Nabastala malam ini diselimuti awan mendung, tak ada satu pun bintang yang menampakkan kilaunya. Semilir angin berhembus masuk ke dalam salah satu ruangan di gedung berlantaikan delapan, gedung milik perusahaan property terkenal di Indonesia, Darma Corp.
Tirai dengan warna putih tulang yang menghiasi ruangan kerja wanita berparas ayu tampak berayun mengikuti arah hembusan angin.
Atensi Suci Indah Ayu, sang pemilik ruangan nampak teralihkan, perasaannya yang gamang sedari tadi seolah pertanda dari semesta untuk memberi tahu dirinya tentang suatu hal yang akan terjadi.
Ayu, sehari-harinya dia dipanggil adalah wanita berusia 24 tahun. Istri dari Yudi Eka Setiawan dan juga ibu dari Zaskia Azzahra Khumairah. Bekerja sebagai Personal Assistant untuk Thareq Akbar Satria selama hampir dua tahun. Yudi bukan tidak mampu menghidupi istrinya, tapi apapun yang diinginkan oleh sang istri Yudi akan selalu menjadi yang pertama dalam mewujudkannya.
Ayu bukanlah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki kelas ekonomi ke bawah. Suci Indah Ayu adalah anak dari pasangan Galih Surya Atmadja dan Kinanti Sekar Kinashi sepasang suami istri yang memiliki kasta priyayi.
Saat ini Ayu seharusnya sudah menerima estafet kepemimpinan Papa Galih, tapi tidak. Ayu tidak ingin tergesa-gesa dalam melakukan hal tersebut. Layaknya seorang bayi sebelum bisa berjalan, Ayu harus diajari dulu caranya duduk, merangkak lalu berdiri.
Bekerja di Darma Corp, Ayu jadikan sebagai batu loncatan agar di saat yang tepat dia bisa memimpin Angkasa Group tanpa harus mempermalukan sang papa.
KREK~~~
Pintu ruangan berwarna coklat tua itu terbuka tanpa didahului oleh ketukan terlebih dahulu. Ayu tak sedikit pun mengalihkan atensinya pada layar laptop yang sedari tadi dia tatap. Ayu tahu dan sangat mengenali siapa sosok yang menyembul dari balik pintu ruangannya itu.
Dia adalah Thareq Akbar Satria, atasan sekaligus sahabat terbaik yang Ayu miliki selama 11 tahun lamanya. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan dirinya sekalipun dia berada dalam titik terendahnya.
"Lo, lembur?" tanya Akbar seraya menghempaskan bokongnya pada kursi yang berada di depan meja kerja Ayu.
Hanya anggukan kepala yang Ayu berikan sebagai jawaban atas pertanyaan Akbar barusan. Suasana kembali hening dan ini adalah suasana yang Ayu benci ketika berada bersama orang-orang terdekatnya.
"Ada yang lo sembunyiin, kan dari gue?" terka Ayu kemudian menatap Akbar penuh intimidasi. Akbar terkesiap dari lamunannya, pria yang sebaya dengan Ayu tampak berpikir keras sejak kapan Ayu memiliki keahlian membaca pikiran orang seperti cenayang.
"Nggak, kok. Gue nggak nyembunyiin apa-apa dari lo," kilah Akbar. 11 tahun bersahabat sudah lebih dari cukup untuk Ayu maupun Akbar untuk saling mengenal satu sama lain.
Bukannya mempercayai Ayu justru semakin gencar memaksa Akbar untuk jujur padanya, "Kita ngobrolnya entar aja, selesaiin dulu tuh kerjaan lo!" titah Akbar seraya menunjuk tumpukan berkas yang berada di hadapan Ayu.
Mau tak mau, akhirnya Ayu mematuhi titah yang diberikan oleh orang nomor dua di Darma Corp itu. Jentik jemari Ayu yang menari-nari di atas keyboard beradu dengan detik jam besar di dinding putih hanya sekedar mengisi kesunyian malam ini.
Akbar sesekali mencuri pandang, hanya untuk menilik wajah sahabatnya itu. Bagaimana jika kabar yang akan Akbar sampaikan itu justru memporak-porandakan hatinya?
