author-banner
Ibn Haleem
Author

Novels by Ibn Haleem

Tulang wangi

Tulang wangi

Kisah ini diambil secara dokumenter dari seorang pemuda bernama Fadil Raksa Dinata—biasa disapa Fadil. Usianya baru 23 tahun. Ia mahasiswa baru yang mengambil Fakultas Psikologi di tanah Pasundan—Jawa Barat. Hidupnya sederhana, lahir dari keluarga biasa di sebuah desa terpencil yang masih diselimuti kabut pagi dan cerita-cerita lama. Namun, sejak kecil Fadil sudah merasa ada yang “aneh” dalam dirinya. Ia terlalu sensitif terhadap hal-hal yang tak bisa dijelaskan oleh logika. Kadang ia melihat, mendengar, bahkan merasakan sesuatu yang orang lain tidak. Mungkin itu sebabnya ia memilih belajar psikologi—untuk memahami pikirannya sendiri. Tapi semakin dalam ia mempelajari manusia, semakin samar batas antara akal dan hal gaib yang mengitarinya. Dan semua berawal… dari sebuah tongkrongan malam yang tak pernah benar-benar biasa.
Read
Chapter: Bab 5—
Semakin dekat hansip itu ke semak-semak. Gua masih di belakangnya, jaga jarak setengah meter dari punggung dia. Udara mulai berat. Gua nahan napas. Pohon kecil itu masih bergerak—padahal senter udah hampir nempel ke batangnya. Gua nelen ludah. Dahi gua mengkerut. Mata gua mantengin tiap gerak halus semak-semak itu, nunggu sesuatu nongol. Si hansip masih merunduk, lalu sempet-sempetnya ngambil ranting kecil di tanah, gak jauh dari situ. Tanpa banyak ngomong, dia langsung ngerogoh semak-semak itu pelan-pelan. Ujung kayu dikibas halus, nyibak dedaunan yang gelap dan lembab. Gua ngikutin tiap gerakannya—dan tiba-tiba… Braakkk! Seekor kucing hitam langsung loncat keluar dari semak itu, nyeruduk tepat ke arah muka hansip! Refleks, hansip langsung mental ke belakang sambil teriak, “Gobloooogggg!!!” Dia jatuh duduk keras di tanah, senter kebanting ke tanah, nyorot ke arah kaki gua. Ranting yang tadi dipake langsung kelempar jauh. Gua bengong sepersekian detik—ter
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 4—Wey! apa itu?
Saat mata gua udah kebuka lebar, dari kejauhan—sekitar empat langkah dari tempat gua berdiri—gua nangkep sosok bayangan yang megang senter. Cahaya senter itu langsung ngarah kegua. Terus dari sana, kedenger suara teriakan: “Jang, naonan didinya! Wey!” Suara itu jelas, suara lelaki dewasa. Tapi yang gua liat cuman bayangan tubuhnya doang, soalnya sekeliling masih gelap gulita. Rasa khawatir gua langsung agak reda. Takut gua yang tadi udah numpuk, mendadak turun pas denger suara itu. Gua jawab, gugup tapi nyoba santai, “E—kagak kok, mang!” Dia nyaut lagi, nada heran tapi tegas, “Ehhh… naonan sosoranganan didinya!” Sambil jalan pelan, gua nyamperin dia, “kagak kok, mang!” Pas udah deket, baru kelihatan jelas—seragam hansip lengkap, sama topi bundarnya. Ternyata dia lagi patroli malam, dan kebetulan nyenter ke arah kebon kosong, terus nemuin gua berdiri sendirian di situ. “Bapak lagi patroli, ya?” tanya gua nahan gugup. “Heeuh,” jawabnya, rada cetus tapi perhatian. “
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 3—Kidung misteri.
