Saat asyik memandangi wajah damai Alvira saat tidur, ada rasa yang tidak biasa ia rasakan. Rasa yang dulu pernah ada kini terasa kembali. Sekian lama Daffin sudah tidak pernah merasakan debaran di dadanya. Debaran yang tak bisa untuk dijelaskan.
Daffin sudah merasakan kalau dirinya merasakan hal aneh jika bersama Alvira, sejak pertemuannya di rumah sakit. Tapi, semua itu diacuhkannya. Ia belum begitu percaya jika debaran itu adalah tanda di mana sudah ada tumbuh cinta di hatinya.
Namun, malam ini. Malam di mana pertama kalinya ia berada dalam satu kamar setelah ucapan saklar itu dilontarkan, Daffin merasa sulit untuk mengatur ritme jantungnya.
Kegugupannya berusaha ia tutupi dengan sikap dinginnya kepada Alvira. Perlahan ia bangkit dari sofa lalu melangkah mendekati Alvira, meja yang berada di depan sofa keduanya ia singkirkan perlahan. Duduk bersim
Sarapan pun telah selesai, semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap kembali ke rumah. Mereka pun telah janjian untuk berada di loby hotel sekitar jam sebelas.Daffin dan Alvira juga kembali ke kamar mereka. Di dalam kamar tidak ada yang terjadi, hanya saling diam dan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.Alvira sedang bertukar pesan pada Vita, menanyakan kenapa dirinya tidak hadir?Vita meminta maaf lewat pesan itu, karena ia tiba-tiba di minta untuk berkerja lembur sebab ada salah satu rekannya tidak dapat hadir. Dan terpaksa Vita mengantikannya.Karena keasyikan sampai-sampai Alvira tidak menyadarinya kalau Daffin sedang memperhatikan dirinya.Daffin memperhatikan sikap Alvira yang tiba-tiba kesal, tiba-tiba tertawa. Semua itu tak luput dari pandangan Daffin yang duduk berhadapan dengan Alvira.Vita juga memberitahu kalau besok dirinya masih dapat jatah libur, karena sebelum hari pernikahan nya Alvira beberapa kali kerja d
Tiba-tiba pemeran utamanya melakukan adegan romantis yaitu berciuman dengan begitu mesra dan saling membalas.Membuat Alvira menjadi tegang dan berkali-kali menelan salivanya. Daffin yang juga berada di sampingnya menjadi tidak fokus karna dengan melihat adegan itu saja membuat juniornya mampu bangun.Padahal hanya sebatas ciuman bibir saja, tapi adegan itu mampu membuatnya kepanasan.Jika keduanya menikah atas dasar cinta, Daffin langsung menyerang Alvira dengan mudahnya. Ini pernikahan mereka hanya di atas kertas walaupun mereka melakukannya secara sah.Daffin memang sudah mulai mencintai Alvira tapi ia tidak ingin membuat Alvira kehilangan kesucian dengan dipaksa. Daffin ingin melakukannya atas sama-sama saling cinta.“Shit,” umpatnya dalam hati karena mereka mulai melakukan adegan dewasa walaupun sebagian di sensor. Tapi junior Daffin sudah mulai tegak juga. Dengan gerakan cepat ia pun masuk ke kamar mandi dengan membanting pintunya
Alvira merasa kakinya sulit sekali untuk digerakkan, ia sudah berusaha untuk menggerakkannya tapi tidak bisa seperti ada beban besar yang menimpanya. Perlahan ia mulai membuka matanya.“Aaarrrggghhhh,” teriak Alvira.Membuat Daffin membuka matanya,” Lo kenapa sih teriak-teriak?” tanya Daffin dengan suara serak khas bangun tidur.“Lo ngapain di sini?” hardik Alvira.“Gue tidurlah emang tadi lo ngelihat gue lagi ngapain?” ucap Daffin yang terganggu akan teriakkan Alvira tadi.“Lo ngapain tidur di sini sama gua? Lo nggak ngapain-ngapain gua kan!”Alvira langsung menghujani beberapa pertanyaan kepada Daffin.“Tapi jika aku disentuhnya paling tidak di bawah sana akan terasa sakit. Kata orang begitu,” batin Alvira.“Lo nggak bangunkah, hari sudah hampir gelap,”ujar Alvira yang masih duduk di dekat DaffinDaffin tidak memperdulikan ocehan Alvira
Alvira menyerang Daffin dengan pukulan yang membabi buta sungguh Alvira malu dibuatnya. Daffin terus menggoda dirinya.Alvira memukul bibirnya yang sudah begitu lancang mengeluarkan kata-kata mistis itu.“Kenapa lo pukul bibir lo? Dia nggak salah kali, dari pada dipukuli sini gua kasih enak aja.”Masih dengan tawanyanya Daffin mengatakan itu kepada Alvira.“Lo diam nggak? Kalau nggak gua nggak bakal mau kerja sama lagi sama lo,” hardik Alvira.Daffin perlahan menghentikan tawanya,” mana bisa itu sudah ada tanda tangan lo dan itu sah jadi sebelum waktunya tiba lo nggak boleh macem-macem,” serang Daffin.“Siapa yang mau macem-macem satu macem aja kok,” balas Alvira.Daffin langsung menatap tajam Alvira. Memberi peringatan dari matanya itu. Tapi semua itu tidak Alvira hiraukan.“Gua capek debat ah,” ujar Alvira yang sudah menyerahkan dan membiarkan Daffin teus membulynya.