Sejam berlalu pekerjaan Ayu akhirnya rampung juga, dia menggerakkan kepala serta pundaknya ke kanan dan ke kiri untuk meminimalisir lelah dalam dirinya.
"Gue u ....," ucapan Ayu menggantung begitu saja kala mendapat selaan dari Akbar kalau dirinya harus menemani sahabatnya itu makan malam terlebih dahulu. Karena tak punya pilihan lain, akhirnya Ayu mengiyakan Akbar.
Baik Ayu maupun Akbar sedang dilanda kecemasan masing-masing, tapi dua sahabat ini adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaan mereka. Ayu memfokuskan dirinya menatap keluar jendela, sedangkan atensi Akbar sepenuhnya berada di jalanan yang berada di hadapannya. Kondisi jalanan ibu kota yang lengang memudahkan kedua sahabat itu sampai di tempat tujuan mereka.
Setengah jam berlalu aktifitas makan mereka pun akhirnya selesai, "Cepat, lo cerita!" titah Ayu lalu kembali memberikan Akbar tatapan penuh intimidasi.
Akbar tampak mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku jas yang membalut tubuh kekarnya. Ayu tampak ragu ketika menerima surat yang Akbar sodorkan padanya.
"Lo, buka aja!" kini Akbar yang kembali menitah Ayu, pancaran sendu yang Ayu lihat dari kedua manik mata Akbar membuatnya yakin bahwa ada hal buruk yang akan segera terjadi.
DEG~~~
Kedua bola mata Ayu seakan ingin jatuh berserakan ketika membaca isi surat yang Akbar berikan padanya. Nama suaminya tertulis indah sebagai nama salah satu orangtua dari dua bayi yang besok akan diaqiqah. Hancur sudah hidupnya, hancur sudah bahtera rumah tangganya bersama Yudi Eka Setiawan yang telah mereka arungi selama 6 tahun lamanya.
Suami yang dia sangka setia nyatanya telah membagi benihnya bersama wanita lain.
"Ini beneran di ....," ucapan Ayu kembali menggantung manakala Akbar menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri. Tapi hal itu semakin membuat hati Ayu temaram, sebab ada kilatan keraguan yang dia tangkap dari kedua manik mata Akbar.
"Dia bohongin gue, Bar!" keluh Ayu. Derai air bening telah menganak sungai membasahi pipi mulusnya. Tak banyak yang bisa Akbar lakukan selain mendekap erat Ayu.
~~~
Matahari pagi ini, seakan malu untuk menampakkan sinarnya, nabastala masih diselimuti mendung seperti semalam.
Apakah awan mendung juga akan segera datang menghampiri kehidupan Ayu? Entahlah.
"Ki, bangun sayang!" pinta Ayu seraya menjiwil hidung mancung putri semata wayangnya. Semua yang ada pada Zaskia memanglah turunan dari sang ayah.
PYAR~~~
Pigura yang membingkai potret pernikahan Ayu dan Yudi 6 tahun yang lalu jatuh terhempas mengalihkan atensi wanita cantik itu. Yang membuat Ayu lebih terhenyak adalah, kenapa hanya bagian Yudi yang retak? Pertanda burukkkah ini?
Niat Ayu untuk membereskan pigura yang pecah itu harus dia urungkan kala mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Ayu saat melihat ada sosok wanita paru baya yang telah melahirkannya 24 tahun silam di depan kamarnya.
"Ada yang nyariin kamu, tuh!" jawab Mama Kinanti seraya menunjuk ke arah tamu putri semata wayangnya berada.
Ekor mata Ayu dia bawa ke jam yang menggantung di dinding kamarnya, masih terlalu pagi untuk Akbar datang menjemputnya bukan? Terlebih lagi tamu itu kini berada di ruang tamu rumahnya jadi dia bukanlah Akbar, sebab Akbar jika datang tempat favoritnya pasti meja makan.
Tak ingin tenggelam terlalu lama dalam semua ekspektasinya, akhirnya Ayu turun menghampiri sang tamu.
Ayu tampak berpikir keras apakah dirinya dan tamu ini pernah bertemu sebelumnya? Lalu mengapa pikiran Ayu tampak buntu ketika melihat rupanya?
"Dengan Ibu Suci Indah Ayu, betul?" terka si tamu. Ayu mengangguk tanda pembenaran tak lupa seulas senyum manis dia berikan pada tamunya itu.
