
Pedang Penebusan
Di kerajaan Elyria yang memadukan teknologi canggih dan sihir kuno, Eiran Voss hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Sebagai anggota elit Aliansi Aurora, ia menggunakan "Pedang Roh", senjata mistis yang terikat darah untuk melindungi kerajaan, meski hatinya beku oleh dendam terhadap kaum bangsawan yang mengkhianati dan membunuh ayahnya.
Dunianya yang kelabu hanya terusik oleh Liora Faye, rekan setimnya yang mengendalikan sihir bunga; seorang gadis yang optimis, ceria, dan bertekad meruntuhkan tembok dingin Eiran.
Kedamaian semu Elyria pecah ketika "Badai Roh" yang tidak wajar menghancurkan desa-desa pinggiran. Investigasi Aliansi mengungkap kebenaran mengerikan: bencana ini bukan fenomena alam, melainkan ulah Lord Zoltar, seorang bangsawan korup yang memanipulasi kristal gelap demi ambisi terlarang.
Setelah konfrontasi sengit di Hutan Larang, Zoltar melarikan diri dengan rencana yang lebih jahat: membangkitkan "Jantung Bayangan", artefak kuno di Kota Bawah Tanah Elyria yang mampu memperkuat sihir gelap. Pengejaran ini memaksa Eiran menghadapi trauma terbesarnya, karena rahasia untuk menghentikan Zoltar terkubur di antara puing-puing masa lalunya sendiri.
Kini, di tengah intrik politik istana yang memojokkan mereka dan ancaman kehancuran total, hubungan antara Eiran dan Liora diuji. Eiran harus memilih antara membiarkan dendam menguasainya atau membuka hati untuk mempercayai Liora dan timnya.
Bersama Kairos, Sylva, Draven, dan Vesper, mereka berpacu dengan waktu untuk mencegah Zoltar menciptakan "tatanan baru" yang akan meruntuhkan Elyria.
Read
Chapter: Chapter 7: Jantung yang BerdetakPintu batu raksasa di ruang pusat kota bawah tanah bergemuruh saat terbuka, mengungkapkan sebuah ruangan luas yang diterangi cahaya ungu jahat dari Jantung Bayangan. Kristal raksasa itu, sebesar manusia, bertahta di tengah altar hitam, denyutnya seperti detak jantung yang mengguncang dinding gua. Lord Zoltar berdiri di depannya, jubahnya berkibar tertiup angin sihir, dan senyum liciknya menyapa Aliansi Aurora. Di sampingnya, sosok bayangan berdesis. Bentuknya kabur, seperti asap hidup dengan mata merah menyala. “Selamat datang di akhir perjalanan kalian,” kata Zoltar, suaranya halus namun mematikan. “Jantung Bayangan akan membawa Elyria ke era baru. Tanpa raja yang lemah, tanpa kalian.” Eiran Voss melangkah maju, Zephyrion menyala perak di tangannya, berdengung dengan intensitas yang hampir tak terkendali. Mimpi buruk tadi malam masih menghantuinya, gambar ayahnya yang jatuh karena pedang roh yang liar, amarah yang menghancurkan segalanya. “Kau bicara terlalu banyak, bangsawan,”
Last Updated: 2025-10-16
Chapter: Chapter 6: Kegelapan di Bawah TanahMalam sebelum perjalanan ke kota bawah tanah, markas Aliansi Aurora sunyi, hanya diterangi cahaya rune lembut di dinding. Eiran Voss duduk sendirian di kamarnya, Zephyrion tergeletak di meja, pedang roh itu berdengung pelan seolah merasakan kegelisahan tuannya. Matanya terpejam, tapi tidur tidak datang dengan mudah. Sebaliknya, mimpi buruk datang lagi, seperti hantu yang tak pernah pergi. Dalam mimpi itu, Eiran kembali ke masa kecilnya, sebuah rumah bangsawan sederhana di pinggiran Elyria, di mana ayahnya, seorang penyihir setia kerajaan, berdiri di depan pintu dengan pedang yang sama ini. "Ingat, Eiran," kata ayahnya, suaranya hangat tapi tegas, "pedang roh ini bagian dari darahmu. Kendalikan, atau ia akan mengendalikanmu." Tapi kemudian, bayangan muncul, bangsawan korup yang datang di malam hari, dengan sihir gelap yang membakar rumah mereka. Ayahnya bertarung, Zephyrion menyala terang, tapi amarah membuat pedang itu liar, memotong segalanya tanpa kendali. Eiran kecil bersembu
Last Updated: 2025-10-03
