LOGINSatu sisi Hutan Mapel menghadap laut, sisi lainnya bersandar ke gunung. Tempat ini adalah kawasan wisata terkenal di Kota Yesalu.Di sini ditanam ribuan hektar pohon mapel. Setiap kali musim gugur tiba, pemandangannya berubah menjadi lautan merah.Ewan dan Nazar berjalan cukup lama di dalam Hutan Mapel, lalu tiba-tiba berhenti. Di tanah lapang sekitar seratus meter di depan, Satria dan lainnya sedang berhadapan dengan musuh.Berkat cahaya lampu jalan, Ewan bisa melihat jelas wajah-wajah lawan mereka. Jumlahnya delapan orang. Tujuh pria dan satu wanita."Kenapa bisa sebanyak ini?" Ewan terkejut. Menurut perkiraan Naga Hijau sebelumnya, musuh seharusnya hanya lima atau enam orang.Nazar mendengus, lalu menyahut, "Naga Hijau salah menilai.""Kamu kenal mereka semua?" tanya Ewan."Kebanyakan aku kenal." Nazar memperkenalkan, "Yang paling kiri itu, kepala plontos, namanya Jargo, ahli Tinju Vajra. Asalnya murid dari Gunung Matali, tapi karena melanggar aturan, dia diusir dari perguruan.""Di
Nazar panik, lalu berseru, "Oke, oke, aku akan kasih tahu! Aku butuh Mantra Lima Petir untuk meneliti Ajaran Lima Petir dari Akademi Nagendra.""Apa maksudmu?" tanya Ewan.Nazar menghela napas panjang, lalu menjelaskan, "Sebelum pendiri Akademi Nagendra kami naik ke surga, dia meninggalkan sebuah jimat yang sangat hebat, namanya Ajaran Lima Petir.""Akademi Nagendra berdiri kokoh ribuan tahun dengan mengandalkan Ajaran Lima Petir untuk menumpas iblis dan menjaga kedamaian dunia.""Tapi saat peralihan dinasti, peperangan tak pernah berhenti, dunia kacau balau. Pada masa itulah Akademi Nagendra mengalami bencana. Kitab rahasia yang mencatat Ajaran Lima Petir hilang.""Bersama dengan Ajaran Lima Petir itu, ikut hilang pula dua pusaka utama Akademi Nagendra, yaitu Pedang Mahaguru dan Token Mahaguru.""Sejak itu, Akademi Nagendra mulai merosot, bahkan jatuh dari posisi tertinggi dalam dunia Tao. Kalau nggak ada kejadian itu, tentu nggak akan ada kemunculan Akademi Hakikat dan Akademi Bayana
Ewan membunuh Raja Ular. Hal ini membuat Nazar agak kesal karena dia yang menghajar Raja Ular sampai hancur, tetapi Raja Ular tidak mati di tangannya."Apa sebenarnya yang ingin kamu bicarakan?" tanya Nazar kepada Ewan.Ewan berkata, "Kamu sudah membantuku menyingkirkan Nenek Aneh, aku sudah membantumu menghabisi Raja Ular, jadi aku nggak berutang budi padamu. Jadi, Mantra Lima Petir nggak akan kuajarkan untuk sementara ini.""Kamu bisa lebih nggak tahu malu lagi?" Nazar kesal sampai lubang hidungnya kembang kempis. "Siapa yang memintamu turun tangan? Tanpa kamu turun tangan, aku tetap bisa membunuh Raja Ular.""Tapi faktanya, Raja Ular akhirnya mati karena aku," kata Ewan."Kamu ....""Kamu ingin berterima kasih padaku, 'kan? Hahaha, cuma hal sepele, nggak perlu berterima kasih kepadaku.""Kamu, kamu, kamu ...." Nazar menunjuk Ewan, menyebutkan kata "kamu" tiga kali berturut-turut, tetapi kata-kata selanjutnya tersangkut di tenggorokannya.Setelah hidup sampai usia setua ini, ini pert
"Jangan main-main denganku! Katakan, di mana pria tua berengsek itu sebenarnya!""Daripada tanya aku, lebih baik kamu lihat ke belakang," jawab Ewan.Mendengar itu, Raja Ular terkejut, mengira Nazar berada di belakangnya. Namun, ketika dia menoleh, ternyata di belakang kosong, tidak terlihat sosok Nazar sama sekali.'Sial, anak ini mempermainkanku!' Amarah Raja Ular memuncak. Ketika dia menoleh lagi, Ewan sudah berlari jauh ke depan.Whoosh! Raja Ular tidak ragu sedikit pun, langsung mengejar. Sekarang dia cukup yakin, Nazar pasti diam-diam melindungi Satria. Kalau tidak, Ewan tidak akan kabur."Meskipun aku nggak bisa membunuh pria tua berengsek itu hari ini, aku tetap akan membunuhmu sebagai balas dendam untuk Verde!"Membayangkan Verde yang terbunuh, amarah Raja Ular membara. Tak lama kemudian, dia berhasil mengejar Ewan di sebuah gang.Kota Yesalu memiliki banyak gang tua dan pemerintah sedang merenovasi beberapa gang. Banyak gang berujung pada tembok tinggi sehingga jalan keluar t
Saat Satria pergi, suasana sungguh tegang dan sedih. Baru setelah sosok berjubah biru itu menghilang, Ewan menurunkan pandangannya.Ricky dan yang lain berdiri di samping Ewan."Saudara Ewan, apa Tuan Sida dan lainnya bisa kembali?" tanya Ricky dengan suara gemetar.Mereka awalnya ingin ikut bertempur bersama Satria, tetapi ditolak. Malam ini adalah pertempuran menghadapi para ahli Daftar Naga. Kemampuan Ricky dan yang lain terlalu lemah, ikut hanyalah membawa malapetaka."Percayalah pada Tuan Sida. Dia memimpin Organisasi Draken bertahun-tahun, menaklukkan segala rintangan, tak terkalahkan, dan selalu siap menghadapi segala pertempuran. Kali ini, mereka pasti akan kembali dengan selamat." Ewan menenangkan."Ya, aku juga percaya Tuan Sida dan yang lain akan selamat," kata Ricky. "Saudara Ewan, Tuan Sida sudah berpesan, mulai sekarang kami harus mengikuti arahanmu."Ewan merenung sejenak. "Kalau begitu, bawa semua orang untuk berpindah lokasi.""Kenapa?" Ricky bingung."Aku khawatir tem
"Kamu nggak boleh ikut bertempur," kata Satria. "Kamu adalah harapan Organisasi Draken. Kalau kami semua mati, kelak Organisasi Draken hanya bisa bergantung padamu.""Tapi ...."Ewan masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dihentikan oleh Naga Hijau. "Ewan, aku harap kamu nggak mengecewakan Tuan Sida. Ingat, kami boleh mati, tapi Organisasi Draken nggak boleh hancur."Ewan mengangguk serius. "Aku mengerti semua yang kalian katakan, tapi aku tetap ingin hidup dan mati bersama kalian."Satria melanjutkan, "Aku mengerti perasaanmu dan aku tersentuh, tapi kamu harus mengikuti rencanaku. Kamu pasti memahami situasi sekarang, musuh memiliki banyak ahli. Aku pun nggak yakin bisa menang dalam pertempuran ini.""Oleh karena itu, aku harus meninggalkan satu jalan keluar untuk Organisasi Draken. Kalau kami mati, masa depan Organisasi Draken hanya bisa bergantung padamu. Lagi pula, kamu bukan hanya memikul masa depan Organisasi Draken, tapi juga dendam yang mendalam.""Masa kamu nggak ingin mengeta







