Share

Pergi dari Mereka

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2025-08-11 23:55:02

"Kamu dari rumah ibu ya, Mas?"

Naren mengikuti langkah Ryo saat pria itu baru saja datang. Dengan wajah kesal dan marah, Naren menodong suaminya dengan berbagai pertanyaan. Namun, sampai kamar mereka, Ryo tetap diam.

"Ngapain kamu ke sana? Untuk apa?"

"Mengapa tidak mengajakku?"

Naren akhirnya berhenti mengikuti suaminya, dia memilih keluar dari kamar dan menenangkan diri di sofa ruang tamu karena Ryo tetap tidak mau membuka suara. Naren merasa diabaikan, pasti seperti apa yang ia pikirkan. Ibu Ryo pasti menjelek-jelekkan tentang dirinya, atau memaksa Ryo untuk segera berbuat sesuatu agar dirinya cepat hamil.

Setelah pulang kerja, Naren mendapatkan pesan dari adik iparnya yang menanyakan keberadaan Naren karena tidak ikut ke rumah mertuanya bersama Ryo. Seketika Naren terkejut, karena Ryo tidak memberi kabar apapun padanya. Naren pun beberapa kali menghubungi Ryo, tetapi tidak mendapat balasan. Naren semakin gelisah, apapun yang berhubungan dengan keluarga Ryo selalu membuatnya takut
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Secangkir Kopi Pahit

    "Hei Naren."Naren terkejut, lalu bangkit dari tempat duduknya sampai-sampai menatap ujung meja. Naren akhirnya sadar dari lamunannya. Dia mengerjapkan kedua matanya, di depannya saat ini berdiri sosok Davin yang menatapnya penuh tanda tanya. Sebelumnya Davin mengetuk meja Naren beberapa kali, tetapi Naren tetap dalam lamunannya. Akhirnya Davin mengguncang bahu Naren karena ada hal mendesak yang harus mereka bahas. "Kau kenapa? Masih tidak enak badan?" tanya Davin ada sedikit khawatir karena wajah Naren pucat tidak seperti biasanya. Davin takut Naren justru pingsan di kantor yang nantinya akan menambah pekerjaan untuk Davin. Naren menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja. Maaf aku melamun barusan," kata Naren sembari mengusap kedua matanya yang berair. "Kalau begitu apa kau bisa mencetak kontrak yang baru saja dikirim oleh Lion Company?" Naren menyanggupi, dia mencari file yang beberapa menit lalu ia unduh di komputernya. "Oh ya, nanti bawa kontrak itu ke ruangan Pak Deo." Da

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Pergi dari Mereka

    "Kamu dari rumah ibu ya, Mas?"Naren mengikuti langkah Ryo saat pria itu baru saja datang. Dengan wajah kesal dan marah, Naren menodong suaminya dengan berbagai pertanyaan. Namun, sampai kamar mereka, Ryo tetap diam."Ngapain kamu ke sana? Untuk apa?""Mengapa tidak mengajakku?"Naren akhirnya berhenti mengikuti suaminya, dia memilih keluar dari kamar dan menenangkan diri di sofa ruang tamu karena Ryo tetap tidak mau membuka suara. Naren merasa diabaikan, pasti seperti apa yang ia pikirkan. Ibu Ryo pasti menjelek-jelekkan tentang dirinya, atau memaksa Ryo untuk segera berbuat sesuatu agar dirinya cepat hamil. Setelah pulang kerja, Naren mendapatkan pesan dari adik iparnya yang menanyakan keberadaan Naren karena tidak ikut ke rumah mertuanya bersama Ryo. Seketika Naren terkejut, karena Ryo tidak memberi kabar apapun padanya. Naren pun beberapa kali menghubungi Ryo, tetapi tidak mendapat balasan. Naren semakin gelisah, apapun yang berhubungan dengan keluarga Ryo selalu membuatnya takut