"Saya Hutami, dari Pengadilan Agama," ucap wanita paru baya itu seraya mengulurkan tangan kanannya pada Ayu. Ibu dari Zaskia itupun menyambut uluran tangan Hutami sambil menyembutkan lagi namanya.
"Maaf pagi-pagi saya sudah mengganggu Ibu, maksud kedatangan saya kesini ingin memberikan ini, surat gugatan cerai yang Pak Yudi Eka Setiawan layangkan pada anda."
DAR~~~
Seperti ada petir yang mengilat tiba-tiba di pertengahan awan. Udara yang sedari tadi sejuk, mendadak sangat dingin karena angin berhembus sangat kencang.
Tersentak dan terperanjat, begitulah yang Ayu rasakan saat ini.
Bersambung...
Dengan berderai air mata Ayu kembali menuju kamarnya yang berada di lantai dua kediaman orangtuanya ini. Kemarin Yudi berpamitan ingin pergi ke luar kota untuk mengurus salah satu cabang cafenya yang tengah dilanda masalah, lalu kenapa ada gugatan cerai?Sapaan yang terlontar dari Papa Galih maupun Mama Kinanti, Ayu abaikan begitu saja. Tak ada yang dia sahuti. Awan hitam penuh nestapa kian banyak yang berada di atas kepalanya.Manik mata Ayu tertuju pada bocah kecil yang masih terlelap pulas di pertengahan ranjang berukuran king size miliknya.Tatapan nanar dan senyum getir tercetak dalam garis wajah cantiknya. Atensi Ayu beralih ke handbag yang semalam dia gunakan. Dengan langkah gontai dia mendekati Zaskia, malaikat kecilnya yang telah menemani hidupnya selama hampir enam tahun. Ayu duduk di bibir ranjang tak jauh dari posisi Zaskia berbaring.Kemudian Ayu mendaratkan satu kecupan singkat di kening Zaskia Azzahra Khumairah, "Ibu, nggak akan ninggalin kamu
Benar yang dikatakan Akbar, bahwa tidak ada pembenaran di atas kesalahan. Benar juga yang dikatakan Papa Galih, maaf saja tidak bisa menghapuskan luka di masa lalu. Sudah cukup Ayu memperbudak dirinya atas nama cinta, time is up untuk Yudi Eka Setiawan. Seharusnya, Ayu tetap memegang teguh prinsip yang dia dapatkan dari Firman Afif sebelum menikah dengan Yudi. Namun nasi telah menjadi bubur yang tak bisa lagi ditanak. Jangan pernah membaca novel dengan judul yang sama lebih dari sekali, karena endingnya akan tetap sama. Itu adalah prinsip yang Ayu dapatkan dulu dari salah satu sahabat terbaiknya. Ayu seolah menutup rapat kedua telinganya, tak ingin mendengarkan nasihat dari Firman. Yudi Eka Setiawan adalah lelaki pertama yang mengenalkan cinta pada Ayu, tapi jalinan kasih antara keduanya tidaklah berlangsung lama. Setahun berpacaran dengan putri mahkota Angkasa Group, Yudi secara tegas harus mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena bosan apala
Ponsel yang sedari tadi berada didalam handbag Ayu terus berdering nyaring, tapi hal itu tidak sedikitpun mengalihkan atensinya.Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya, warna jingga sudah mewarnai langit pertanda gelap akan segera datang.Ayu tahu yang sedari tadi menghubunginya adalah orang-orang terdekatnya, mungkin saja Papa Galih, Mama Kinanti ataupun Akbar.Kepergian Ayu selama berjam-jam tentu saja hal yang menjadi hal yang paling dikhawatirkan apalagi, Ayu meninggalkan rumah dalam kondisi hati yang tak ceria.Setelah memarkirkan mobilnya, Ayu tidak langsung keluar. Wanita yang kini berangsur menjadi kuat itu lantas memeriksa ponselnya yang sedari tadi berdering tanpa jeda, membuat kuping si empu memanas saja.Netra pekat milik Ayu membola takkala melihat nomor yang sedari menelponnya bukanlah Papa Galih, Mama Kinanti, maupun Akbar.Tanpa dia sadari air matanya menetes tanpa aba-aba sedikit pun. Orang yang menghilang dari hidupnya seja
