Memiliki kehidupan sebagai kembar tiga, tak serta merta membuat kisah dan nasib percintaan mereka sama. Baik Zanna, Zeze, ataupun Zhafira punya cerita sendiri dalam kehidupan asmara mereka. Zanna yang model terkenal harus terlibat pernikahan terpaksa dengan lelaki biasa, Satrio. Zeze yang merupakan pewaris keluarga kaya harus menyamar menjadi gadis polos dan menemukan cinta lamanya, Ivan. Zhafira yang tampak sempurna pun harus terlibat cinta kucing-kucingan dengan Seno, bos tempatnya bekerja. Belum lagi kehidupan dalam keluarga mereka yang harus mengalami naik turun. Lalu mampukah triple z dan cintanya menghadapi kehidupan selanjutnya yang akan datang pada mereka?
Lihat lebih banyak“Kembali lagi di acara Lumpi bersama saya Feni Mawar.” ucap seorang pembawa acara yang diselingi oleh tepuk tangan penonton. “Saat ini di samping saya ada seorang model kenamaan Indonesia. Kebanggaan kita yang sudah berhasil masuk ke jajaran model internasional. Siapa lagi kalau bukan Zanna Ags.” serunya lagi. Lalu seorang model cantik di sebelahnya disorot oleh kameramen.
Tepuk tangan penonton menjadi riuh. Senyum bahagia terpancar untuk menyambut kehadiran sang bintang tamu yang luar biasa dinantikan.
“Halo, sayang!” sambut Feni Mawar.
“Jadi, kenapa ganti nama dari Zanna Agustian menjadi Zanna Ags?” tanya Feni Mawar memulai wawancaranya.
“Gak ada masalah apapun sih, mbak Fen, terlebih Agustian kan nama orang tua ya. Cuma ‘Ags’ itu kan biar terdengar lebih internasional. Kan saya baru saja memulai karir saya di internasional, mbak Fen.” Jawab Zanna dengan sopan. Membuat kagum seluruh penonton yang ada di studio.
“Terus saya kan punya kembaran, mbak. Jadi biar mereka gak terbebani dengan embel-embel Agustian. Kasihan mereka jadi gak nyaman jika harus disandingkan dengan saya.” tambahnya lagi dan langsung mendapat respon tak terduga dari penonton.
“Kamu punya kembaran?” selidik Feni Mawar mewakili rasa penasaran yang juga ditunjukkan oleh penonton. Tatapan host ternama itu ke Zanna bak segerombolan hyena yang mencium aroma bangkai.
“Iya, saya lahir kembar tiga dan saya yang tertua.” jawab Zanna sembari memamerkan gigi rapinya.
“Coba dong cerita sedikit tentang kembaran kamu! Yang ada di sini pasti juga penasaran kan?” pinta Feni Mawar yang langsung dibalas meriah dari penonton.
Zanna tertawa kecil membayangkan para kembarannya yang sulit untuk dideskripsikan. “Mereka itu punya sifat yang aneh. Yang satu unik, yang satu lagi cuek. Tapi kalau kita bertiga jalan berbarengan, yakin deh, kalian pasti akan goyah. Yang tadinya hanya melihat ke saya malah beralih ke kembaran saya.” Zanna tertawa renyah mendengar respon penonton yang tak setuju dengan pendapatnya. Menurut mereka, hanya Zanna Ags yang terbaik dan selalu di hati.
“Mereka gak tertarik untuk gabung jadi model? Biar Indonesia juga punya yang seperti Hadid bersaudara di dunia modelling.”
“Bukannya gak tertarik sih mbak, tapi gak ada bakatnya sama sekali.” Zanna kembali tertawa dan menyihir satu studio untuk fokus pada dirinya.
“Oh ya?”
“Mereka lebih berbakat ke akademik, mbak. Makanya gak passion mereka untuk terjun ke dunia hiburan.”
Dan edisi wawancara terus berlangsung hingga satu setengah jam kemudian.
*****
“Zan, pria itu datang lagi. Kali ini bawa bunga segede bunga kematian.” Gemuruh Tita, manajer Zanna setelah Zanna menyelesaikan kegiatan shooting talkshow nya bersama Feni Mawar.
“Ish.” Zanna berdesis sebal. Pria itu lagi, pria itu lagi, keluhnya.
