Gugatan Cerai Setelah Malam Pertama

Gugatan Cerai Setelah Malam Pertama

last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Par:  Dian MatahatiComplété
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Notes. 2 commentaires
60Chapitres
2.1KVues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

Menikah dengan seorang duda yang ditinggal mati oleh mendiang istrinya ternyata tidak mudah. Benarkah cintanya sudah habis untuk mendiang istrinya? Seumur hidup terlalu lama untuk dinikahi oleh seseorang yang tidak bisa mencintai diri kita sebagai seorang istri. "Ceraikan aku, Mas!"

Voir plus

Chapitre 1

Bab 1. Selalu Dibandingkan

"Kamu bikin sarapan nasi goreng pakai kecap?" tanya Mas Denis, suami yang belum lama ini menikahiku.

"Iya. Kamu gak suka nasi goreng pakai kecap, Mas?"

Aku memang belum mengetahui banyak hal tentangnya. Kami hanya sempat dekat dan saling mengenal sekitar tiga bulan sebelum melangsungkan pernikahan. Karena aku yakin dia pria baik-baik, maka aku pun tidak ragu saat menerima lamarannya di depan kedua orang tuaku.

"Suka kok. Cuma biasanya mendiang istriku kalau bikin nasi goreng untuk sarapan, gak pernah pakai kecap. Beda lagi kalau bikin nasi gorengnya buat makan malam. Baru dikasih kecap."

Dahiku mengernyit. 'Terus maksudnya aku harus meneruskan kebiasaan almarhumah istrinya, gitu?' batinku yang ternyata tidak mampu kulisankan di depan Mas Denis.

Aku memang dinikahi oleh seorang duda tanpa anak. Istri pertama Mas Denis meninggal dua tahun yang lalu. Selama dua tahun ini, yang kudengar Mas Denis pun tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Aku sempat merasa tersanjung karena bisa membuatnya 'move on'.

Meskipun kini aku meragu sendiri. Benarkah suamiku sudah selesai dengan cinta masa lalunya? Benarkah dia sudah melupakan mendiang istrinya? Apakah aku benar-benar ada di dalam hatinya? Aku sungguh sangsi mengenai hal itu.

"Maaf. Aku gak bermaksud untuk membandingkan masakan kalian. Aku tadi refleks bicara seperti itu," ujarnya terlihat tidak enak hati. Mungkin karena melihatku terdiam dalam beberapa saat.

"Gak apa-apa, Mas. Aku paham. Aku bisa kok bikin nasi goreng tanpa kecap buat pagi hari, dan pakai kecap kalau malam hari. Gampang buatku," putusku kemudian. Mengalah seperti biasa jika Mas Denis sudah mulai membandingkan kebiasaanku dengan kebiasaan mendiang istrinya.

"Makasih, Dik. Kamu memang istri yang baik," pujinya.

Sayangnya, pujian itu tidak cukup membuatku tersanjung. 'Baik aja gak cukup, Mas. Kalau aku gak bisa jadi wanita yang benar-benar kamu cintai, sedangkan aku sudah sah menjadi istrimu.'

Aku sama sekali tidak menyangka jika menikah dengan pria yang ditinggal mati istrinya akan serumit ini. Dia memang baik, sangat baik mungkin. Akan tetapi, aku merasa selalu kurang jika sudah mengenai perasaan. Kurasa, Mas Denis tidak pernah benar-benar mencintaiku.

Mungkin cintanya sudah habis di orang lama. Bersamaku, Mas Denis hanya sekedar melanjutkan hidup saja. Dan aku? Apakah aku mampu bersaing dengan orang yang sudah mati?

"Mbak, kok udah melamun aja, sih, pagi-pagi," tegur Risa.

Adik perempuanku itu memang setiap pagi datang untuk menitipkan kue buatannya. Aku membuka warung kelontong di depan rumah setelah Mas Denis berangkat bekerja.

Sejak menikah dengan Mas Denis, aku diminta untuk resign dari tempat kerjaku yang kantoran. Mas Denis ingin aku menjadi ibu rumah tangga dan tidak lagi bekerja di luar rumah. Semua kebutuhanku setelah menikah ditanggung olehnya.

Namun, aku yang terbiasa mandiri dan punya penghasilan sendiri memaksa untuk diperbolehkan membuka warung dengan dalih untuk mengisi kesibukan semata. Beruntung Mas Denis mau mengizinkan meski syarat dan ketentuan yang menyertai tidak hanya satu dua hal saja.

"Siapa yang melamun? Orang aku lagi mikirin barang warung apa aja yang udah habis. Jadi besok bisa langsung belanja sama Mas Denis."

"Keh! Dikira aku percaya apa, Mbak?"