Fajar kembali menyising, nabastala tampak cerah secerah hati wanita yang sebentar lagi siap menyandang gelar barunya sebagai seorang janda beranak satu.Apa pun yang telah Tuhan gariskan padamu akan tetap menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar prinsip Suci Indah Ayu. Dia adalah wanita yang tidak ditakdirkan untuk dibahagiakan oleh Yudi.Saat ini hanya ada Papa Galih, Mama Kinanti dan Zaskia yang tengah disuapi oleh Bu Surti di gazebo belakang.Karena pagi-pagi sekali Ayu telah berangkat bekerja, entah dia memang berangkat untuk bekerja atau ada urusan lain, biarlah itu menjadi privasinya.Papa Galih telah selesai dengan aktifitas sarapan paginya dan segera bangun dari duduknya memakai jas hitam yang telah dia sampirkan sebelumnya di sandaran kursi.Mama Kinanti pun ikut bangun dari duduknya, mengantar kepergian sang nahkoda cinta sampai ke teras rumah mereka.Mama Kinanti meraih punggung tangan kanan Papa Galih untuk dia
Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus."Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu."Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa."Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking."Dia itu asistenku," jelas Agasa.Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan.Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya."Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat tak serapuh yan
"Bar, gue ....""Lo kenapa, Yu?" sela Akbar. Nada bicaranya pun naik satu oktaf."Gue rindu dia, Bar. Lo ingat nggak? Waktu gue hamil Zaskia, dia tuh suka banget ngelus-ngelus perut gue," Ayu berhambur memeluk Akbar, mencengkeram erat jas bagian belakang sahabatnya.Akbar paham kalau bukan saatnya menjadi penyidik yang menanyai Ayu lebih mendalam. Tak ada pilihan untuk Akbar selain membiarkan Ayu memeluknya.Entah dia siapa yang Ayu maksud saat ini, apakah mantan suaminya yang telah menorehkan luka atau ada dia yang lain, entahlah."Dia terluka, Bar. Dia juga sakit," pangkal bahu Ayu naik turun seirama dengan isak tangisnya."Yu, lo ngomong yang jelas dong," titah Akbar karena dia belum mampu menyerap dengan baik maksud ucapan Ayu.Ayu menangis sesegukan, Akbar bisa merasakan kebasahan di bagian depan bajunya. Akbar diam, tak lagi menanyai Ayu khas penyidik KPK yang sedang menangani kasus besar korupsi. Karena inti dari menghadapi seorang Su
"Dia menderita GDM?" Papa Galih terhenyak kala mengetahui bahwa orang yang dia cari itu menderita GDM."Iya, Pak," jawab Bayu dengan lugas.GDM atau Gangguan Depresi Mayor adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.Papa Galih kembali fokus membaca informasi yang telah Bayu dapatkan untuknya, tapi perasaannya seolah berkhianat tanda bahaya apakah ini?Menghampiri ke kantornya tentu bukan pilihan yang baik, mengingat Agasa memberikannya cuti sampai beberapa hari ke depan. Papa Galih meraih kunci mobil yang be
BRAK~~~Pintu ruangan Agasa terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Membuat pemilik ruangan menghentikan sejenak pekerjaan. Atensinya tertuju sepenuhnya pada wanita berbalut gamis warna maron."Kamu kenapa, Li?" tanya Agasa pada Vilia Khaerani sekretaris Agasa.Vilia tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang pemilik Firma Hukum itu. Dia harus mengatur ritme napasnya terlebih dahulu."Li, ada apa sih? Kamu kesambet apa?" kelakar Agasa."Firman kecelakaan, Pak," pena yang sedari tadi yang digenggam oleh pengacara kondang jatuh terhempas begitu saja.Matanya membola sempurna, jantung berdegup cukup kencang."Jangan asal bicara kamu, Vilia," sergah Agasa.Yang membuat Agasa lebih tercengang ketika menyadari wanita di hadapannya ini adalah wanita yang menjunjung tinggi sebuah kebenaran.Vilia kembali ingin memberikan sebuah pembenaran, tapi Agasa bangkit lalu mengambil jasnya yang dia sampirkan di sandaran kursi kerjanya."Dim