
2021-06-14 08:26:16
1
user avatar
khairunnisastuff
Wah, aku kalau jadi Destriana juga bakalan bingung. Novelnya bagus dan penulisannya rapi. Semangat, ya, kak author!
2021-06-14 06:46:02
1
16 Chapters
Prolog
Detak jarum jam mengisi keheningan.Di atas karpet merah, di antara susunan simetris meja-meja lingkaran, seorang gadis tengah duduk, mengamati sekelilingnya yang lengang. Detik berganti menit, mengontrol debaran jantungnya yang menggema keras di telinganya sendiri."Pak Hendrawan menyewa seluruh restoran ini khusus untuk acara makan malam kalian, Nona."Destriana menaikkan sudut bibir, tersenyum paksa pada seorang pelayan yang tengah menuang air ke gelasnya."Saya yakin sebentar lagi Pak Hendrawan datang."Destri tak banyak bicara. Matanya menatap hiruk pikuk pusat kota beserta lampu-lampu jalan dan bangunan yang kerlap kerlip. Dari atas bangunan ini, ia tidak bisa mendengar keributan apapun.Hening. Lengang. Hanya terdengar suara gesekan sepatu para pelayan yang hilir mudik, entah sibuk melakukan apa karena Destri sendiri baru saja diberitahu kalau ia adalah satu-satunya
Read more
[1] Empat Tahun Natal
 Natal tahun pertama."Tadi keluarga Pak Hendrawan kesini."Aku masih mengetik, membalas satu per satu ucapan natal dari teman temanku. Punya banyak grup chat membuat ponselku tidak berhenti berdering sejak awal hari tadi. Kebanyakan dari mereka mengajak untuk bertemu, berkumpul di rumah salah seorang temanku yang lain."Destri, Mama lagi ngomong sama kamu loh."Aku meletakkan ponselku dan memandang mama, "Iya, Ma?""Tadi keluarga Pak Hendrawan kesini."Aku, tentu saja, langsung mengangkat satu alisku heran. "Terus apa hubungannya sama aku?""Mereka bilang anak sulungnya suka sama kamu."Aku memfokuskan diri kembali ke ponsel, "Terus Mama jawab apa?"Mama berdeham sebentar sebelum menjawab, "Ya... Mama bilang kalau kamu masih mau fokus studi dulu. Belum waktunya nikah."
Read more
[2] Teman Sang Mantan
 Bagi orang lain, "kamu" adalah kata ganti pihak kedua.Bagiku, "kamu" adalah orang yang spesial.Sayangnya, aku belum memiliki "kamu".Sudah setahun (atau lebih, entahlah, aku juga lupa), aku sendiri. Terakhir kali aku memiliki hubungan spesial dengan laki-laki, laki-laki itu adalah kakak tingkatku.Dan andai mobilku baik-baik saja, aku mungkin tidak akan menceritakan dirinya pada kalian semua.Namanya Andra. Lebih tua tiga tahun dariku. Kami berkenalan sebagai seorang senior dan junior pada awalnya.Dia adalah mahasiswa D3 yang telah lulus, lantas melanjutkan kuliah ke jenjang S1, masuk ke jurusan yang sama denganku. Awalnya, kami hanya bertukar pikiran karena secara tidak sengaja terdaftar di kelompok yang sama. Namun lama kelamaan, Kak Andra--begitu aku biasa memanggilnya--sering sekali menghubungiku dan menanyakan beb
Read more
[3] Si Kembar Beda Usia
