Share

Bab 17 - Bulan Sabit

Prabu membawaku ke sebuah danau yang tak jauh dari Bloom Café. Kemudian di danau tersebut, ada sebuah taman. Prabu yang ngeh melihat ada penjual es krim kemudian pergi untuk membelikan es krim agar aku bisa tenang. Sebelum pergi, ia menyampaikan agar duduk di taman terlebih dahulu. Aku duduk dan memandangi pantulan bulan sabit di danau tersebut sambil mendengarkan lantunan adzan Isya. Tak lama, handphonen ku hidupkan karena sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun. Layar terbuka dan melihat banyak panggilan masuk seperti dari Nafis, Bu Zeva dan Pak Emil. Tiba-tiba ada sebuah notifikasi pesan dari mbah kakung.

Mbah Kakung

Nduk, sibuk tidak? Mbah mau berbicara.

Aku kemudian membaca situasi dan berdiri mencari tempat yang sepi agar bisa leluasa. Langkah berhenti di sebuah bangunan kamar mandi yang sepi. Di balik bangunan, aku mengangkat panggilan dari Kakek. Tangisan tumpah ruah ku keluarkan.

“Mbah kakung, aku harus gimana? Aku sudah gak kuat,” keluhku kepada Kakek. Seketika kakek
Ekayaki

jangan lupa feedbacknya, kasih bintang dan gem-nya ya. Biar semangat menulisnya :)

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status