Sudah hampir empat bulan ini ia selalu didatangi seorang pria aneh yang membawa berbagai macam hadiah ke tempatnya. Entah itu agency atau lokasi pemotretan.
Ganteng sih, tinggi, yah tipe-tipe ideal kebanyakan cewek lah. Tapi tampangnya itu loh, ngeselin. Setiap ia datang dan Zanna menemuinya, ia hanya menyerahkan hadiahnya dengan tatapan tajam dan wajah yang datar. Tanpa berbicara. Sekalipun tak pernah berbicara. Jadi Zanna tak tahu apapun tentang pria aneh itu. Siapa namanya dan apa pekerjaannya, terlebih maksud dan tujuannya apa selalu memberikan hadiah padanya.
“Mana dia?” tanya Zanna hendak menghampiri pria itu.
Belum apa-apa, pria itu sudah masuk ke studio yang telah kosong ditinggalkan penonton. Sambil membawa rangkaian bynga duka cita bulat dan bertuliskan, ‘Selamat untuk debutmu dalam acara Versacee fall/winter fashion show’.
“Cih.” Lagi-lagi Zanna berdecak sebal. Namun sayang rasanya, jika ia tidak datang menghampiri dan tak menikmati wajah rupawan itu. “ Apa lagi kali ini?” sentak Zanna setelah berhasil menguasai kesadaran dirinya.
Berteriak panik karena kepalang malu dilihat banyak staff dari stasiun televisi swasta tempat acara Lumpi bernaung.
“Ini lagi!” Zanna merampas banner tulisan yang melintang sebesar bunga itu. “Malu-maluin!”
Pria itu menyerahkan bunga ke Tita yang sebelumnya ia lirik dan panggil untuk menerima hadiah itu. Cepat Tita mengambil rangkaian bunga yang beratnya setara bayi berusia setahun.
“Berhenti lakukan ini! Anda membuat saya malu!” sentak Zanna lagi.
Seperti biasa, pria itu diam saja walau Zanna melontarkan kalimat sentakan bahkan cacian padanya.
“Heh, anda mau kemana?” cengkeram Zanna ke bahu pria itu yang hendak berbalik pergi seolah mmisinya telah selesai.
Pria itu menyoroti Zanna secara tajam. Bengis, hingga Zanna ketakutan dan perlahan melepas tangannya dari bahu lebar pria itu yang nyaman rasanya bila dipakai untuk bersandar. Oops.
“Jelaskan dulu sebelum pergi!” perintah Zanna menarik perhatian orang-orang.
Pria itu tertegun. Menyadari dirinya saat ini menjadi pusat perhatian orang-orang yang tadi masih sibuk bekerja. Dari wajah mereka terlihat satu tanda tanya besar. Semakin pria itu risih dan mendadak tak dapat mengendalikan diri.
“Semua orang memang sialan!” umpatnya mengagetkan Zanna.
Suaranya dalam. Bagus, sih. Berwibawa dan adem didengar. Tapi kok sekalinya bersuara malah mengumpat. Dan tadi apa katanya? Semua orang sialan? Semua? Termasuk Zanna gitu?
“A.. Apa?” tanya Zanna tercengang.
“Maaf, ya, jika membuat anda malu. Tapi ini bukan keinginan saya. Saya hanya menjalankan tugas dari atasan saya!”
“Tunggu!” cegah Zanna lagi ketika pria itu mau pergi. “Siapa yang menyuruhmu?”
“Saya bekerja untuk Pak Bayu. Anda bisa bertanya dan silahkan memarahi beliau yang membuat anda malu. Saya permisi.” jawab pria itu. Nadanya jengkel. Lalu pergi sambil bersungut-sungut ria. Ih imut. Batin Zanna.
Bayu? Ah, Bayu. CEO Anu Tech. Yang berkepala pelontos dan selalu mengejar Zanna sejak awal karir modelling-nya. Hanya saja, Zanna tak suka padanya. Karena Bayu yang jauh dari tipe idealnya, lelaki gundul itu pun sudah beristri. Yang benar saja, masa Zanna harus mempertaruhkan karirnya demi panggilan baru yang sangat sensitif di negara ini, pelakor. Gak deh.
