“Kapan?”
“Saat aku menjemputnya dan membawanya kemari. Aku pergi meninggalkannya karena dia masih ketakutan, aku tidak mau membuatnya sampai jatuh pingsan. Maka dari itu aku memintamu untuk menemaninya!”
“Akira, ya aku mengerti sekarang. Aku dan Aresha akan menemaninya besok, kamu persiapkan saja dirimu baik- baik. Ya, nanti akan ada waktunya juga untukmu bertemu dengannya. Kami berdua tidak mungkin terus menemaninya” ucap Yasashi.
“Kenapa? Bukankah akan lebih baik kalian berdua menemaninya, dengan begitu dia akan menerima kalian kan?”
“Ya benar sih, tapi dengan begitu pula ia akan menaruh hatinya padaku!” ucap Yasashi tersenyum manis.
Ucapan Yasashi tidaklah lucu bagi Akira, justru Akira di buat kesal dengan ucapan itu.
“Apa maksudmu?” ucap Akira sembari berdiri dan mengepalkan tangannya.
Spontan Yasashi tertawa kecil, “Hahaha.... kalau begitu beranikan lah dirimu untuk menerima dirimu apa adanya. Jika memang takdir seperti itu maka tidak akan ada yang menghalangi kalian berdua kan?”
Akira pun berhenti marah pada Yasashi, Akira kembali duduk di sofa. Ia tersenyum manis dan kala tertawa kecil.
“Ya baiklah- baiklah. Urus saja dia dulu dengan baik, jangan biarkan di pulang lebih cepat!” ucap Akira memutuskan.
Putri Aresha dan Pangeran Yasashi tersenyum manis. Mereka menyetujui keputusan ini sekarang.
Perlahan- lahan rembulan malam dan bintang yang indah pergi meninggalkan negeri ini, kepergian mereka digantikan oleh arunika yang memberikan kehangatan dan kehidupan.
Aku terbangun dan merasakan kegelapan akan tempat ini. Aku merasa matahari telah bersinar terang di luar. Aku pun bergegas bangun dan segera membuka tirai jendela. Begitu terbuka aku melihat pemandangan indah, hutan belantara yang kulihat malam tadi itu memang benar, itu adalah hutan dan tempat ini yang tidak begitu ditumbuhi oleh tanaman dengan subur. Aku sekarang berada di istana seseorang, dan ini bukan lah mimpi. Untuk memastikan ini benar- benar nyata, aku mencubit tanganku sendiri hingga aku kesakitan.
“Awwww.... sakit! Ya ampun ini bukan mimpi....( beberapa saat kemudian aku tersadar) Apa? Ini bukan mimpi! Lalu aku berada dimana? Ya ampun, aku harus menemui Aresha! Mungkin dia bisa menjawab pertanyaanku sekarang, tapi... aku harus membersihkan diriku. Ya, tapi jika begitu maka aku tidak punya pakaian lain. Oh ya...( melirik lemari dan mendekatinya, lalu membuka lemari. Melihat lemari dipenuhi oleh gaun yang indah) wow.... gaun yang indah! Baiklah, pilih satu!” ucapku pada diri sendiri dengan semangat pagi.
Tidak lama kemudian aku telah selesai bersiap, dan segera keluar dari kamar ini dengan membawa tasku. Aku tidak akan meninggalkan satu barang pun disini, ya barangku.
Tidak disangka olehku, suasana malam yang sunyi itu telah berubah menjadi suasana ramai. Pagi ini aku melihat banyak orang disini. Mereka semua sibuk dengan kegiatan mereka masing- masing. Bahkan diriku, ya diriku tampaknya telah ditunggu oleh Aresha.
“An, sudah bangun? Sini! Aku mau menunjukan sesuatu sama kamu loh!” ucapnya sembari melambaikan tangan padaku.
Aku yang melihat dan mendengar dirinya pun segera bergegas mendekatinya. Aku segera menuruni anak tangga hingga tiba di dekatnya.
“Ya, apa yang menarik? Oh ya, disini banyak sekali orangnya. Mereka semua siapa?”
“Oh, itu jangan pedulikan mereka. Mereka adalah pelayan dan penjaga di tempat ini. Aku mau menunjukan sesuatu sama kamu loh, tapi kita harus keluar dari sini. Aku mau mengajakmu jalan- jalan, kamu mau kan?”