Chapter: Chapter 5: Bayang-Bayang di IstanaLangit Elyria kembali cerah saat mobil terbang Aliansi Aurora mendarat di pelataran markas mereka, sinar matahari memantul dari menara kaca yang berkilau. Kota ini tampak hidup kembali setelah badai mereda, tapi udara masih terasa tegang, seolah alam tahu ancaman belum selesai. Di dalam markas, tim bersiap untuk menghadap Raja Eldrin di istana, tapi suasana di ruang rapat mereka jauh dari serius. Draven Quill bersandar di dinding, bermain-main dengan angin suaranya untuk membuat kertas-kertas di meja berputar seperti tornado mini. “Jadi, kita baru saja mengusir bangsawan jahat dan selamat dari badai maut,” katanya, menyeringai. “Aku bilang kita pantas dapat libur. Siapa mau ke pasar malam? Mereka punya kristal karaoke baru!” Sylva Reed memutar mata, kacamata tipisnya memantulkan cahaya lampu rune. “Draven, kalau kau pikir raja akan memberi kita libur setelah laporan ini, kau lebih delusional dari biasanya.” Bayangannya di lantai bergerak-gerak, seolah gelisah dengan apa yang dia
Last Updated: 2025-10-03
Chapter: Chapter 4: Altar KelamKabut ungu di Hutan Larang semakin tebal, menyelimuti Aliansi Aurora seperti selimut basah yang berbau sihir busuk. Pohon-pohon kuno di sekitar mereka berderit, seolah berbisik tentang rahasia yang terkubur. Di depan, sebuah altar batu kuno muncul dari kabut, diukir dengan rune hitam yang berdenyut seperti jantungan. Di tengah altar, kristal gelap sebesar kepalan tangan manusia menyala dengan aura jahat, dan di sampingnya berdiri Lord Zoltar, jubahnya yang mewah kontras dengan senyum licik di wajahnya. “Selamat datang, Aliansi Aurora,” kata Zoltar, suaranya halus tapi penuh racun. “Kalian terlambat. Badai Roh sudah menyebar, dan segera seluruh Elyria akan tunduk pada… katakanlah, tatanan baru.” Eiran Voss melangkah maju, Zephyrion di tangannya menyala perak, berdengung dengan kemarahan yang mencerminkan tuannya. “Bangsawan,” semburnya, kata itu terdengar seperti kutukan. “Kau pikir bisa main-main dengan sihir alam dan lolos begitu saja?” Liora Faye, berdiri di samping Eiran, meman
Last Updated: 2025-10-03
Chapter: Chapter 3: Jebakan di Hutan LarangKabut ungu menyelimuti Hutan Larang, membuat pepohonan kuno tampak seperti bayangan raksasa yang berbisik. Udara terasa berat, bercampur bau tanah basah dan sesuatu yang lebih gelap seperti logam terbakar. Aliansi Aurora berjalan hati-hati, dengan Kairos Thorne di depan, tangannya menyala api kecil untuk menerangi jalan. Cahaya itu memantul di dinding-dinding pohon yang dipenuhi lumut bercahaya, menciptakan suasana yang indah sekaligus menyeramkan. “Kalau ada yang bilang hutan ini romantis, aku akan muntah,” gumam Eiran Voss, pedang rohnya, Zephyrion, berdengung pelan di pinggangnya. Matanya menyipit, memindai setiap bayangan. Dia tidak suka hutan, terlalu banyak tempat untuk bersembunyi, terlalu banyak kenangan buruk tentang pengkhianatan di masa lalu. Liora Faye, yang berjalan tepat di belakangnya, mendengar gumamannya dan langsung menyeringai. “Romantis? Oh, Eiran, kalau kau mau kencan di hutan, aku bisa buatkan karangan bunga untukmu!” Dia mengibaskan tangan, dan bunga-bunga
Last Updated: 2025-10-03
Chapter: Chapter 2: Jalan yang BeranginMobil terbang Aliansi Aurora meluncur di atas dataran Elyria, mesinnya berdengung pelan berkat kristal sihir yang berkilau di bawah kap. Kendaraan ini lebih mirip perahu kecil dengan sayap logam, dihiasi rune yang menyala biru. Di dalam, suasana jauh dari tenang. Draven Quill, yang duduk di belakang, sedang memainkan sihir angin suaranya, membuat nada-nada lagu pop Elyria bergema di kabin, sampai Sylva Reed melemparkan kertas ke arahnya. “Draven, kalau kau mainkan lagu itu sekali lagi, aku akan buat bayanganmu menyanyi opera sampai kau minta ampun,” ancam Sylva, kacamata tipisnya memantulkan cahaya rune. Bayangan di bawah kursinya bergerak-gerak, seolah setuju. Draven menyeringai, kaki masih selonjor di kursi. “Opera? Sylva, kau tahu aku lebih cocok nyanyi balada patah hati.” Dia mengibaskan tangan, dan angin kecil membawa suaranya ke telinga Sylva: “Oh, Sylva yang kejam, hatiku kau hancurkan…” Vesper Hale, yang duduk di sudut dengan akar kecil melilit lengannya, tertawa pelan. “D
Last Updated: 2025-10-03