Chapter: 44.KejanggalanDi lantai bawah, suasana jauh lebih tenang. Kantin kantor sudah hampir kosong. Ergita duduk di salah satu pojok, menyeruput kopi panas sambil menepuk dadanya sendiri pelan, berusaha meredakan rasa cemas sejak kejadian di ruangan tadi.Suasana sore hari sudah sangat lenggang, sebagian besar karyawan sudah pulang setelah menyelesaikan pekerjaan mereka.Ergita meremas sedikit rambutnya. Ia tidak pernah suka berada di antara konflik rumah tangga bosnya. Tapi apa boleh buat, ia tadi terjebak di sana. Bayangan ketika Andreas menciumnya tadi tiba-tiba memenuhi isi kepalanya. Sedikit senyuman tersungging di wajah gadis itu. Belum sempat ia mengambil napas panjang, seorang karyawan perempuan masuk terburu-buru ke kantin dan langsung meminum air dingin dari dispenser seperti seseorang yang kehausan setelah lari jauh.“Baru mau pulang … eh, malah ada kejadian begini,” gerutunya sambil mengipasi wajah sendiri.Ergita menatapnya bingung. “Kok kayaknya panik? Ada apa memangnya?”Wanita itu menoleh
Last Updated: 2025-11-20
Chapter: 43.Bertengkar Berujung LukaPintu ruangan tertutup pelan, namun bunyinya cukup memantul di antara dinding, membuat ruangan itu tiba-tiba terasa lebih sempit dari biasanya. Andreas berdiri tegak, tak bergerak sedikit pun. Sorot matanya lurus ke wajah Sarah, tapi tak ada satu kata pun yang keluar. Ia hanya diam dengan napas yang teratur, seperti lelaki yang sudah bersiap menghadapi badai yang sudah ia perkirakan sejak lama.Sarah, sebaliknya, menunjukkan reaksi yang jauh lebih cepat. Alisnya terangkat, bibirnya menegang, dan matanya menyipit penuh curiga. Biasanya, kalau ada masalah, Andreas akan melembutkan nada suaranya, meminta maaf lebih dulu, atau bahkan memeluknya hanya demi meredakan suasana. Tapi hari ini tidak. Hari ini Andreas tampak berbeda. Terlalu tenang, terlalu santai.“Kenapa kamu menatapku seperti aku yang punya dosa?” tanya Sarah, suaranya naik dengan nafas terengah-engah, campuran antara marah dan tak percaya.Andreas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, bahunya naik turun ringan s
Last Updated: 2025-11-20
Chapter: 42.Ketahuan SarahAluna ikut tertawa melihat pria itu menertawakan tawarannya. Namun ia sungguh tak main-main, Aluna akan sangat bahagia jika menikah dengan Kenzo walaupun usia mereka selisih cukup jauh. “Bagus, Nona,” katanya sambil memiringkan kepala. “Karena aku sudah tak sabar memiliki Nyonya muda Pradipta seutuhnya.”Wajah Aluna memerah. “Om ini … ngomongnya suka bikin deg-degan.”Kenzo tertawa pelan. “Ke sini.”Aluna langsung berpindah, duduk lebih dekat, hingga Kenzo bisa meraih tubuhnya dan menariknya ke dalam pelukannya. Pelukan itu hangat, menenangkan, dan membuat Aluna menutup mata beberapa detik.Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa tenang. Semua masalah dengan ayahnya, semua konflik yang membuatnya merasa sendirian, perlahan memudar. Bersama Kenzo, semuanya terasa ringan.Di saat yang sama, suasana kantor Andreas sudah lenggang. Lampu-lampu di lorong mulai menyala, memberikan cahaya kekuningan yang lembut. Andreas dan Ergita berjalan berdampingan menuju ruangan kerja pria itu.“Kit
Last Updated: 2025-11-19
Chapter: 41.Impian AlunaAngin sore berembus lembut ketika Andreas dan Ergita masih berdiri di tepi taman kota itu. Andreas belum bergeser sejak tadi, pandangannya terpaku pada satu titik jauh di belakang, tempat di mana Aluna dan Kenzo duduk bersama. Dari kejauhan, ia sempat melihat putrinya tertawa—tawa yang sudah lama tidak ia dengar sejak hubungan mereka memburuk. Ergita ikut mengedarkan pandangannya, matanya yang tajam langsung menangkap sosok sahabatnya itu. Kenzo berjalan sambil menggenggam tangan Aluna, dan entah mengapa, pemandangan itu membuat dada Andreas terasa sesak. “Mau disamperin? Biar saya temani,” ujar Ergita pelan. Suaranya benar-benar hati-hati, karena ia tahu hubungan Andreas dan Aluna sedang rapuh. Andreas menghela napas panjang, napas lelah seorang ayah yang tak tahu cara memperbaiki keadaan. “Tak perlu,” jawabnya lirih. “Cukup melihat dia baik-baik saja … sudah cukup membuatku tenang.” Ergita hanya mengangguk. Ia paham betul perasaan itu. Aluna memang keras, bar-bar, dan sangat ma