“Dasar gundul gatel. Dah punya bini masih terang-terangan ngasih hadiah ke perempuan lain.” ucap Tita yang gemas setiap kali Bayu menganggu artisnya.
Tampang kecewa menghiasi wajah Zanna. Walaupun merasa terganggu akan kehadiran pria itu, tapi setelah melihat wajahnya yang ganteng , rasa dongkol pun mendadak hilang. Eh, rupanya Bayu-lah yang ada di belakang semua ini. Jangankan melihat wajahnya, mendengar nama si gundul aja malas.
“Ta, cari tau siapa pria yang selama ini mgasih hadiah ini ke aku!” perintah Zanna.
“Kan Bayu, sis.” jawab Tita enteng.
“Maksudku dia loh.” Tunjuk Zanna ke pintu keluar yang tadi dilewati pria misterius itu.
“Ah, oke.”
*****
Makan malam perusahaan iklan ‘Terserah’ menyambut kelulusan pegawai magang.
“Selamat kepada para karyawan baru kita yang telah lulus dari ujian.” teriak seorang eksekutif penuh semangat. Disambut meriah oleh pegawai yang memenuhi seluruh restoran barbekyu.
“Ze, ambilin air!”
“Ze, pesen lagi daging untuk meja 5 dan 8!”
“Ze, kopi pak Seno kenapa belum datang?”
“Ze, es batunya mana?”
“Ze! Ze!! Ze!!! Ze!!!!”
Segala penjuru menyebut nama Ze dan memerintahkan ini itu seolah ia-lah pelayan restoran.
“Ze, tambahin bir saya!” teriak pria yang duduk menyendiri dan telah tertunduk mabuk. Di mejanya ada 8 gelas bir yang sudah kosong melompong. Dan masih mau ditambah lagi?
“Udah sana antar!” perintah Mira, seorang wakil ketua divisi perencanaan tempat Zeze bernaung.
Dengan langkah berat, Zeze mendekati pria mabuk yang kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan tersebut.
“Pak Ivan, ini bir-nya.” ucap Zeze ragu.
Brakkk. Pria mabuk bernama Ivan itu memukul meja sekeras-kerasnya. Lalu bangkit dengan kesadaran yang sudah diambang batas awang-awang. Tangannya lalu membekam bahu Zeze. Kuat, sampai Zeze meringis kesakitan.
“Pak, anu...” pekik Zeze.
Ivan menilik wajah Zeze. Sangat dekat, bahkan nafas hangat dari Ivan menembus ke permukaan kulit Zeze yang sedang dilanda kegugupan. “Apanya yang mirip Zhafira? Sial.” Teriakan Ivan mengacaukan konsentrasi semua orang dari makanan mereka.
Kebetulan Zhafira yang sedang jadi perbincangan masuk ke restoran dan terkesiap karena namanya disebut. Suasana hening tadi berubah menjadi arena berbisik untuk para kaum penggibah.
“Lepaskan semua! Lepaskan! Jangan seperti Zhafira!” suruh Ivan dnegan kasarnya mencopot paksa kacamata yang bertengger di hidung mancung Zeze dan dibanting ke lantai.
“Pak, maaf , saya Zeline.” ucap Zeze hampir menangis.
Ivan diam. Ia paksa membelalakan matanya meski tak tahan. Mendalami wajah Zeze dan memperhatikan dengan seksama.
“Astaga. Wanita jelek ini rupanya.” sahut Ivan lalu kembali duduk dan menenggak cepat minuman yang dibawa Zeze tadi.
Sontak hal itu menjadi bahan pergunjingan. Mereka mendapat dua bahan yang bisa digibahkan esok saat kerja. Satu, hubungan rumit Ivan dan Zhafia menambah kemelut skandalnya di kantor.
Kedua, Ivan mengejek Zeze. Itu tandanya, Ivan secara sah menjadi bagian dari para pembully Zeze di kantor. Lagian, dandanannya aneh. Kaos gombrang selalu menjadi outfit kebanggaannya untuk dipakai di kantor. Bekum lagi kacamata yang besar nya hingga semuka-muka yang menganggu ketenangan jiwa orang lain saat memandangnya.
“Kalian jangan ikut-ikutan menjahili Zeze. Fokus saja pada pekerjaan kalian. Ini perintah!” himbau Fira ke pegawai yang bekerja langsung di bawahnya dan terisolir dari polusi tidak sehat di kantor.