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Aku Telah Menikah

    "Aku kira kamu membenciku."Keduanya saling beradu tatap, hanya saja Deo tetap diam seperti enggan mengeluarkan suara atas pertanyaan Naren barusan. Naren menunggu dengan sabar dan berharap bahwa mantan kekasihnya itu mau menceritakan alasan yang sebenarnya mereka bisa berpisah bahkan menjadi orang yang sangat asing saat ini. Sayangnya Deo tetap bungkam sampai dua waiters pria dan wanita menghampiri meja mereka berdua. Waiters tersebut menaruh makanan yang telah dipesan di hadapan Naren dan juga Deo. Naren memutar bola matanya kesal, disaat yang ia tunggu-tunggu sudah sedikit lagi akan tercapai, tetapi dia harus menundanya lagi entah sampai kapan. Naren turut diam, dia mengambil garpu dan pisau daging. Untuk yang pertama kalinya, Naren masih kesulitan memotong daging steak yang cukup tebal ini. Naren melirik kesekitar dan mempelajari cara memotong daging dengan melihat orang-orang disekitarnya. "Ini."Tiba-tiba Deo menarik paksa piring Naren dan menggantinya dengan milik Deo. Naren

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Kau Membenciku

    "Sebenarnya kita mau ke mana, Pak Deo?" Naren memegang erat seatbeltnya. Dia duduk tepat di samping Deo yang sedang menyetir. Naren tidak berani memandang pria di sebelahnya, Naren sedang berdoa supaya Deo tidak berbuat macam-macam dengannya. Deo pun tidak bicara apapun, pria itu sangat fokus dengan jalanan di depannya. Naren melirik sekilas, tatapan Deo yang tegas dan tajam membuatnya merinding. Deo seperti ingin berbuat sesuatu padanya. Apa mungkin ini balasan aku tidak membalas pesannya dan lalai dari pekerjaanku?Hatinya tidak tenang, pikirannya melanglang buana memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Deo yang Naren kenal sekarang adalah orang yang berkuasa, pasti pria itu bisa melakukan apa saja pada Naren. Degup jantung Naren semakin cepat berdetak, dia tidak tahan lagi diabaikan seperti ini oleh Deo dan dia takut karena Deo hanya diam saja. "Sebenarnya kita mau ke mana?" Nada suara Naren mulai kesal, pandangan Deo tetap lurus ke depan bahkan sekedar melirik Naren pun tidak

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Bos Yang Menjengkelkan

    [Kapan kamu masuk kerja?]Satu pesan masuk di ponsel Naren, membuat sang pemilik jengah setengah mati. Deo terus mengiriminya pesan dengan pertanyaan yang sama. Pria itu yang memberinya izin sampai Naren sembuh, tetapi dia juga yang tidak sabaran agar Naren segera masuk ke kantor. Keinginan Deo sulit sekali ditebak, dia memerintah seenaknya tanpa memikirkan keadaan Naren saat ini. Naren berpikir dia akan diperas tenaganya, mungkin saja Deo ingin membalaskan dendam kepadanya. Dan seharusnya yang membalas dendam itu adalah Naren karena dulu Deo yang meninggalkannya. Naren tidak pernah membalas satu pun pesan dari Deo. Biarlah jika pria itu adalah atasannya, sebagai bos seharusnya Deo tidak bersikap semena-mena seperti itu. Naren akan mencari alasan agar dirinya tidak dimarahi atau mendapat hukuman dari Deo. "Naren," teriak seseorang dari belakangnya. Oh itu Niken yang juga baru sampai di kantor. Setelah tiga hari beristirahat di rumah, Naren merasa lebih baik dan memutuskan untuk mas

  • DUA CINTA DUA SAMUDRA   Kebersamaan Bersamamu

    Deo berjalan cepat tanpa tentu arah, sedangkan di belakangnya Davin masih diam tidak bertanya apapun pada bosnya itu. Lalu... Tiba-tiba Deo berhenti, dia gelisah seolah-olah ada yang mengusiknya. Dia memandang ke segala arah seperti mencari kepastian, sayangnya dia tidak menemukan jawaban atas hatinya yang saat ini sedang gundah. "Ada apa, Tuan?" tanya Davin memberanikan diri ketika melihat Deo saat ini dengan wajahnya yang merah karena amarah. "Apa kamu tahu kalau Naren telah menikah?" Davin langsung menjawab dengan gelengan kepala."Maaf tidak tahu, Tuan." Deo mengusap wajahnya kasar, dia memukul udara dengan tegas. Kesal di hatinya kian membuncah setelah mengetahui fakta bahwa Naren telah menikah. Hatinya teriris, dia tidak pernah melupakan Naren, wanita itu selalu ada di hatinya dan Deo selalu mencintainya. Tidak ada yang tahu, Deo simpan rapat-rapat perasaannya itu. Deo kembali pun dengan maksud ingin mencari keberadaan Naren. Ada banyak cerita yang tidak pernah Deo kepada s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status