Last Updated: 2025-11-19
Chapter: 40.Nasib Yang BaikDi tempat lain, suasa menjelang sore berbeda. Rumah megah itu sunyi ketika Sarah membuka pintu kamarnya dengan kasar. Tas-tas belanja mahal ia lempar sembarangan. Kotak-kotak kosmetik dan baju branded berserakan di lantai. Padahal biasanya sarangnya rapi seperti butik pribadi.Namun hari itu, pikirannya kacau.Ia bernapas berat, duduk di depan cermin rias yang berjajar lampu kecil. Matanya merah karena marah, bibirnya bergetar menahan sumpah serapah. “Andreas itu … menyebalkan!” gerutunya sambil menghantam meja rias. “Harus dengan apa lagi supaya Andreas cepat mati? Racun yang kuberi kemarin pun tak mempan. Susah sekali membuatnya lumpuh!”Ia berdiri, berjalan mondar-mandir seperti orang kalap. “Kenapa dia lebih dekat dengan perempuan lain? Apa kurang cantik aku? Kurang perhatian? Hah?!”Tangannya menyambar vas bunga kecil dari meja dan melemparkannya ke lantai hingga pecah. Tanpa ia sadari, di luar pintu kamar, seseorang menegakkan telinganya sedari tadi. Lastri. Asisten rumah tangg
Last Updated: 2025-11-18
Chapter: 39.Tempat Yang SamaAngin siang itu berembus lembut, membawa aroma dedaunan basah dan riak air yang sesekali berkerlip terkena cahaya matahari. Sekitar mereka, taman tampak hidup oleh suara burung kecil dan langkah-langkah orang berolahraga. Namun di bangku kayu tempat Aluna dan Kenzo duduk, suasana terasa berbeda, lebih sunyi, lebih tenang, seolah dunia menyisihkan ruang khusus hanya untuk keduanya. Tidak ada percakapan selama hampir lima menit. Aluna bersandar di bahu Kenzo, sementara pria itu hanya duduk mematung, menikmati kehadiran gadis yang selalu berhasil mengacaukan hatinya.Hening itu akhirnya pecah ketika Aluna menegakkan tubuh, menepuk paha Kenzo pelan. “Jalan ke sana yuk, Om!” ujarnya sambil berdiri. Suaranya ringan, matanya mengarah pada jalan kecil yang dipenuhi pepohonan rindang di sisi timur danau.Kenzo mengangguk tanpa banyak pikir. Semua yang Aluna minta selalu ia lakukan, bukan karena terpaksa, melainkan karena hatinya memang ingin. Gadis itu telah menjadi pusat perhatiannya dalam
Last Updated: 2025-11-18
Chapter: Bab 48Julian berdiri di balik kegelapan lorong, memegang ponselnya yang baru saja selesai merekam. Wajahnya tak setenang yang Maria lihat tadi. Ada senyum kecil yang menyeringai tipis.“Permainanmu semakin menarik, Maria,” gumamnya.Ia menutup file rekaman dan bergerak cepat kembali ke kamar mereka. Namun ketika ia melangkah, lantai kayu berdecit pelan. Maria mendongak tajam. Ia khawatir jika ada seseorang yang berani bermain api dengannya di rumah itu.“Siapa di sana?” serunya.Lorong sunyi. Hanya suara hujan yang terdengar. Maria keluar dari kamar kecil itu, tatapannya menyisir seluruh lantai dua seperti mata predator yang mencari mangsa. Tak ada siapa pun. Hanya ketenangan palsu yang menutupi kecurigaan dalam dadanya.“Aneh …” gumamnya.Ia kembali ke kamar utama. Ketika pintu dibuka, Julian sudah terbaring dengan mata terpejam, napasnya teratur seperti orang yang benar-benar tertidur.Maria menatapnya lama. Semua terlihat aneh, tapi ia tak menemukan alasan kuat untuk mencurigainya. Ia me
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 47Langit malam di atas rumah besar itu tampak gelap pekat, tapi suasana di ruang kerja lantai dua justru hangat oleh cahaya lampu yang kuning redup. Samudra yang semula menunduk pada tumpukan dokumen langsung menegakkan tubuh ketika pintu terbuka perlahan.Viska masuk dengan anggun, membawa bau parfum lembut yang langsung memenuhi ruangan. Wanita itu menatap putranya dengan senyum hangat yang tak pernah gagal membuat Samudra merasa dihargai.“Bagaimana hari ini? Dania sehat?” tanya Viska sambil melepas mantel panjangnya. “Mama sudah lama tak mengunjunginya.”Pertanyaan itu saja sudah cukup membuat senyum tipis Samudra muncul tanpa ia sadari. Ingatannya masih segar, tatapan Dania, pipinya yang memerah, dan momen ketika kotak cincin itu ia letakkan di meja kerja Dania, tanpa kata-kata resmi namun penuh makna.“Dania menerima kotak cincin itu, Mah,” jawab Samudra pelan namun tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. “Aku nggak memaksa dia untuk jawab sekarang. Melihat dia menerima itu saja …