Di sela riuhnya langkah gua—gua lagi-lagi kudu melintasi jalan setapak yang kiri kanannya kebon kosong. Gua berhenti di ujung jalan. Napas gua berat, mata gua lurus ke depan. Jalan itu panjang, gelap, jelek bebatuan. Tapi gak ada jalan lain—cuma ini satu-satunya jalan pulang ke rumah. Firasat gua mulai aneh pas natap jalan setapak itu. Lampu-lampu jalan seakan gak bersahabat. Di ujung sana, sejauh mata mandang, kabut tipis mulai turun, nutupin pandangan. Lampu jalan di kejauhan sesekali nyala-mati. Deg-degan muncul di dada. Padahal tadi waktu berangkat, gua juga lewat sini. Tapi kenapa pas pulang dari rumah duka almarhum Mang Sarmin, jalan ini kerasa beda—mistis. Gua coba ngatur napas, berusaha tenang. Ngerasionalin pikiran biar gak ngelantur ke mana-mana. Kaki kanan gua mulai menapak, pelan, hati-hati. Bibir gua refleks nyebut, pelan banget, “Bismillahirrahmanirrahim...” Langkah gua makin cepat, tapi entah kenapa, rasanya kayak badan gua melayang. Baru lima bela
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 2—Merayap batin.
Dan di situ… Gua liat Mang Sarmin berdiri di lorong dapur. Di belakangnya, ada sosok besar—siluman macan putih. Tubuhnya kekar, sorot matanya tajam. Mereka berdua natap gua. Sangar. Dingin. Gua terkejut, spontan nyentak kain penutup wajah. Rani langsung jongkok nyentuh gua. Napas gua gak beraturan, keringat dingin ngalir di pelipis. “Dil, kamu kenapa?” katanya panik. Orang yang baca Yasin sempet berhenti, nengok, lalu lanjut lagi. Gua gak bisa jawab. Cuma geleng kepala, berusaha tenangin diri. Rani nengok ke jenazah, buru-buru nutup lagi kain putihnya rapat-rapat. Gua masih ngos-ngosan, nelan ludah. Kepala berat. “gua gak papa kok,” gua bilang pelan. Tapi tubuh gua panas, kepala pusing, dada sesak. Rani sentuh kening gua. “Badan kamu panas! Sakit ya?” Gua jawab gugup, “E—nggak kok.” Dia bujuk lembut, “Udah, keluar aja yuk. Aku buatin teh hangat.” Gua cuma ngangguk pelan, napas masih berat, mata ngikutin dia. Langkah gua lemes, tapi gua ikutin dia kelu
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Mencekam nyaris mencekik!
Malam Jum’at itu, gua keluar rumah. Suara engsel pintu berderit pelan, kulit pintu bagian bawah udah mulai sobek. Gua keluar dengan tujuan sederhana—mau baca buku sambil ngerjain tugas kuliah. Sarung sholat masih gua pake, soalnya baru aja abis Isya. Malam itu jam setengah sembilan kurang. Gua berdiri dulu di depan pintu, ngerasain udara malam selepas hujan. Masih ada sisa tetesan kecil di pelataran rumah—sunyi, sepi, mencekam. Cuma suara jangkrik yang saling bersahutan, kayak ngobrol di kegelapan. Rumah gua agak jauh dari tetangga, emang rada pelosok. Wajar aja, hidup di perdesaan, dari kota aja jaraknya sekitar satu kilo setengah. Gak mau lama-lama berdiri, gua jalan ke arah kursi depan rumah. Kursi kayu itu udah jadi teman setia tiap malam, ditemani meja bundar kecil di depannya. Gua duduk perlahan, naro buku dan pulpen di atas meja. Hati gua awalnya tenang—adem aja, gak ada firasat apa-apa. Tatapan gua lurus ke depan: hening. Ke kiri, pohon bambu rindang, gelap, kabut tipi
Last Updated: 2025-10-24
You may also like
MISTERI TUSUK KONDE
MISTERI TUSUK KONDE
Horor · Shintya
23.9K views
Hamil Anak Genderuwo
Hamil Anak Genderuwo
Horor · Rainie
22.0K views
Ular Di Farji Istriku
Ular Di Farji Istriku
Horor · Nurhayati Yahya
21.7K views
Rombongan Pengantin dari Alam Gaib
Rombongan Pengantin dari Alam Gaib
Horor · Dini Lisdianti
20.7K views
Suamiku Menghilang Setiap Malam
Suamiku Menghilang Setiap Malam
Horor · Naffa Aisha
17.4K views
Santet Pengantin
Santet Pengantin
Horor · Maylafaisha
16.1K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status