Share

Sahabat Tapi Cinta
Sahabat Tapi Cinta
Penulis: ALWA

Awal Yang Menyakitkan

Nabastala malam ini diselimuti awan mendung, tak ada satu pun bintang yang menampakkan kilaunya. Semilir angin berhembus masuk ke dalam salah satu ruangan di gedung berlantaikan delapan, gedung milik perusahaan property terkenal di Indonesia, Darma Corp.

Tirai dengan warna putih tulang yang menghiasi ruangan kerja wanita berparas ayu tampak berayun mengikuti arah hembusan angin.

Atensi Suci Indah Ayu, sang pemilik ruangan nampak teralihkan, perasaannya yang gamang sedari tadi seolah pertanda dari semesta untuk memberi tahu dirinya tentang suatu hal yang akan terjadi.

Ayu, sehari-harinya dia dipanggil adalah wanita berusia 24 tahun. Istri dari Yudi Eka Setiawan dan juga ibu dari Zaskia Azzahra Khumairah. Bekerja sebagai Personal Assistant untuk Thareq Akbar Satria selama hampir dua tahun. Yudi bukan tidak mampu menghidupi istrinya, tapi apapun yang diinginkan oleh sang istri Yudi akan selalu menjadi yang pertama dalam mewujudkannya.

Ayu bukanlah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki kelas ekonomi ke bawah. Suci Indah Ayu adalah anak dari pasangan Galih Surya Atmadja dan Kinanti Sekar Kinashi sepasang suami istri yang memiliki kasta priyayi.

Saat ini Ayu seharusnya sudah menerima estafet kepemimpinan Papa Galih, tapi tidak. Ayu tidak ingin tergesa-gesa dalam melakukan hal tersebut. Layaknya seorang bayi sebelum bisa berjalan, Ayu harus diajari dulu caranya duduk, merangkak lalu berdiri.

Bekerja di Darma Corp, Ayu jadikan sebagai batu loncatan agar di saat yang tepat dia bisa memimpin Angkasa Group tanpa harus mempermalukan sang papa.

KREK~~~

Pintu ruangan berwarna coklat tua itu terbuka tanpa didahului oleh ketukan terlebih dahulu. Ayu tak sedikit pun mengalihkan atensinya pada layar laptop yang sedari tadi dia tatap. Ayu tahu dan sangat mengenali siapa sosok yang menyembul dari balik pintu ruangannya itu.

Dia adalah Thareq Akbar Satria, atasan sekaligus sahabat terbaik yang Ayu miliki selama 11 tahun lamanya. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan dirinya sekalipun dia berada dalam titik terendahnya.

"Lo, lembur?" tanya Akbar seraya menghempaskan bokongnya pada kursi yang berada di depan meja kerja Ayu.

Hanya anggukan kepala yang Ayu berikan sebagai jawaban atas pertanyaan Akbar barusan. Suasana kembali hening dan ini adalah suasana yang Ayu benci ketika berada bersama orang-orang terdekatnya.

"Ada yang lo sembunyiin, kan dari gue?" terka Ayu kemudian menatap Akbar penuh intimidasi. Akbar terkesiap dari lamunannya, pria yang sebaya dengan Ayu tampak berpikir keras sejak kapan Ayu memiliki keahlian membaca pikiran orang seperti cenayang.

"Nggak, kok. Gue nggak nyembunyiin apa-apa dari lo," kilah Akbar. 11 tahun bersahabat sudah lebih dari cukup untuk Ayu maupun Akbar untuk saling mengenal satu sama lain.

Bukannya mempercayai Ayu justru semakin gencar memaksa Akbar untuk jujur padanya, "Kita ngobrolnya entar aja, selesaiin dulu tuh kerjaan lo!" titah Akbar seraya menunjuk tumpukan berkas yang berada di hadapan Ayu.

Mau tak mau, akhirnya Ayu mematuhi titah yang diberikan oleh orang nomor dua di Darma Corp itu. Jentik jemari Ayu yang menari-nari di atas keyboard beradu dengan detik jam besar di dinding putih hanya sekedar mengisi kesunyian malam ini.

Akbar sesekali mencuri pandang, hanya untuk menilik wajah sahabatnya itu. Bagaimana jika kabar yang akan Akbar sampaikan itu justru memporak-porandakan hatinya?

Sejam berlalu pekerjaan Ayu akhirnya rampung juga, dia menggerakkan kepala serta pundaknya ke kanan dan ke kiri untuk meminimalisir lelah dalam dirinya.

"Gue u ....," ucapan Ayu menggantung begitu saja kala mendapat selaan dari Akbar kalau dirinya harus menemani sahabatnya itu makan malam terlebih dahulu. Karena tak punya pilihan lain, akhirnya Ayu mengiyakan Akbar.