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 46Maria menatapnya tajam. “Kau tak seharusnya ikut campur urusanku dan keluarga Hartono. Kau bisa kulenyapkan dengan mudah kalau aku mau.”Alih-alih mundur, Reno justru mendekat lebih jauh hingga jarak mereka hanya satu langkah. Ia menunduk sedikit, suaranya nyaris berbisik di telinga Maria. “Silakan, Maria. Tapi sebelum kau melakukannya, ingat sesuatu … aku memegang semua yang bisa menjatuhkanmu.”Maria terdiam, pupil matanya menyempit. “Apa maksudmu?”Reno tersenyum licin. “Kau pikir aku bodoh? Tak perlu bawa dunia bisnis dalam persaingan kita. Kehidupan pribadimu ... aku tahu sesuatu tentang itu. Dan kalau aku kau, aku bisa adukan pada ayahmu tentang dukungan penuhmu pada perusahaan seseorang bernama ... Julian."Maria menelan ludah, mencoba menahan gemetar. “Omong kosong! Kau tidak punya bukti!”Reno mendekat lagi, kali ini menatapnya langsung. “Aku punya. Bukti tak seharusnya kau lihat sekarang, yang pasti ... aku bisa lumpuhkan kehidupan pribadimu secara perlahan. Jadi jangan cob
Last Updated: 2025-11-05
Chapter: Bab 45Samudra mengelus kening Dania setelah mengecupnya cukup lama. Sentuhannya lembut, tapi cukup untuk meninggalkan sesuatu yang berdenyut pelan di dada wanita itu. “Tidur nyenyak malam ini, Nona,” ucapnya lembut, seolah menutup malam itu dengan kehangatan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.Dania tersenyum kecil, matanya menatap Samudra seperti enggan melepas. “Terima kasih,” ucapnya pelan, hampir seperti bisikan. Samudra hanya mengangguk, menatapnya sesaat lebih lama sebelum benar-benar berbalik menuju pintu. Ia tahu, masih banyak hal belum terucap di antara mereka, terutama tentang hubungan yang perlahan tumbuh tanpa pernah mereka rencanakan.Begitu pintu tertutup, Dania masih berdiri di tempat. Hujan di luar masih belum berhenti, menetes pelan di kaca jendela. Tangannya menggenggam kotak cincin itu erat-erat, seolah benda kecil itu punya arti besar yang tak bisa ia ungkapkan pada siapa pun.“Dia benar-benar tulus .…” gumamnya pelan, lalu tersenyum sendiri sebelum akhirnya be
Last Updated: 2025-11-05
Chapter: Bab 44Hening menyelimuti keduanya. Suara detik jam di dinding terdengar pelan, bersaing dengan deru angin malam yang berhembus melalui celah balkon. Lampu kota dari kejauhan menyorot lembut ke wajah Dania, membuat garis rahangnya tampak tegas namun anggun. Ia berdiri dengan kedua tangan masih menggenggam kotak cincin kecil itu, seolah tak ingin melepasnya. Sementara Samudra, hanya mampu menatap. Pandangan matanya dalam, menelusuri setiap detail wajah wanita yang selama ini hanya bisa ia kagumi diam-diam.Ia tersenyum samar. “Kau tahu,” ucap Samudra pelan, “di antara semua hal gila yang terjadi di dunia bisnis, aku baru sadar… hal paling berbahaya adalah ketika aku mulai memperhatikanmu terlalu dalam.”Dania menoleh, keningnya berkerut, tapi senyum kecil muncul tanpa bisa ia tahan. “Berbahaya karena aku bisa menghancurkan kariermu?” tanyanya setengah bercanda, namun nada suaranya terasa getir.Samudra menggeleng. “Berbahaya karena aku bisa kehilangan fokus. Dan kehilanganmu akan lebih menya
Last Updated: 2025-11-04
Chapter: Bab 43Samudra tersenyum tipis. “Lebih tepatnya … pengemis. Tapi bukan minta uang, hanya minta perhatian kecil dariku.”Axel tertawa pendek. “Kalau urusannya Reno, jangan ajak aku. Aku gak mau energi buruknya nular ke aku.”Samudra menepuk bahunya sekilas dan terus berjalan tanpa menoleh lagi.Di halaman depan, Reno sudah menunggu. Ia bersandar di mobilnya, r*kok lain di tangan, wajahnya tampak lelah namun penuh dendam. Begitu melihat Samudra mendekat, ia menyeringai sinis.“Apalagi?” tanya Samudra datar.Reno mengangkat wajahnya dengan senyum miring. “Jangan songong dulu. Aku datang karena punya informasi penting.” Ia menatap sekeliling seolah memastikan Dania tak ada. “Mana Dania?”“Dia tak perlu turun tangan. Katakan saja apa informasinya,” jawab Samudra.Reno menegakkan badan, menatap Samudra tajam. “Informasi penting ini … bisa mengubah posisi saya. Bisa mengembalikan jabatan saya di perusahaanmu. Tapi kalau kamu gak kasih apa-apa ...”Samudra memotong cepat, suaranya tegas. “Kalau tida
Last Updated: 2025-11-03