“Ah, bu Fira memang malaikat.” sahut beberapa orang yang ia perintahkan.
*****
Profil Zanna
Nama : Zanna Chaerity Agustian / Zanna Ags
TTL : Jakarta, 4 April 1995
Hobby : Baca novel online yang bikin halu, shopping
Ciri fisik : Tinggi 175 cm, langsing, kurus, hanya memiliki 18 persen lemak tubuh, rambut sebahu (ikut-ikutan Kendall Jenner katanya), putih.
Kelebihan : Ciri fisik adalah kelebihannya, dan kesayangan mama
Kekurangan : Akademik dan bloon, suka marah-marah gak jelas yang berakhir menyesal, sedikit tempramen
Sifat baik yang bisa dicontoh : Hmm, apa ya? Ah, sopan santun dan berperilaku baik (walau hanya di depan kamera), sayang keluarga, apalagi sama Zeline. Terus, hmm, konsisten dan komitmen. Udah itu ajalah.
Sifat buruk yang tidak boleh dicontoh : Banyak. Terutama boros, agak sombong, dan tempramennya itu loh, gak banget.
Author : Oke Tita, terima kasih untuk Q n A nya. Jadi kita bisa mengenal Zanna lebih dalam.
Tita : Tolong, bayarannya di transfer ya, thor. Info artis saya gak murah. Hehehe.
"Selamat pagi pak." sapa seorang pria paruh baya yang menghampiri satu ruangan hotel berbintang dengan suara khas melayu pesisir (gak SARA loh ya, plis jan dihujat)."Ya. Bagaimana?" tanya si empunya kamar yang ternyata adalah Marco. Saat ini dirinya masih berada di Palembang. Katanya sih, mengurusi urusan bisnis.Bukan Marco namanya kalau tidak bisa memerintahkan seseorang untuk mengurusi permasalahan perusahaan cabang dan bela-belain ke luar kota lagi. Iyuh, bukan Marco banget."Ini pak, laporan terkait asal usul, riwayat pendidikan dan lingkungan dibesarkannya calon ipar anda." kata pria paruh baya tadi. Beliau lah direktur utama perusahaan cabang yang harus menanggalkan pekerjaannya dan melayani kebutuhan Marco yang masih haus informasi soal Satrio.Tangan Marco mengulur untuk mengambil berkas yang agak sedikit tebal dari yang pernah diberikan Kevin padanya."Hm.. Hm.. Hmmmm..." suara berat nya menggema ketika ia bergumam dalam sembar
"Kamu mau jadi pacarku?" tanya Ivan lembut. Binar mata sendunya menatap Zeze penuh pengharapan. Sesaat hati Zeze terbuai. Pria yang ia sukai, akhirnya menyatakan cinta padanya. Masa sih?"Tentu saja bohongan." Tebas Ivan seolah paham isi kepala Zeze yang terus bertanya-tanya soal penembakan ini. "Ini semua karena orangtua saya yang terus menanyakan soal pacar. Jadi sebagai atasan, saya perintahkan kamu untuk menjadi pacar saya demi mengelabui orangtua saya. Ingat, ini perintah loh." jelas Ivan tegas. Penuh senyum licik terlukis di wajahnya. Caranya yang lugas menjelaskan soal pacar bohongan, kembali menghancurkan harapan Zeze yang sudah terbang tinggi."Tapi, pak..""Gak ada tapi. Ikuti perintah saya." tegas Ivan lagi memotong segala bentuk penolakan yang akan dilontarkan Zeze.Zeze menunduk bingung sekaligus tersenyum dalam diam. Senang hati mendapat pernyataan cinta dari seseorang yang dia suka walaupun bohongan, tapi bingung harus mer
Tepat jam 8 malam, Zeze telah muncul di lobby hotel yang dimaksud dan berkali-kali menelepon Mira sebagai orang yang mengundangnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ivan yang terganggu dengan maksud terselubung Mira, diam diam mengikuti Zeze sejak mereka pulang dari kantor. Syukurnya ia berhasil membuat gadis itu sibuk dan sedikit pulang terlambat hingga taka da waktu untuk mengganti pakaiannya sesuai instruksi Mira.Tak lama Mira dan teman-temannya muncul. Mereka semua tampak asing. Pria berjumlah tiga orang dan dua wanita lain yang tak pernah Zeze jumpai sebelumnya. Kini berjalan mendekat ke arahnya.“Kok kamu gak ganti baju?” tanya Mira kesal.“Saya baru selesai lembur dan langsung ke sini, bu.” jawab Zeze tak nyaman. Ia lalu meremas kemeja besarnya saat seorang laki-laki di antara yang datang bersama Mira memandang ke arah dadanya dengan tatapan nafsu.“Yaudah, yuk ke bar dulu. Soalnya partynya belum dimulai.” seringai Mira licik.Mira menggandeng tangan Zeze d