Baik Ayu maupun Akbar sedang dilanda kecemasan masing-masing, tapi dua sahabat ini adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaan mereka. Ayu memfokuskan dirinya menatap keluar jendela, sedangkan atensi Akbar sepenuhnya berada di jalanan yang berada di hadapannya. Kondisi jalanan ibu kota yang lengang memudahkan kedua sahabat itu sampai di tempat tujuan mereka.

Setengah jam berlalu aktifitas makan mereka pun akhirnya selesai, "Cepat, lo cerita!" titah Ayu lalu kembali memberikan Akbar tatapan penuh intimidasi.

Akbar tampak mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku jas yang membalut tubuh kekarnya. Ayu tampak ragu ketika menerima surat yang Akbar sodorkan padanya.

"Lo, buka aja!" kini Akbar yang kembali menitah Ayu, pancaran sendu yang Ayu lihat dari kedua manik mata Akbar membuatnya yakin bahwa ada hal buruk yang akan segera terjadi.

DEG~~~

Kedua bola mata Ayu seakan ingin jatuh berserakan ketika membaca isi surat yang Akbar berikan padanya. Nama suaminya tertulis indah sebagai nama salah satu orangtua dari dua bayi yang besok akan diaqiqah. Hancur sudah hidupnya, hancur sudah bahtera rumah tangganya bersama Yudi Eka Setiawan yang telah mereka arungi selama 6 tahun lamanya.

Suami yang dia sangka setia nyatanya telah membagi benihnya bersama wanita lain.

"Ini beneran di ....," ucapan Ayu kembali menggantung manakala Akbar menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri. Tapi hal itu semakin membuat hati Ayu temaram, sebab ada kilatan keraguan yang dia tangkap dari kedua manik mata Akbar.

"Dia bohongin gue, Bar!" keluh Ayu. Derai air bening telah menganak sungai membasahi pipi mulusnya. Tak banyak yang bisa Akbar lakukan selain mendekap erat Ayu.

~~~

Matahari pagi ini, seakan malu untuk menampakkan sinarnya, nabastala masih diselimuti mendung seperti semalam.

Apakah awan mendung juga akan segera datang menghampiri kehidupan Ayu? Entahlah.

"Ki, bangun sayang!" pinta Ayu seraya menjiwil hidung mancung putri semata wayangnya. Semua yang ada pada Zaskia memanglah turunan dari sang ayah.

PYAR~~~

Pigura yang membingkai potret pernikahan Ayu dan Yudi 6 tahun yang lalu jatuh terhempas mengalihkan atensi wanita cantik itu. Yang membuat Ayu lebih terhenyak adalah, kenapa hanya bagian Yudi yang retak? Pertanda burukkkah ini?

Niat Ayu untuk membereskan pigura yang pecah itu harus dia urungkan kala mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya.

"Kenapa, Ma?" tanya Ayu saat melihat ada sosok wanita paru baya yang telah melahirkannya 24 tahun silam di depan kamarnya.

"Ada yang nyariin kamu, tuh!" jawab Mama Kinanti seraya menunjuk ke arah tamu putri semata wayangnya berada.

Ekor mata Ayu dia bawa ke jam yang menggantung di dinding kamarnya, masih terlalu pagi untuk Akbar datang menjemputnya bukan? Terlebih lagi tamu itu kini berada di ruang tamu rumahnya jadi dia bukanlah Akbar, sebab Akbar jika datang tempat favoritnya pasti meja makan.

Tak ingin tenggelam terlalu lama dalam semua ekspektasinya, akhirnya Ayu turun menghampiri sang tamu.

Ayu tampak berpikir keras apakah dirinya dan tamu ini pernah bertemu sebelumnya? Lalu mengapa pikiran Ayu tampak buntu ketika melihat rupanya?

"Dengan Ibu Suci Indah Ayu, betul?" terka si tamu. Ayu mengangguk tanda pembenaran tak lupa seulas senyum manis dia berikan pada tamunya itu.

"Saya Hutami, dari Pengadilan Agama," ucap wanita paru baya itu seraya mengulurkan tangan kanannya pada Ayu. Ibu dari Zaskia itupun menyambut uluran tangan Hutami sambil menyembutkan lagi namanya.

"Maaf pagi-pagi saya sudah mengganggu Ibu, maksud kedatangan saya kesini ingin memberikan ini, surat gugatan cerai yang Pak Yudi Eka Setiawan layangkan pada anda."

DAR~~~

Seperti ada petir yang mengilat tiba-tiba di pertengahan awan. Udara yang sedari tadi sejuk, mendadak sangat dingin karena angin berhembus sangat kencang.

Tersentak dan terperanjat, begitulah yang Ayu rasakan saat ini.

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kesatria Pena
semangaaaat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status