Aku menguap lebar saat gorden kamar dibuka oleh Mama. Matanya ikut mengernyit saat sinar matahari memasuki jendela."Pagi, Des."Aku terduduk sambil mengucek mata, "Pagi, Ma."Jika kalian mengira membangunkan aku di pagi hari adalah kegiatan rutin Mama, kalian salah besar.Mama tidak pernah membangunkan aku di pagi hari kecuali jika memang ada hal yang benar-benar penting yang harus segera aku lakukan."Oma demam semalam, dan sampai sekarang demamnya gak turun juga. Mama, Papa, sama Opa bakal ke rumah sakit. Kamu tolong jaga adik-adik, ya.""Oma demam?"Mama mengangguk cepat, tampak tidak mau berlama-lama berbicara denganku. "Iya, tiga puluh delapan derajat. Kamu pesan makanan aja nanti kalau gak mau masak. Di kulkas sebenarnya ada--""Ma, it's okay. Aku tahu apa yang harus aku lakuin kok."Mama menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Thank you, Dear," ucapnya, lantas mengecup dahiku. "Mama berangkat dulu, y
Read more
[4] Tubuh "Body Goals" Destri
Rendra terhenyak sesaat menerima panggilan dari bundanya. Bundanya bilang, Oma Destri sakit dan kini sedang dirawat di rumah sakit. Laki-laki itu langsung mengabari sekretarisnya, lantas bergegas menuju rumah sakit. Bundanya sudah ada di sana bersama Mama Destri. Mereka tersenyum dan membiarkan Rendra mendekati ranjang tempat Oma terbaring lemah. Napas Oma teratur, nampaknya obatnya mulai bekerja. Di kaki ranjang, seorang laki-laki berjas dokter berdiri bersebelahan dengan seorang perawat. Rendra memicingkan mata sejenak sebelum akhirnya sadar bahwa dokter itu adalah teman SMP-nya dulu. "Doni?" "Rendra?" Rendra tertawa kecil dan menjabat tangan Sang Dokter. "Aku gak tahu loh kalau kamu praktek di sini juga." "Dimana-mana sih, Bro. Kejar setoran." Doni tertawa pelan. "Btw ini pasiennya ada hubungan apa sama kamu?" "Oh, Oma-nya temenku. Sudah kayak Oma sendiri, sih. Gimana keadaannya?" "Tekanan darahnya ti
Read more
[5] Calon Cucu Mantu
Hari ketiga Oma dirawat di rumah sakit, Destri membawakan semangkuk sup krim ayam kesukaan Oma. Wanita tua itu beberapa kali mengeluh dengan makanan rumah sakit yang menurutnya hambar. "Sekali ini aja ya, Oma." Oma menganggukkan kepala, tidak sabar untuk mencicipi sup krim kesukaannya. Diam-diam ia minta cucu kesayangannya itu untuk membawa makanan ini saat shift jaga Destri tiba. "Duh, enak banget, Des. Coba aja makanan rumah sakit kaya gini rasanya." Destri tertawa kecil. Gadis itu membiarkan Oma menghabiskan sup krimnya, sementara ia sendiri merapikan ruangan Oma yang penuh dengan bingkisan dari kolega. Destri baru saja duduk dan menyalakan tv saat pintu kamar diketuk, membuat Oma kaget dan hampir menumpahkan sup. "Ya ampun, Rendra. Kamu hampir bikin Oma jantungan." Rendra mengernyit dan tersenyum. "Berdua sama Destri aja, Oma?" "Iya, Mama barusan pulang buat ngurusin rumah. Tuker-tukeran shift jaga begini tiap hari.