“Jalan- jalan ya? Tapi aku harus bertemu dengan orang yang membawaku kemari itu loh, siapa namanya?”
“Akira, maksudmu?”
“Ya, Akira!”
“Tenang saja, nanti siang dia akan datang kok. Dia sedang sibuk kalau pagi- pagi begini. Kita jalan- jalan dulu yuk? Pagi- pagi begini biasanya banyak banget loh pedagang yang datang ke kota ini. Mau lihat tidak? Pokoknya ini pasti sangat menarik!”
“Oh ya? Baiklah jika begitu, ya aku akan membeli beberapa barang jika memang ada barang yang bagus!”
“Wah, sama dong! Aku juga berniat gitu. Ayo kita pergi?”
“Yo!”
Aku dan Putri Aresha pun pergi, kami berdua menaiki kereta kuda. Kereta yang menarik dan bergaya klasik. Dalam perjalanan menuju tempat yang menarik itu, kami berbincang.
“Wah, kamu cantik banget hari ini! Aku baru nyadar loh kamu pake gaun” pujinya padaku hingga membuatku merasa malu.
“Ya, terima kasih. Maaf ya aku tidak meminta ijin lebih dulu memakai gaun ini. Apa aku boleh memakai gaun ini?”
“Ya tentu saja, kamu boleh memiliki gaun dalam lemari kamar mu itu loh! Semuanya jika kamu mau!”
“Benarkah? Wah, terima kasih banyak. Tapi bukannya aku menolak, aku lebih suka pakaian yang simpel. Apa ada seperti itu?”
“Pakaian yang simpel ya? Hah, maaf ya aku tidak punya! Tapi aku punya gaun yang memakai bawahan celana loh! Kamu tenang saja, rasanya sih itu ada di lemarimu. Apa kamu sudah membuka semua lemarimu?”
“Ya sudah, ada satu lemari kan? Semuanya berisi gaun!”
“Oh, tidak. Kamarmu itu memiliki lebih dari satu lemari, ya ampun itu salahku! Seharusnya aku menunjukan lemarinya padamu. Setelah ini aku akan menunjukan lemarinya deh padamu!”
“Hahaha... tidak perlu, tidak perlu repot- repot. Ini saja sudah cukup, aku sangat berterima kasih padamu dan juga pada Akira. Akira kan namanya?”
“Ya benar, Akira!”
“Sebenarnya kita mau kemana sih?” ucapku sembari tersenyum manis dan membuka sedikit tirai jendela kereta kuda ini.
“Hah, tenang saja! Bersikap biasa saja lah, sebenarnya kita akan pergi ke kota. Lebih tepatnya ke pusat perbelanjaan. Kamu pasti akan menyukainya!”
“Oh, ya itu cukup menarik. Aku harap bisa menemukan beberapa benda yang bagus!”
Aresha tersenyum manis padaku, ia tak pernah melepaskan pandangannya padaku. Sementara hatinya berkata, “Apa maksudmu cukup menarik? Apa rencanaku tidak menarik? Memang apa yang kamu inginkan hingga kamu bisa mengatakan sesuatu yang menarik? Aku kan cuman melaksanakan perintah Akira, agar kamu bertahan di negeri ini!” kesalnya.
Aku pun terus melihat pemandangan di luar kereta ini, pemandangan yang benar- benar membuatku kagum. Aku seperti berada di dunia masa lalu, semua yang kulihat bergaya klasik dan menarik untuk diperhatikan. Semua orang disini menjadikan kuda sebagai transportasi. Bahkan kulihat ada beberapa orang berpenampilan seperti pendengar dengan pedang, dan panah. Mereka semua terlihat hebat sekali.
Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha.
“Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya.
“Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower”
“Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku.
“Ya, Kota Flower.”
“Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?”
“Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?”
“Ah ya karena kupikir mereka seperti mengenakan pakaian festival, pakaian mereka semua menarik. Apa ini sebuah acara?”
Aresha terdiam, dia pun berucap dalam hatinya “Apa maksudmu? Tidak ada festival, tidak ada acara! Mereka memang berpakaian seperti itu gadis bodoh!” kesalnya sementara dirinya terlihat tersenyum manis pada An.
Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha. “Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya. “Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower” “Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku. “Ya, Kota Flower.” “Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?” “Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?” “Ah ya karena k
Aku pun mulai mengeluarkan handphone dari dalam tasku, lalu mulai menghubungi ibuku. Deringan telpon berbunyi, menunggu beberapa saat untuk terhubung yang tidak lama kemudian telponku diterima oleh seseorang yang tidak lain adalah ibuku. “Hallo, An!” Aku mendengar suara ibu, aku merasa senang bercampur sedih. “Ibu, ini aku An. Aku ingin bicara dengan ibu. Apa ibu punya waktu sebentar untukku?” “An! Syukurlah kamu baik- baik saja, dimana kamu sekarang? Ibu harap kamu tidak kembali. Jangan pernah kembali kemari An. Pergi lah sejauh- jauhnya, jangan pernah kembali An” ucap ibu dengan nada bicara senang bercampur sedih. “Ibu, apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang terjadi?”
Aku yang mendengar ucapan perempuan itu sontak kaget, aku mulai berpikir sesuatu telah menimpa keluargaku disana. Aku berpikir perempuan ini telah membunuh keluargaku. Sontak aku langsung syok, dan menangis. Aku tidak langsung mematikan ponselku, melainkan segera menyimpan rekaman perbincangan yang kudengar lewat ponsel ini. Ponselku selalu melakukan hal otomatis saat menghubungi seseorang. Ponselku telah mengatur rekaman ini sejak awal, dan aku secepatnya menyimpan rekaman ini lalu mengakhiri komunikasi ini. Aku tidak boleh panik dan menduga berlebihan tentang keluargaku, aku pun secepatnya meminta bantuan orang lain yang tidak lain adalah tetanggaku yang dulu, dan kini dia sudah pindah tetapi aku masih menyimpan ponselnya saat aku masih serumah dengan ibuku. Aku pun mengirimkan pesan padanya, “Pagi Bibi Mei, ini aku An. Aku baik- baik saja disini. Aku ingin meminta bantuan bibi, bisakah bibi datang ke r
Dedaunan kembali berjatuhan. Sementara di atas pohon besar ini, diriku telah melihat siapa yang membuat getaran hebat dan hampir membuatku jatuh dari pohon ini. dia tidak lain adalah seorang laki- laki yang memukul pohon dengan sekuat tenaganya, bersama ketiga teman pria. Dia melakukannya lagi, dan aku tidak bisa bertahan dengan baik. Aku terlepas dari pengganganku, dan aku terjatuh dari atas pohon bersamaan dedaunan yang berjatuhan. “Aaaaa......!!!” teriakku dengan ketakutan yang hampir membuatku mati. Aku pikir jatuh dari pohon itu akan membuatku mati, tetapi kenyataannya tidak. Aku jatuh dan menimpa seseorang di bawah. “Brukk!” suara jatuh diriku menimpa seorang pria di bawahnya. Terjatuh menimpa pria itu dengan posisi berada diatas tubuhnya, karena jatuh dari poh
Aku pun segera meminum air pemberian pria ini. Segar dan sejuk, dan aku mendapatkan energiku lagi. Itu lah yang aku rasakan setelah meminum air ini. Aku merasa lega dan kesadaranku kembali. Setelah terasa cukup untuk minum, aku segera mengembalikan minuman ini pada pria itu.“Ini, terima kasih
Brother kedua pun berucap, “Brother, kamu mau kemana?”“Ya pulang lah, kenapa harus terus disana? Apa tidak ada tempat lain?”Dua brother pun segera menyusulnya, sembari berjalan brother kedua berucap “Younger brother, saya dan brothe
“Hei, apa kamu baik- baik saja? An...An!”Aku tertegun dalam lamunan, melihat Kazexian sesaat lalu berucap “Ya, ada apa? Maaf!”
“Ya maksudku sifat mereka. Ketampanan belum tentu mencerminkan sifat asli mereka, bisa saja tampan tapi sifat jahat!”“Ah, kamu berlebihan!” ucap Aresha sementara hatinya berkata “Ya benar, maaf ya. Tapi he akan memperlakukanmu dengan sangat baik. He adalah jodohmu!&rdqu