Daffin lebih dulu bangun, ia membuka matanya saat merasakan tangan kirinya kram kesemutan. Setelah dibukanya, ternyata tangannya itu dibuat bantalan kepala oleh Alvira. Ia pun tersenyum melihatnya karena saat ini posisi Alvira tengan mendusel di dada Daffin. Sebelah tangannya merangkul tubuh Daffin.Daffin membiarkan keadaan itu sesaat menikmati aroma tubuh Alvira. Perlahan didaratkannya bibirnya menyentuh kening Alvira. Hanya sesaat saja bibir itu di sana. Takut yang punya terbangun dan akan jadi kacau nantinya.Dengan perlahan Daffin membebaskan tangannya dari kepala Alvira. Gerakan itu sangat pelan dilakukan Daffin, takut jika Alvira nanti terbangun.Setelah Daffin berhasil, ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Mandi pagi untuk menyegarkan tubuhnya.Selesai mandi Daffin langsung menelepon restoran untuk memesan sarapan dan menyuruh untuk langsung mengnatarkan ke kamarnya.Saat Daffin menelepon ternyata Alvira terbangun. Alvira langsung dudu
Daffin dan Alvira sudah berada di mobil mereka sudah melakukan cek out.“Karena gua-.”“Apa?” timpal Daffin mengoreksi ucapan Alvira.Alvira langsung memukul keningnya lupa akan sesuatu.“Karena aku, masih libur bolehkah, singgah ke rumah ibu dulu sebentar. Kan kita masih ada waktu lama,”pinta Alvira.“Bagus! gitu dong kalau bicara sama suami, emang kamu mau ngapain ke sana?” tanya Daffin.“Ada sesuatu yang ingin ku ambil.”Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Daffin hanya sibuk menatap jalanan saja. Hingga mobil yang dibawanya berhenti tepat di depan pagar putih.Alvira keluar dari mobil diikuti oleh Dennis. Ini pertama kalinya Dennis akan masuk ke rumah Alvira, karena dirinya sudah sah menjadi suami istri jadi Daffin akan ikut ke mana langkah Alvira.Saat Alvira masuk tidak lupa ia mengucapkan salam. Alvira masuk diikuti boleh Daffin di belakang
Alvira melirik Daffin yang sudah tertidur. Ia pun tersenyum mengingat kekonyolannya dengan Daffin di hotel.Alvira berdiri lalu mendekat ke arah Daffin. Dipandanginya wajah Daffin dari dekat. Wajah itu terlihat begitu sempurna, lama Alvira terpaku akan ketampanan seorang Daffin. Tapi kekagumannya itu hilang saat Alvira mengingat sikap dinginnya Daffin.Alvira keluar kamar ingin melihat apakah ibunya sudah pulang apa belum. Alvira meninggalkan Daffin yang tertidur pulas di ranjang miliknya.Saat keluar kamar ia tidak mendapati Raka di tempat yang tadi. Ia kembali berjalan mencarinya di ruang televisi, dugaannya benar Raka duduk di sana sambil bermian ponsel.“Jam berapa kamu kuliahnya?” tanya Alvira yang sudah bergabung dengan Raka di sofa.“Bentar lagi kak.”“Kakak di rumah aja kan!” tanya Raka tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya.“ Iya, kakak tunggu ibu. Lagian Daffin masih ti
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama masalah makanan, akhirnya mereka pun sepakat untuk grab food saja. Tadinya Daffin ingin jika Alvira yang memasakkannya tapi Daffin tidak mau dimasakkan mie instan. Yang pada akhirnya Alvira memesan grab food.“Kamu mau ke mana?” tanya Alea yang melihat Alvira keluar dari kamarnya.“Tunggu makanan bu, aku grab food,” jelasnya.“Maafkan ibu ya, ibu nggak sempat masak. Ibu pikir kalian nggak singgah,” sahut Alea merasa bersalah.“Iya nggak papa Bu,” balas Alvira.Akhirnya pesanan yang ditunggu datang. Alvira menyiapkannya di piring dan membawanya masuk ke kamar.“Ibu kalau mau makan aja, aku pesan lebih kok,” tawar Alvira sebelum masuk ke kamar.“Ini makan dulu,” suruh Alvira yang meletakkan nampan berisi piring dan gelas itu di meja.Di kamar Alvira memang ada satu sofa yang di lengkapi dengan meja persegi kecil. Di