Di café milik teman Zanna saat ini sedang banyak pengunjung datang. Untnung milik temannya, jadi privasi Zanna agak dilindungi. Ada satu ruang khusus yang biasa dipakainya untuk menenangkan pikiran.“Selamat datang!” ucap salah satu pramusaji ketika ia lihat pria ganteng memasuki cafenya.“Dimana Sana Agustian?” tanya Satrio yang setengah jam lalu ditelepon Zanna dan meminta bertemu untuk membahas masalah mereka.“Ikut saya, mas!” seru pramusaji tadi setelah puas memandang keindahan Sat.Sat mengikuti langkah pramusaji ke lorong belakang dekat dapur mereka. Agak horror. Rasanya sudah seperti berada di sebuah adegan mengunjungi tempat jagal manusia di film thriller.“Silahkan, mas.”Sat yang masih berdiri di balik pramusaji terkesima memandangi ruangan di dalamnya yang kontras dengan jalan masuk menuju ke sini. Ruangan kecil itu sudah disulap bak kamar yang dikhususkan untuk Zanna. “Hai, calon suami aku!” sapa Zanna duduk santai ditemani dua gelas greent
“Aduh, adik cantik kamu gak apa-apa?” tanya si empunya musang itu tak kalah panik melihat piaraannya melukai seorang gadis kecil imut nan menggemaskan.Masih berusaha mendiamkan anak kecil yang menangis itu, si empunya musang meniup-niup luka cakaran yang tergambar dua garis di pergelangan kaki kanannya. Sang kakak kembar juga heboh sendiri dengan keadaan adiknya.“Adik cantik, ikut om ke klinik ya, kita obtain lukanya. Mama kalian mana?”Semula menangis kencang, Ailin mendadak tenang. Tangisnya berhenti ketika ia lihat ketampanan si empunya musang (anak kecil, anak kecil). Malah jadi Alan yang menangis sekarang.Mendengar suara heboh dan rebut-ribut yang sangat familiar, Zeze bergegas ke tempat kerumunan. Benar saja, ia melihat Ailin sedikit terisak dengan kondisi kaki yang mengucurkan darah dan Alan yang menangis tersedu-sedu.Zeze langsung mengambil tissue dan membasahinya dengan air mineral yang ia pegang. Lalu mengelap ke luka anak itu. Matanya tetap fokus p
“Oke Zanna, lihat kiri! Lagi! Good!.”Pujian demi pujian diucapkan seorang fotographer setiap kali ia puas dengan hasil jepretan epic nya mengabadikan momen terbaik Zanna saat melakukan pekerjaannya.Ini adalah pemotretan ke tiga yang harus Zanna jalani seharian ini di samping schedule lainnya. Namun tubuhnya sudah terasa remuk redam. Ingin sekali ia rebahan setiap melihat sesuatu yang empuk. Tapi semua harus diurungkan demi sebuah profesionalitas.Kring. Kring. Suara hp terus berbunyi mengganggu konsentrasi sang fotographer. Padahal sudah direject, tapi tetap saja hp nya kembali berbunyi.“Hp siapa itu? Bisa diamtikan gak? Ganggu orang aja. Bawa pergi!!!” bentak si fotographer yang terkenal tempramen itu.Semua orang diam dibentaknya. Hanya manajer Zanna yang berani buka suara hingga bergea di seluruh studio. “Milik Zanna, bang Ai.”Fotographer itu tertegun, jika ia tahu hp itu milik Zanna, ia tak akan marah dan teriak-teriak seperti kingkong minta kawin. Ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen