Share

100 Hari Bersamamu
100 Hari Bersamamu
Penulis: Author newbie

Chapter 1

Aruna menikmati setiap pijatan terapis yang tengah merelaksasi tubuhnya, tubuhnya sangat lelah karena harus melakukan pemotretan selama tiga hari berturut-turut di alam terbuka.

"Liza, tolong telepon Kastara dong." titahnya.

Liza tidak menyahutinya, ia masih tetap fokus menatap ponselnya. Mulutnya komat-kamit tanpa mengeluarkan suara, dari ekspresinya Aruna tahu kalau ada sesuatu hal yang tidak baik kini sedang terjadi.

"Aruna, skandal kamu ada yang bongkar." ucap Liza.

Mata Aruna terbelalak, "Skandal? skandal yang mana Liz?"

"Skandal kamu sama CEO muda itu, Mahendra Ragnala."

"Mampus aku, Liz. Terus gimana?" tanya Aruna panik.

"Mami Theana lagi usut siapa yang bongkar, tapi karena beritanya udah membludak luas mami Theana juga agak sulit buat bohong ke media."

Aruna panik, Mahendra pernah mengancam Aruna agar tidak membocorkan skandal mereka ke publik supaya nama baiknya tetap terjaga. Mahendra sudah menyogok wartawan dan media yang berhasil mendapatkan foto mereka, tapi entah bagaimana foto-foto mereka bisa tersebar luas bahkan saat mereka tengah berada di dalam kamar hotel.

Ponsel Aruna berdering tidak henti-hentinya, mulai dari orang-orang kantor Yvaine hingga Kastara terus meneleponnya. Aruna tidak berani menjawab panggilan telepon dari mereka, terutama Kastara.

"Kastara nelepon aku Liz, pasti dia udah tau skandal yang lagi rame di medsos."

"Mending angkat dulu deh, siapa tau kan ada hal penting yang Kastara mau bicarain."

Aruna menarik nafas dan mengumpulkan keberaniannya, jemarinya nampak ragu untuk menerima panggilan Kastara.

"Halo Kastara?"

"Kamu di mana?" tanya Kastara ketus.

"Di spa deket kantor Yvaine sayang, emang kenapa?"

"Temuin aku di coffe shop bulan, sekarang." titahnya.

"Oke, tunggu ya?"

Kastara memutus panggilan teleponnya, Aruna yakin Kastara pasti ingin membicarakan skandal antara dirinya dan Mahendra. Secepat kilat Aruna bersiap-siap untuk menemui Kastara, ia bahkan sampai lupa mengenakan penutup wajah untuk menghindari paparazi.

Mata Aruna menyapu setiap sudut gedung coffe shop, seorang lelaki bertubuh tinggi atletis tengah menunggunya di pojok ruangan. Wajahnya nampak gelisah, seakan tidak sabar untuk mendengarkan penjelasan dari Aruna.

"Kastara," panggilnya.

Aruna duduk di kursi yang berhadapan dengan Kastara, netranya menatap tajam Aruna hingga Aruna tidak berani beradu tatap dengannya.

"Apa bener kamu ada hubungan sama Mahendra Ragnala?"

"Enggak Kastara, itu berita bohong! Foto-foto yang kesebar luas itu bukan aku, itu pasti editan!" sanggahnya, namun sayang Aruna tidak bisa berbohong pada Kastara.

"Aku tau persis itu kalo itu kamu, gak ada yang punya tato itu selain kamu."

Aruna memiliki tato bulan sabit bunga di bagian panggulnya, tato itu hanya bisa terlihat jika Aruna tidak mengenakan pakaian. Kastara tau persis letak dan bentuk tato tersebut karena mereka pernah berhubungan intim, Aruna tidak dapat mengelaknya lagi sebab tato itu menjadi bukti kalau yang ada di foto adalah dirinya.

"Kita mau nikah tiga bulan lagi, dan kamu tega main api di belakang aku Aruna." ujar Kastara.

"Tapi itu semua terjadi karena kamu juga Kastara, kamu ngajak aku break tanpa alasan yang jelas. Hilang selama empat bulan tanpa kasih kabar, kamu yang mulai semuanya Kastara!" Aruna menangis terisak.

"Aku ngajak kamu break karena aku capek sama tingkah kamu Aruna! aku mau kamu introspeksi diri, bukan malah main serong sama cowok lain!" bentak Kastara.

Kastara menarik nafas panjang dan melepaskan cincin yang ada di jari manisnya, "Aku udah putusin buat batalin rencana pernikahan kita, maaf."

Kastara bangkit dan meninggalkan Aruna tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya, belum juga kesedihan Aruna hilang kini masalah kedua sudah mendatanginya. Anak buah Mahendra datang menjemputnya untuk menemui Mahendra, tidak lupa juga mereka membawa Liza yang sudah lebih dulu berada di mobil milik Mahendra.

Aruna dan Liza digiring masuk ke sebuah perumahan, tempat ini nampak sepi tapi banyak penjaga keamanan yang berkeliling di sekitar perumahan.

"Silahkan temui Tuan Mahendra di dalam," titah anak buah Mahendra.

"Liz aku takut, kita gak mau di apa-apain kan sama Mahendra?" bisk Aruna.

"Mana aku tau, Aruna. Aku sampe bawa stunt gun di dalam tas saking takutnya tau!" sahut Liza.

Mereka saling bergandengan tangan saat masuk ke rumah mewah milik Mahendra, tidak ada yang mencurigakan disini dan semua tampak normal di mata Aruna.

Mahendra duduk santai di sofa mahal miliknya, dalam keadaan genting seperti ini ia masih bisa terlihat santai sambil menyeruput teh hijau kesukaannya.

"Duduk," titah Mahendra.

Liza dan Aruna serempak duduk, jantung Aruna berpacu tidak beraturan karena takut menghadapi Mahendra.

"Saya sudah pernah bilang sama kamu kan untuk menjaga skandal ini agar tidak menguap ke publik?"

"I-iya mas," sahut Aruna.

"Lalu kenapa skandal ini bisa tersebar? dasar jalang! apa belum cukup kemewahan yang saya berikan untuk menutup mulut kamu?!" Mahendra menampar pipi Aruna keras.

Aruna menangis di pelukan Liza, ia sungguh tidak tahu mengapa skandal itu bisa tersebar luas.

"Maaf Pak Mahendra, tapi Aruna memang tidak tahu tentang hal itu. Secepatnya kami akan meredupkan skandal tersebut, dan mengembalikan nama baik Pak Mahendra." ucap Liza.

"Baik, saya tunggu kabar baiknya."

Liza merangkul Aruna keluar, ia terus meyakinkan Aruna kalau semua masalah ini pasti bisa teratasi. Selama ini Mahendra memang dikenal sebagai pengusaha dengan nol berita negatif, media selalu menerbitkan berita yang baik tentang Mahendra karena ia rajin sekali memberikan uang pada wartawan yang mewawancarainya.

"Jangan nangis lagi Aruna, yang paling penting itu sekarang kita pikirin cara buat hilangin berita skandal kamu dan Mahendra."

*****

Sesampainya di kantor Aruna langsung dihadang oleh Theana, ia memberikan isyarat pada Aruna dan Liza untuk memasuki ruang rapat kantor.

"Aruna, sekarang kamu ada ide apa buat lenyapin berita skandal ini?" tanya Theana.

Aruna menggeleng, "Gak ada Mi, Aruna juga bingung."

Theana berdecih, "Dulu saya sudah peringatin kamu buat gak main api sama Mahendra, tapi kamu gak pernah mau dengerin saya. Asal kamu tau Aruna, kalau kamu tidak bisa mengatasi berita skandal ini maka Mahendra akan menuntut kamu dan perusahaan kita atas pencemaran nama baik."

"Tapi mi, dia gak bisa nuntut kita gitu aja. Kan ada bukti kalau itu emang bener dia dan aku yang ada di kamar hotel,"

"Kamu lupa siapa Mahendra? membuat Yvaine bangkrut pun dia bisa! dia itu pemegang saham terbesar di Yvaine dan berkat dia perusahaan kita bisa berkembang sampai sekarang!" bentak Theana.

"Saya kasih kamu waktu satu minggu buat atasin masalah ini," sambung Theana.

Kini tinggallah Liza dan Aruna yang berada di ruang rapat, Aruna rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi saat ini juga demi menghindari masalah.

"Aruna, gimana kalau kamu publish rencana pernikahan kamu sama Kastara ke publik? kalo publik tau kamu dan Kastara bakal menikah pasti berita itu bisa kita redupin sedikit, ya kan?" usul Liza.

"Gimana mau di publish Liza, Kastara aja udah batalin rencana pernikahan tadi." sahut Aruna.

"Tapi cuma itu jalan satu-satunya buat nutup sedikit celah bocornya berita kamu, harus ada cowok yang jadi alibi dan masalah foto itu bisa kita bilang kalo itu Kastara."

Aruna bengong sembari meletakkan kepalanya di atas meja, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.

"Liza, aku ada ide!" ucap Aruna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status