Read more
[6] Tragedi di Kelab Malam
Hingar bingar musik disko membahana ke seluruh penjuru ruang.Aroma berbaur menjadi satu, mulai dari wangi manis dari uap vape, sampai bau asap rokok yang menyengat.Pria dan wanita sibuk berdansa di bawah sorot lampu berwarna-warni. Beberapa kelihatan sadar, sisanya mulai terlihat bergerak secara acak karena kesadarannya sudah mulai hilang.Sudah beberapa bulan terakhir Destri tidak menginjakkan kaki di kelab malam ini. Dulu semasa SMA dan awal-awal kuliah, sering sekali ia bersama beberapa temannya menghabiskan malam di akhir pekan di tempat ini. Kadang mereka akan open table dan memesan beberapa makanan dan minuman, lantas melangkah ke lantai dansa begitu suasana sudah mulai panas.Malam ini, Destri memilih untuk menjadi penonton. Bokongnya sudah mendarat sempurna di kursi bar, menghadap laki-laki manis yang sudah menjadi bartender di sini sejak beberapa tahun belakangan."Hai, Cantik." Sang Bartender menyapa seraya mengedipkan mata. "Lama bange
Read more
[7] Malam Bersama Raya
Suara bising dari motor sport Raya memecah keheningan malam di kota. Jalanan nampak lengang, hanya ada beberapa motor dan mobil yang melaju di atas batas kecepatan normal.Destri masih mengalungkan lengannya erat-erat pada pinggang Raya. Beruntung Raya meminjamkan jaketnya tadi, kalau tidak, sudah pasti Destri akan menggigil kedinginan saat ini."Kita mampir dulu ya, Des?"Suara Raya terbawa udara. Destri yang tidak mendengarnya dengan jelas, memilih untuk langsung menjawab iya sembari menganggukkan kepala.Sebenarnya, gadis itu terus bertanya-tanya dalam hati saat mengetahui motor Raya melaju bukan ke arah rumahnya.Motor itu baru melambat saat sampai di sebuah warung tenda pinggir jalan. Destri mematung sebentar sebelum akhirnya turun."Makan dulu ya, Des. Aku laper," ujar Raya. Laki-laki itu melepaskan helm Destri sebelum melepas helmnya. "Maaf ya, rambut kamu jadi berantakan."Usapan jemari Raya di rambut Destri berhasil membuat g
Read more
[8] Raya: Sang Penggoda
Suara jangkrik terdengar nyaring di antara keheningan yang melingkupi Destri dan Raya. Raya yang kini duduk bersandar pada kepala ranjang, membiarkan Destri sepenuhnya merawat dirinya. Dibiarkannya tangan Destri mengompres luka di wajah dan bahunya yang membiru. "Ah!" Raya memekik pelan saat Destri mengusap luka di sudut alisnya. "Perih banget." Destri menghela napas, "Lukanya gak dalem, tapi pasti ada bekasnya." "Gak apa-apa. Bukan cowok namanya kalau gak punya bekas luka." Raya terkekeh. Gadis di hadapan Raya itu mendengus. Raya tersenyum tipis. Dengan jarak wajah yang berdekatan sepert ini, Raya bisa mengamati kulit Destri yang begitu mulus. Bulu matanya lentik, warna pupil matanya hitam gelap. Bibirnya mungil, berbentuk seperti hati dan bervolume agak penuh. Duh, ingin rasanya Raya mencuri satu ciuman dari calon kakak iparnya ini. Merasakan bibirnya yang lembut dan penuh. Tubuh Raya memanas. Laki-laki itu mendorong
Read more
[9] Rendra: Sang CEO Tampan
Destri berlari cepat menuju gedung serbaguna kampusnya. Disapanya lalu orang-orang yang memanggilnya. Ia tidak punya waktu untuk basa basi, kecuali kalau ia ingin terlambat dan tidak mendapatkan kursi untuk seminar umum saat ini.Sudah jadi kewajiban mahasiswa tingkat akhir di jurusan Destri untuk mengikuti seminar umum minimal sebanyak tiga kali. Jika kurang dari itu, maka mereka harus mengundur waktu ujian proposal ke semester berikutnya sampai bisa memenuhi tiga seminar.Destri ingat ketua angkatannya pernah berkoar-koar tentang hal ini. Katanya, seminar umum yang berlangsung saat ini adalah seminar terakhir di semester ini. Sehingga bagi Destri, ini bagai penentu apakah dia akan ikut wisuda tahun ini, atau tahun depan.Antrean mengular di jalan masuk menuju gedung serbaguna. Destri menunggu di barisan belakang sambil mengetuk-ketukkan kaki tidak sabar.Salahnya sendiri bangun kesiangan.Ah, andai saja kejadian tadi malam tidak terjadi, mungkin
Read more
DMCA.com Protection Status