Usiaku dengan Risa hanya selisih dua tahun. Kami sudah biasa sama-sama sejak kecil. Jadi tidak heran lagi jika dia paling mengerti gelagat tidak biasa yang tanpa sengaja kubuat. Bahkan tanpa aku bercerita panjang lebar padanya, aku yakin dia pasti sudah tahu jika aku sedang meresahkan sesuatu.

"Apa ini masih tentang mendiang istrinya Mas Denis?" tebaknya begitu tepat sasaran.

Aku mendesah lirih. Tadinya aku tidak ingin banyak mengeluh sekalipun pada adikku sendiri. Namun, tidak bisa dipungkiri, hanya kepadanyalah aku merasa nyaman untuk bercerita.

"Gimana, ya, Dik? Mas Denis kayaknya gak bisa lupain almarhumah Mbak Indah, deh. Aku mulai capek ngikutin kemauan Mas Denis yang seakan pengen aku jadi seperti mendiang istrinya. Aku kayak gak bisa jadi diri sendiri kalau ngikutin maunya Mas Denis terus," keluhku.

"Mbak pernah protes atau bilang terus terang sama Mas Denis gak? Kalau sebenarnya, Mbak Dila itu keberatan kalau apa-apa harus mengikuti kebiasaannya almarhumah Mbak Indah?"

Aku menggeleng pelan. Selama ini aku memang tidak pernah protes pada suamiku. Aku merasa sungkan jika harus menolak keinginannya. Apalagi rata-rata yang berbeda antara aku dan mendiang istrinya Mas Denis hanya untuk hal-hal remeh seperti kebiasaan cara memasak atau cara berpenampilan.

Aku yang biasanya tampil dengan rambut pendek di bawah telinga, akhirnya bertekad untuk memanjangkan rambut atas permintaan Mas Denis. Baru belakangan ini aku tahu jika rambut almarhumah Mbak Indah memang biasa tergerai panjang sepunggung.

"Ya itu, sih, salahnya Mbak sendiri. Kenapa gak terus terang aja sama Mas Denis? Yang terpenting dalam suatu hubungan itu komunikasi yang baik, Mbak. Kalau Mbak pendam semuanya sendiri, yang ada justru jadi bom waktu yang tinggal menunggu saatnya tiba untuk meledak dan menghanguskan semuanya."

Aku terpaku merenungi ucapan Risa sebelum meninggalkan warung. Apa yang dikatakan Risa mungkin benar. Aku bersalah karena berlagak mampu dan mengabaikan rasa sakitku sendiri. Namun, untuk jujur kepada Mas Denis? Aku sungguh takut menyinggungnya.

"Dik, ada titipan dari Mama."

Mas Denis memberikan amplop putih panjang kepadaku. Mama yang dimaksud Mas Denis pasti mamanya. Mamanya Mas Denis sering memberiku hadiah selama aku menikah dengan putranya. Dia begitu baik dan membuatku merasa beruntung karena menjadi menantunya.

"Apa ini, Mas?" tanyaku sungguh penasaran.

"Gak tau. Mas juga belum buka isinya. Coba kamu buka aja."

Aku pun membuka amplopnya di depan Mas Denis. Ternyata sebuah paket liburan selama dua hari satu malam dengan jenis liburan staycation di The Westlake Hotel & Resort, Yogyakarta.

Aku paham maksud mamanya Mas Denis. Beliau ingin kami bulan madu meskipun tanpa harus pergi ke luar kota karena pekerjaan Mas Denis yang sulit ditinggalkan.

"Apa isinya, Dik?" tanya Mas Denis.

Aku memperlihatkan isinya dan Mas Denis diam saja. 'Mas Denis pasti tidak berminat untuk bermalam di hotel denganku.'

Aku menundukkan wajah. Berharap mukaku saat ini tidak menunjukkan dengan jelas rasa kecewaku atas keterdiaman Mas Denis. Namun, sepertinya Mas Denis yang cukup sensitif bisa merasakannya karena setelah itu dia segera merespon.

"Kamu mau gak?" tanyanya dengan nada datar.

"Aku terserah sama Mas Denis aja," lirihku.

Aku tidak berani menjawab secara terang-terangan jika aku menginginkannya. Bukan hanya ingin berlibur karena memang sudah lama tidak liburan, tetapi aku juga punya harapan barangkali saat di sana nanti, Mas Denis akhirnya mau menjadikanku sebagai istri seutuhnya.

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

Plus de chapitres

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Commentaires

user avatar
Azzurra
Sukses Thor.
2024-11-28 00:25:59
1
user avatar
Shaveera
ada yang baru nih, semangat ya, Thor.
2024-11-27 22:10:19
1
60
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status